***
G Dragon tiba-tiba saja membisu. Pria yang sebelumnya melangkah dengan teman-temannya, Kang Daesung dan Lee Seungri, tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Mereka bertiga akan pergi makan malam— merayakan satu minggu setelah Seungri akhirnya resmi berkencan. Dong Yongbae dan Choi Seunghyun juga berencana datang, meski mereka akan sedikit terlambat.
Daesung bertanya, kenapa Jiyong tiba-tiba saja diam. Namun pria itu tetap tidak bisa berkata-kata. Di ujung restoran yang baru ia datangi, Jihyuk duduk bersama seorang wanita juga seorang anak manis yang tidak dikenalinya. Sayangnya wanita itu bukan Lisa.
Lalisa sangat mencintai pria itu, kira-kira bagaimana reaksinya kalau ia melihat situasi ini?— resah Jiyong, yang tetap melangkah meski harus ditarik temannya. Masih sembari melangkah, Jiyong perhatikan meja yang kelihatan hangat itu. Jihyuk tersenyum, meletakan sepotong daging untuk anak laki-laki kecil di depannya. Sementara wanita yang duduk di sebelah anak itu menaruh daging lainnya di atas mangkuk Jihyuk. Mereka kelihatan begitu manis, begitu bahagia seolah tidak pernah ada masalah apapun di dunia ini.
"Ada apa hyung? Apa yang kau lihat?" tanya Seungri, memperhatikan Jiyong yang sibuk memperhatikan meja lain. "Kau mengenal mereka, hyung?" susulnya, usai mereka duduk di sudut restoran lainnya. Seungri hanya bisa melihat wajah wanita di sebelah anak kecil tadi, sedang Jihyuk memunggungi mereka.
"Tidak, tidak ada," geleng Jiyong. "Pesan makanannya, aku pergi ke toilet dulu," pamitnya, sengaja bangkit dari kursinya lantas meninggalkan meja mereka dan pergi ke toilet.
Di toilet, sembari menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin, Jiyong menatap nomor telepon Lisa di handphonenya. Haruskah ia menghubungi Lisa? Haruskah ia memberitahu Lisa apa yang baru saja dilihatnya? Apa yang ia harapkan kalau ia ada di posisi Lisa?
"Telepon saja," suara dingin Jihyuk memecah keheningan toilet itu. Sembari memperhatikan bilik-bilik toilet yang kosong, Jihyuk berdiri di sebelah Jiyong. Ia menyalakan kran airnya kemudian membersihkan kemeja putihnya yang ketumpahan saus. "Beritahu dia kalau kau melihatku di sini. Dia akan sangat berterimakasih padamu," susulnya, menatap Jiyong melalui pantulan bayangan mereka di cermin.
"Ini alasanmu menolak menikah dengannya?" tanya Jiyong, menyimpan kembali handphonenya di dalam sakunya. "Kau hanya ingin mempermainkannya? Bersenang-senang dengannya saat bosan? Berengsek," kesal Jiyong, melangkah meninggalkan kamar mandi, meninggalkan Jihyuk namun berpapasan dengan wanita yang duduk di bersama Jihyuk tadi.
"Min? Kau baik-baik saja? Noda sausnya bisa hilang?" tanya wanita tadi, yang berdiri di depan toilet sementara Jiyong melewatinya dengan kepala tertunduk, menutup sebagian wajahnya dengan topi agar tidak di kenali wanita itu.
Jiyong kembali duduk bersama teman-temannya. Kali ini wajahnya terlihat begitu kesal. Terlihat marah seolah ia yang baru saja dikhianati. Malam yang harusnya penuh tawa, jadi terasa sangat canggung karena raut wajah Jiyong itu. "Kenapa, hyung? Kau sembelit?" tanya Daesung, sekedar asal bicara sebab terganggu dengan ekspresi Jiyong.
Tanpa menyebutkan nama siapapun, Jiyong menceritakan apa yang baru saja ia lihat— kalau kekasih temannya berselingkuh. Pria itu bahkan punya nama lain. Jiyong khawatir kalau pria itu hanya seorang penipu yang ingin menipu Lisa, menguras hartanya, mempermainkannya.
Kalau ada di posisi Jiyong sekarang, Seungri akan diam saja. Seungri memilih untuk berpura-pura tidak tahu, ia enggan terlibat dalam hubungan asmara temannya. "Aku bahkan tidak tahu pria itu berselingkuh sungguhan atau dia sudah pernah menikah kemudian bercerai. Lebih baik tidak terlibat sama sekali," pendapat Seungri.
Sedang Daesung punya pendapatnya sendiri. Ia akan berpura-pura tidak tahu apapun dan menyinggungnya. "Hei, kemarin aku bertemu kekasihmu di restoran. Kalian makan malam bersama di restoran ini kan kemarin? Aku ingin menyapamu tapi sungkan karena kalian bersama seorang anak-anak. Ya? Kemarin kau tidak menemui kekasihmu? Apa aku salah lihat? Aku akan berpura-pura seperti itu. Kita tidak diposisi bisa memutuskan pria itu berselingkuh, biar temanmu sendiri yang memutuskannya, iya kan?"
