***
Melihat seorang wanita dicekik, Jiyong melangkah maju. Pria normal manapun tentu akan berusaha menolong wanita yang kesakitan itu. Jihyuk terus mengajukan pertanyaannya, menuntut jawaban pada si pemilik rumah, sedang pemilik rumah itu tidak ingin memberinya jawaban. Tahu kalau kekasihnya berbahaya, Lisa menahan Jiyong. Ia genggam tangan Jiyong, menahan Jiyong agar tidak mendekati kekasihnya.
"Oppa hentikan!" teriak Lisa, menarik Jiyong masuk ke dalam rumah tua itu kemudian menutup pintunya. Tanpa melangkah lebih dekat pada Jihyuk, bersama Jiyong gadis itu memohon agar Jihyuk melepaskan si pemilik rumah. "Pria itu pasti kekasihnya, kakaknya atau ayahnya! Lepaskan tanganmu darinya! Oppa! Jihyuk oppa!" bujuk Lisa, menanggapi pertanyaan Jihyuk yang terus diulang— siapa pria yang ada di foto itu— tanya Jihyuk pada si pemilik rumah.
Si pemilik rumah akhirnya bicara, mengatakan kalau pria yang ada di foto adalah ayahnya. Ia mengatakan kalau ayahnya juga mengalami hal yang sama seperti Jihyuk. Ayahnya seorang agen yang juga menghilang di China beberapa tahun lalu, sama seperti Jihyuk. Si pemilik rumah, yang ternyata juga seorang agen NIS, sengaja mendekati Jihyuk untuk mengumpulkan semua informasi tentang hilangnya sang ayah.
Meski sudah di sana, Lisa tidak bisa langsung bicara dengan kekasihnya. Karena Jihyuk harus mendengarkan cerita Jaeyi— si pemilik rumah. Sembari duduk di meja makan, yang hanya berjarak beberapa langkah dari Jihyuk di sofa, Lisa mengigit bibirnya sendiri. Jiyong pun tidak nyaman berada di sana. Pria itu terus menoleh, memperhatikan seisi rumah tanpa melangkahkan kakinya menjauhi Lisa. Berkali-kali matanya bertemu tatap dengan Jihyuk, namun pria itu selalu mengalihkan kembali pandangannya. Jiyong terlalu takut untuk lama-lama bertatapan dengan Jihyuk.
Di sofa, Jihyuk duduk, bersandar pada sandaran sofanya dengan tubuh berkeringat. Pria itu terlihat lelah, sakit juga kotor. Ada sedikit bercak darah di leher serta tangannya. Sampai kapan ia harus berada di sana?— Jiyong benar-benar resah. Terlebih karena Lisa yang tidak melepaskan ujung bajunya. Gadis itu terus berpegang pada ujung bajunya, seolah enggan Jiyong pergi meninggalkannya.
"Sekarang giliranku bertanya," ucap Jaeyi, setelah ia mengakhiri cerita yang sepertinya Jihyuk percayai. "Tentang Ketua Seo, kau tidak melakukannya kan?" tanyanya, membuat Jihyuk langsung membulatkan matanya, menatap Jaeyi dengan taham, menyuruhnya berhenti bicara sembari sesekali melirik Lisa dan Jiyong yang ada di meja makan, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Karena ada Lisa di sana, Jaeyi tidak bisa mendengar jawaban Jihyuk. Jaeyi pun harus pergi ke dapur, membuatkan minuman untuk tiga tamunya termasuk G Dragon. Kini giliran Lisa dan Jiyong yang duduk di sofa. Kedua orang itu melangkah ke sofa, menghampiri Jihyuk yang kelihatan lelah di sana. "Kenapa kau terus memeganginya?" tanya Jihyuk, memperhatikan tangan Lisa yang menggenggam ujung pakaian Jiyong.
"Ah? Maaf," ucap Lisa, pada Jiyong, bukan kekasihnya. Ia langsung melepaskan pegangannya, menatap Jiyong dengan wajah canggungnya. Gadis itu meminta maaf karena membuat baju Jiyong kusut akibat genggamannya. "Aku takut oppa dekat-dekat dengan Jihyuk oppa lalu dipukul, maaf," tambahnya, masih bicara pada Jiyong.
Selepas Jiyong menganggukan kepalanya dan duduk di sofa single di sebelah Lisa juga Jihyuk, Lisa menatap kekasihnya. Ia perhatikan kekasihnya kemudian menarik ke atas kaus hitam kekasihnya. Jihyuk tidak lagi mengenakan kemeja putihnya tadi dan kini di perutnya ada luka tusuk yang kelihatan sangat menyakitkan.
Sementara Jiyong terkejut melihatnya, Lisa berdecak kesal karenanya. Gadis itu kelihatan begitu marah karena luka di perut kekasihnya itu. "Jangan marah dulu," tahan Jihyuk, masih bersandar pada sandaran sofa sembari meraih jemari Lisa dengan tangannya yang kotor. "Dengarkan aku lebih dulu. Aku dikejar polisi sekarang. Tapi jangan khawatir, polisi tidak akan menemuimu, apalagi menemuimu tuan Kwon," ucap Jihyuk, dengan suaranya yang terus melemah, kalah dengan suara tarikan dan hembusan nafasnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Lisa, yang baru sekarang mulai terlihat khawatir. "Permisi, Jaeyi? Nona? Bagaimana aku harus memanggilmu? Apa kau bisa mengobati ini?" resah gadis itu, tergagap, bicara pada Jaeyi yang ada di dapurnya, menyeduh beberapa gelas teh.
