15

582 117 4
                                    

***

Lisa yang tidak bisa banyak berjalan, akhirnya mengajak Jiyong pergi ke akademinya. Besok kalau ada berita keluar tentang mereka, Jiyong harus mengatakan kalau ia berencana berinvestasi pada bisnis Lisa. Agar tidak ada gosip kencan yang kembali tersemat di sebelah nama Lisa. Gadis itu sangat membencinya— gosip kencan.

Di akademi tari tempat Lisa bekerja setiap harinya, Lisa mengajak Jiyong naik ke atap gedung perkantoran itu. Atapnya di selalu di kunci. Tidak banyak orang yang punya akses ke sana. Hanya para penyewa kantor di gedung itu yang punya akses ke atap. Atapnya pun kosong. Hanya sebuah beton datar dengan beberapa pot bunga, kursi dan meja berpayung kemudian kursi-kursi piknik untuk beberapa orang yang ingin meeting di sana.

Saat Lisa dan Jiyong naik ke atap, tidak ada seorang pun di sana. Beton datar yang punya beberapa tempat duduk itu kosong tanpa siapapun dan Lisa menutup pintunya. Ia membiarkan Jiyong memilih tempat duduk mereka, kemudian gadis itu duduk di sebelahnya.

"Dulu aku marah setiap kali ada orang yang bicara hal buruk tentang kekasihku, tentang hubungan kami," ucap Lisa setelah ia duduk. "Aku pernah bertengkar dengan Rose, Jisoo eonni, bahkan Jennie eonni pernah menamparku. Sadar lah Lalisa, pria itu benar-benar jahat! begitu kata Jennie eonni setelah menamparku. Orangtuaku pun marah, mereka tetap marah bahkan sampai sekarang. Tapi, aku tidak bisa menjelaskan alasannya. Kenapa Jihyuk oppa bersikap begitu. Kenapa aku terus memahaminya. Kenapa aku tidak ingin meninggalkannya. Tidak ada yang ku katakan pada mereka semua dan itu membuat mereka semakin marah. Ah! Aku pernah memberitahu seseorang alasan sebenarnya, tapi orang itu justru menertawakanku."

"Kau benar-benar keras kepala-"

"Jihyuk oppa black agent NIS. Kalau aku bilang begitu, oppa mempercayainya? Seunghyun oppa tidak mempercayainya, dia menertawakannya. Karena itu aku harap oppa juga menertawakannya. Jangan mempercayainya."

Jiyong terdiam, isi kepalanya membeku. Kini semua hal yang melibatkan Han Jihyuk berputar lagi di otaknya. Ia ingin tertawa seperti Seunghyun, namun wajah dan cara Jihyuk melumpuhkan dua pria dewasa di pusat perbelanjaan tempo hari membuatnya bergidik ngeri. Lisa tidak sedang bercanda, Jiyong yakin itu.

"Jangan mempercayainya, aku bercanda," susul Lisa, memecah keheningan. "Akhir-akhir ini aku kesulitan dengan semua masalahku. Aku terlalu lelah, terlalu kesulitan untuk mencari-cari alasan, karena itu sekarang aku berbohong. Informannya meninggal dalam misi, yang oppa lihat kemarin keluarga informannya. Sudah empat tahun Jihyuk oppa selalu merayakan ulangtahun anak informan itu. Han Jihyuk bukan nama aslinya, karena itu ketika dia memberikan formulir pendaftaran pernikahan itu aku marah. Karena dia menulis nama Han Jihyuk di atas formulirnya, bukan nama aslinya. Aku marah sekali tapi ternyata dia juga lupa kalau itu bukan nama aslinya. Ah menurutmu itu tidak mungkin, iya kan?"

"Itu mungkin saja," gumam Jiyong.

Pria itu pun pernah melupakan namanya sendiri. Saat orang-orang terus memanggilnya G Dragon, terus membandingkan sikapnya, membedakan G Dragon dengan Kwon Jiyong, pria itu melupakan siapa ia yang sebenarnya. Jiyong kebingungan memutuskan siapa dirinya yang sebenarnya. Dan di saat kebingungan itu menyerang, semua hal terasa salah, semuanya seperti mati rasa.

"Jadi dia tidak berselingkuh tapi bekerja?" tanya Jiyong kemudian, meyakinkan dirinya kalau ia salah menilai Jihyuk.

"Tidak tahu. Dia bisa saja berselingkuh dan bekerja sekaligus. Tapi, untuk saat ini rasanya mustahil," santai Lisa. "Lihat sikapnya, kalau dia saja memperlakukanku seperti itu, siapa yang tahan dekat-dekat dengannya? Tidak ada wanita yang tahan dengan sikapnya," susulnya.

"Wah... Kali ini aku setuju denganmu. Tapi, apa kau tolol? Tidak ada wanita yang menginginkannya karena sikapnya, kenapa kau masih sangat menginginkannya?" balas Jiyong, membuat Lisa langsung menoleh, menatapnya dengan raut terkejut, juga tidak senang. "Kenapa? Kau marah? Maaf. Aku pikir membuatnya terdengar sedikit keras bisa membuatmu sadar, ternyata tidak ya?" susulnya, kali ini membuat Lisa berdecak.