"Tapi hyung, pria di meja itu, kenapa dari tadi dia menatap ke sini? Kau membuatnya kesal di toilet tadi?" tanya Seungri, membicarakan Jihyuk yang terus menatap meja mereka dengan tatapan dinginnya. Terlihat sangat kesal, sangat mengerikan. "Dia menakutkan, seperti karakter pembunuh di drama," susulnya.
Sampai semua teman Jiyong datang, juga sampai ia sendiri harus pergi, Jihyuk terus menatap punggung Jiyong. Jiyong berusaha keras untuk mengabaikannya. Ia juga berusaha keras untuk tidak menelepon Lisa dan pria itu baru bisa menghela lega nafasnya setelah Jihyuk membawa keluarga kecilnya pergi dari restoran itu. Memalui kursinya sekarang, Jiyong bisa melihat Jihyuk menggandeng anak lelaki itu keluar dari restoran, pergi setelah membayar makan malam mereka.
Tiga jam berlalu dan kini giliran Jiyong yang pergi meninggalkan restoran itu. Seungri yang berjanji akan mentraktir mereka memanggil pelayan, meminta tagihannya. Namun seorang pelayan mengatakan kalau seorang tamu sudah lebih dulu membayar makanan mereka— Jihyuk. Merasa aneh karena mereka tidak mengenal Jihyuk, Seungri meminta nomor kontak yang mungkin ditinggalkan pria itu. Namun pelayan yang datang justru memberi mereka nomor telepon Le seul.
"Pria yang duduk dengan istri dan anaknya tadi, yang terus menatap ke sini, kekasih Lisa," jawab Jiyong, setelah melihat kartu nama Le seul dari si pelayan restoran.
Suasana jadi canggung. Hal yang membuat Jiyong resah beberapa waktu lalu, kini membuat yang lainnya ikut resah juga. Mereka memutuskan untuk mengabaikan kenyataan itu. Memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu tentang drama perselingkuhan itu, meski rasa kasihan tetap menyusup masuk ke dalam dada mereka.
Jiyong yang paling mengasihani Lisa, sebab ia terlanjur tahu kalau Lisa sangat mencintai kekasihnya. Jiyong luar biasa kasihan sebab Lisa akan sangat terluka bila ia mengetahui perselingkuhan Jihyuk. Sampai keesokan siangnya, Jiyong masih tidak bisa berhenti memikirkan Lisa. "Haruskah aku memberitahunya? Atau aku diam saja?" resahnya, sepanjang hari.
Pukul empat sore, akhirnya Jiyong menyerah. Ia akan menemui Lisa dan memberitahu gadis itu apa yang baru saja ia lihat. Dengan sedikit membuat-buat alasannya, pria itu menelepon Lisa. "Lisa-ya, dimana kau sekarang?" tanyanya kemudian.
"Rumah, kenapa?"
"Ah... Aku ada di cafe dekat akademimu. Bisakah kau ke sini?"
"Sekarang?"
"Hm... Aku butuh bantuanmu. Dompetku tertinggal di agensi, aku tidak bisa membayar kopiku."
"Ya? Pakai handphonemu."
"Aku tidak tahu cara memakainya?" bingung Jiyong, memutar otaknya, mencari-cari alasan.
"Berikan saja handphonemu pada pelayannya?"
"Kau tidak bisa datang?"
"Uhm... Sebenarnya aku sedang sakit. Tapi baiklah, aku bisa naik taksi ke sana. Tunggu sekitar lima belas menit," ucap Lisa kemudian, mengakhiri panggilan itu tanpa menunggu Jiyong menjawab ucapannya.
Sementara Jiyong menunggu di cafe dekat akademi tari milik Lisa, di rumahnya gadis itu menatap kekasihnya. Jihyuk sedang berlutut di lantai, melilitkan perban elastis berwarna krem di pergelangan kaki Lisa. "Jiyong oppa ingin bertemu denganku, dia tidak bisa membayar kopinya dan memintaku datang, di cafe dekat akademi," lapor Lisa sementara Jihyuk hanya menganggukkan kepalanya.
"Kau mempercayai itu? Seorang sepertinya tidak bisa membayar kopinya sendiri?" tanya Jihyuk, menyelesaikan pekerjaannya dengan rapi kemudian bangkit dan meraih dasinya di atas meja, hendak memakai dasi itu, mengikatnya di kerah kemeja putihnya.
"Tidak. Mana mungkin dia tidak bisa membayar kopinya? Tapi daripada di rumah sendirian, bukankah lebih baik kalau aku ke sana? Oppa juga akan pergi."
"Hm... Pergilah."
"Oppa marah?"
"Tidak."
"Kenapa tidak marah?"
"Kenapa aku harus marah?"
"Hm. Teruslah begitu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hello!
FanfictionHi, Hello my ex! I haven't seen you in a long time, how are you these days? . . . . . . . . AKU SUKA BANGET COVERNYA, YANG BUAT @Deeryum MAKSIH ❤️❤️