"Ada apa?" tanya Jaeyi, belum tahu tentang luka di perut Jihyuk.
"Bukankah kita harus ke rumah sakit? Ah tidak, kau buronan- bagaimana- dokter pribadi? Haruskah aku memanggil dokter pribadiku ke sini?" panik Jiyong, sama sekali tidak pernah menduga akan berada di posisinya sekarang.
"Tidak. Lisa-ya, kenapa kau membawanya ke sini? Dia membuatku-"
"Diam! Pendarahannya belum berhenti!" omel Lisa, membuat kekasihnya diam untuk beberapa detik kemudian meminta Jaeyi membelikannya beberapa obat. Jihyuk berencana mengurus sendiri lukanya sebab Jaeyi tidak terlihat mampu melakukannya dan kekasihnya hampir menangis di sana. Dengan lembut, Jihyuk berusaha menenangkan emosi Lisa. "Ini yang aku tidak suka darimu! Kenapa oppa terus terluka?! Menjengkelkan! Tadi oppa datang hanya untuk mengobati kakiku tapi kenapa- augh! Kenapa aku tidak belajar mengobati seseorang?!" kesal Lisa, benar-benar menangis setelah Jaeyi meninggalkan mereka.
"Jangan menangis, kau hanya memperburuk keadaan," tegur Jiyong, mulai menggigiti ujung kukunya, berusaha fokus akan situasi di hadapannya. Jiyong sibuk mencari cara untuk mengobati Jihyuk tanpa membawa pria itu ke rumah sakit. "Dokter hewan? Aku kenal seorang dokter hewan, dia pasti bisa mengatasi luka seperti ini. Aku pernah menonton di drama kalau dokter hewan bisa-"
"Berhentilah kalian berdua. Aku bisa mengatasi ini sendiri," pinta Jihyuk, mulai pusing karena mendengarkan suara Jiyong dan Lisa yang terus bicara. "Aku tidak percaya harus menghadapi dua anak kecil di saat seperti ini. Ku mohon, kalian berhentilah bicara," tambah pria itu sembari menekan sendiri lukanya, menahan sendiri rasa sakitnya kemudian mengulurkan tangannya yang lain untuk membuka kotak obat.
Jiyong yang melihat gerakan Jihyuk, bergegas membantu pria itu. Ia buka kan kotak obatnya, bertanya apa yang Jihyuk butuhkan kemudian mengambil alkohol yang Jihyuk minta. Seperti punya dua orang asisten, Jihyuk juga menerima kasa bersih dari kekasihnya. Dengan kasa dan alkohol itu, Jihyuk bersihkan lukanya. Ia perlu menunggu Jaeyi untuk obatnya yang lain, untuk benang jahit juga jarumnya.
Selesai membersihkan obatnya, pria itu memegangi kasa di perutnya. Sebab memasang plester terlalu merepotkan baginya. Kini, dengan posisi duduk yang sudah lebih nyaman, Jihyuk menatap Lisa, menghapus sisa air mata di wajah gadis itu dan menjelaskan situasinya.
"Aku tidak bisa memberitahumu detailnya. Tapi aku punya sedikit masalah. Rekanku tertembak dan mereka bilang aku yang menembaknya, sekarang mereka mengejarku dan untuk beberapa hari aku tidak bisa menemuimu-"
"Harusnya oppa bilang sejak tadi! Kenapa baru memberitahuku setelah terluka?! Oppa ingin aku melihatmu terluka?!"
"Aku tidak pernah ingin memberitahumu, aku tidak berencana memberitahumu, sama sekali, jangan khawatir aku tidak akan mati karena luka ini. Sakit, tapi bukan masalah besar," jawab Jihyuk, melirik Jiyong yang berpura-pura tidak mendengarkan mereka. "Lisa-ya, karena keadaannya jadi seperti ini, sedikit tidak terkendali, aku harus mengatakan sesuatu padamu. Ayo menikah. Ayo menikah, adakan pestanya dan daftarkan pernikahannya. Kali ini aku berjanji aku akan datang. Aku tidak akan menghilang seperti tahun lalu."
"Oppa memintaku ke sini untuk mengatakan itu?"
"Hm... Hari pertama di tahun depan, ayo menikah. Kali ini, aku tidak akan pergi lagi. Aku pasti datang. Aku janji. Aku tidak ingin menyesali apapun, aku tidak ingin kehilanganmu. Untuk apa aku menyelesaikan misi ini kalau aku kehilanganmu? Karena itu, menikahlah denganku. Meski tidak bisa melakukannya besok, tapi bersabarlah sedikit lagi, sampai awal tahun depan, ya?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hello!
FanfictionHi, Hello my ex! I haven't seen you in a long time, how are you these days? . . . . . . . . AKU SUKA BANGET COVERNYA, YANG BUAT @Deeryum MAKSIH ❤️❤️