Lisa hampir saja marah. Lisa hampir saja mengomeli Jiyong dengan pendapatnya. Namun belum sampai ia keluarkan emosinya, gadis itu sudah tahu dimana posisinya. Sama seperti teman-temannya yang lain, Jiyong hanya mengkhawatirkannya. Meski rasa khawatir itu seharusnya Jiyong tunjukan lebih awal— sepuluh tahun lalu.

Mungkin, jika sepuluh tahun lalu Jiyong sedikit lebih perhatian, mereka tidak akan putus. Lisa rasa, ia bisa lebih bersabar kalau saat itu Jiyong tidak mempercayai kata-katanya begitu saja. Kalau saja Jiyong sedikit bersikeras seperti sekarang, mungkin diusir dari agensi tidak membuatnya menyerah pada mimpinya.

"Kenapa? Kenapa kau hanya menatapku? Aku benar-benar membuatmu marah?" tegur Jiyong, sebab Lisa hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun.

"Tidak ada," geleng Lisa. "Ada banyak hal yang ingin ku katakan padamu, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku menghargai usahamu, tapi aku sudah cukup dewasa untuk memutuskan mana yang baik untukku, iya kan?"

Jiyong tidak bisa berkata-kata. Dirinya baru saja disadarkan, kalau ia tidak berhak mengatakan apapun. Kalau dia tidak berhak menilai apapun. Kalau hanya Lisa yang berhak atas dirinya dan hidupnya sendiri. Lisa akan kembali berbicara, namun di saat yang sama ia mendapatkan sebuah pesan di handphonenya. Jihyuk yang mengirim pesan itu dan hanya sebuah alamat yang tertulis di pesannya. Jihyuk ingin Lisa segera mendatanginya.

Ditemani Jiyong, Lalisa datang ke alamat yang Jihyuk berikan. Tempatnya ada di tengah kota, di sebuah gedung apartemen yang tidak pernah Lisa kunjungi sebelumnya. Tempat itu bukan rumah Jihyuk, bukan juga tempat markas NIS yang beberapa tahun lalu pernah Jihyuk beri tahu.

"Siapa yang tinggal di sini? Kekasihmu?" tanya Jiyong, berdiri di depan gedungnya, memperhatikan bangunan yang tidak punya lift di dalamnya. Gedungnya hanya empat lantai, Jihyuk berada di lantai tiga dan mereka harus menaiki tangganya untuk sampai ke sana. "Haruskah aku menggendongmu naik?" tanya Jiyong kemudian, membuat Lisa langsung menatapnya dengan wajah tidak percaya.

"Lalu kita akan jatuh bersama? Aku hanya terkilir, bukan lumpuh. Oppa mau ikut naik atau menunggu di sini?" balas Lisa dan tentu saja Jiyong ikut naik bersamanya, meski tidak bisa menggendong Lisa sampai ke lantai tiga, Jiyong bisa meminjamkan lengannya untuk gadis itu berpegangan.

Di lantai tiga, Lisa berdiri di ujung tangganya, memandangi delapan pintu unit apartemen tua di hadapannya. Gadis itu mencari apartemen yang alamatnya Jihyuk kirimkan kemudian melihat seorang wanita keluar dari pintu yang dicarinya.

"Dia hanya mengirimimu alamat. Kau yakin dia memintamu datang?" ragu Jiyong, di saat matanya menangkap juga sosok yang keluar dari unit apartemen itu. Seorang wanita dengan pakaian rumahan yang santai— kaus dan celana olahraga. "Mungkin dia salah mengirim pesan?" susulnya, sementara Lisa berjalan mendekati wanita yang ada di depan pintu itu. Wanita itu tengah mengecek isi dompetnya ketika ia keluar.

"Yakin. Selama ini begitu caranya bicara denganku," balas Lisa yang kemudian mendahului Jiyong, menghampiri wanita yang keluar dari unit apartemen tadi. "Halo, selamat sore- maksudku malam. Aku datang untuk menemui Han Jihyuk. Dia memintaku datang ke sini," sapa Lisa, pada gadis yang sedikit terkejut karena melihat kedatangannya. Terlebih dengan G Dragon di sebelahnya.

"Ya? Ini rumahku. Bagaimana kau-"

"Apanya yang bagaimana? Tentu saja Jihyuk oppa yang memberiku alamat ini. Dia di dalam?" potong Lisa. "Kalau begitu, tanyakan padanya apa dia mengundang Lisa ke sini. Namaku Lisa, aku akan langsung pergi kalau dia bilang tidak," tambahnya, membuat si gadis mau tidak mau melangkah masuk kembali ke dalam rumahnya. Ia menutup pintu rumahnya ketika masuk, memastikan Lisa tidak akan bisa melihat ke dalam namun tidak mengunci pintunya karena khawatir Lisa curiga dan justru membuat keributan di sana.

"Kau mengenal wanita itu?" tanya Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya. "Tempat ini kelihatan seperti rumahnya, iya kan? Dia terlihat sangat santai," komentar Jiyong dan Lisa menyetujuinya meski gadis itu tidak dapat mengatakan apapun. Suara benturan terdengar dari dalam rumah itu. Sangat kuat hingga Jiyong dan Lisa sama-sama gugup karenanya. Sembari menatap Lisa yang gugup, Jiyong mendorong pintu unit apartemen itu dan mereka menemukan Jihyuk di dalam sana, tengah mencekik si pemilik rumah dengan tangannya.

***

Hi, Hello!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang