***
Sudah lewat tengah malam dan Jiyong masih duduk di studio rekamannya. Di temani teman-temannya, pria itu menulis di kertasnya. Mencatat beberapa nada yang lewat di kepalanya. Jiyong tidak menyukai Jihyuk sampai beberapa jam yang lalu tapi pelan-pelan pria itu dapat melihat isi hati Jihyuk.
"Hyung," panggilnya, bicara pada Seunghyun yang duduk di hadapannya, mendengarkan musik yang baru mereka rekam.
"Hm?"
"Anggaplah kau sedang punya masalah. Mungkin saat sedang menyiapkan albummu. Kau lelah, isi kepalamu terkuras untuk menyelesaikan albummu. Tapi kekasihmu terkilir, kau sudah datang saat pertama kali mendengar berita itu. Kau sudah melihat keadaan kekasihmu dan dia baik-baik saja. Apa kau akan menjenguknya lagi? Maksudku, di tengah kesibukanmu, apakah kau akan datang ke rumah kekasihmu dan mengecek keadaannya lagi?"
"Untuk apa datang ke rumahnya? Telepon saja. Kalau dia butuh bantuan baru aku ke sana. Kenapa? Kekasihmu terkilir dan kau mengkhawatirkannya sekarang? Dia pasti sedang tidur sekarang," jawab Seunghyun. "Augh... Siapa kekasihmu? Orang yang kau temui tadi sore? Jadi kekasihmu kemarin terkilir, lalu tadi sore kau menemuinya dan sekarang ingin ke sana lagi? Kau mengkhawatirkannya atau hanya tidak ingin bekerja?"
"Tidak, bukan aku. Tadi sore aku menemui Lisa," jawab Jiyong sembari menggeleng. "Aku menemuinya untuk membicarakan masalah kemarin. Tapi sepertinya kita salah paham. Hari ini aku bertemu mereka berdua dan Lisa kelihatan seperti pusat hidup pria itu. Kemarin Lisa terkilir, dia langsung pulang saat mengetahui kalau Lisa terkilir. Lalu hari ini harusnya dia kerja lembur, tapi sore tadi dia meninggalkan sebentar pekerjaannya untuk mengecek kaki Lisa. Dia mengkhawatirkan kekasihnya yang terkilir padahal dirinya sendiri sakit. Lisa menangis saat tahu kekasihnya sakit hari ini. Sampai aku pulang tadi Lisa masih menangis. Merasa bersalah karena selama ini dia terus menganggu pekerjaan kekasihnya."
"Wah... Sepanjang sore ini kau menonton orang berkencan? Tidak iri?" tanya Seunghyun, meledek cerita Jiyong.
"Tentu saja iri! Tapi aku juga senang, Lisa akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan. Mereka akan menikah, awal tahun depan dan aku akan di undang. Haruskah aku bernyanyi untuk mereka?" senang Jiyong, membuat Seunghyun menatapnya heran sebab kemarin Jiyong terlihat sangat membenci kekasih Lisa itu.
Mungkin Jiyong sedang berusaha menahan dirinya, berpura-pura senang. Berpura-pura mendukung hubungan itu, sebab tidak ingin bertanggung jawab atas hati wanita yang mungkin akan patah nantinya. Mungkin Jiyong tidak ingin menghibur Lisa yang sedih karena batal menikah. Mungkin Jiyong tidak ingin merasa bertanggung jawab atas batalnya pernikahan itu. Seunghyun memutuskan untuk diam saja.
Seunghyun pikir, Jiyong dan Lisa akan berhenti bertemu setelah kabar pernikahan itu. Bagaimana pun mereka pernah berhubungan, harusnya mereka merasa canggung untuk bertemu satu sama lain sekarang. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Jiyong jadi lebih sering menemui Lisa dibanding sebelumnya. Hampir setiap hari mereka berkirim pesan, sampai Seunghyun penasaran, siapa yang lebih sering Lisa kirimi pesan? Kekasihnya atau justru Jiyong.
"Hyung, sebenarnya siapa yang mau menikah?" tanya Daesung penasaran, masih di tempat mereka selalu berkumpul untuk bekerja— studio rekaman.
"Lisa," jawab Jiyong, sembari fokus pada kertas-kertas yang ada di depannya. "Mana yang lebih bagus? Biru langit atau kuning pastel?" ocehnya, membicarakan warna kertas-kertas yang ada di tangannya.
"Tapi kenapa kau yang memilih undangannya? Lisa tidak akan menikah denganmu kan?" susul Yongbae, risih melihat Jiyong sibuk dengan sampel kertas yang akan Lisa gunakan sebagai kertas undangan pernikahannya.
"Ah... Calon suaminya masih sibuk. Jihyuk hyung menyerahkan semuanya pada Lisa, lalu Lisa bertanya padaku kertas apa yang bagus untuk undangan pernikahan, jadi aku mencarikannya. Mana yang lebih bagus?" santai Jiyong, sama sekali tidak peduli dengan pandangan risih teman-temannya.
"Calon suami Lisa tahu kalau kau pernah berkencan dengan Lisa?" kali ini Seunghyun yang bicara. "Kalau aku tahu calon istriku masih berhubungan dengan mantan kekasihnya, kurasa aku akan marah. Mengingat kebiasaan leader di grupku, kurasa dia juga akan marah kalau kekasihnya masih berkirim pesan dengan mantan pacarnya. Iya kan?" sindirnya, membuat Jiyong langsung paham kemana arah pembicaraan mereka.
Kini, Jiyong meletakan semuanya. Sampel kertas-kertas di tangannya, bahkan handphonenya. Ia tatap satu persatu temannya kemudian berucap, meyakinkan teman-temannya kalau ia tidak punya perasaan apapun pada Lisa. "Apa yang aku lakukan sekarang, murni untuk membantu temanku. Seperti aku membantu Yongbae saat mempersiapkan pernikahannya. Tidak ada yang membantu Lisa sekarang. Setelah tahun lalu pernikahannya dibatalkan, Lisa tidak berani memberitahu teman-temannya kalau ia akan menikah. Karena kebetulan aku tahu mereka akan menikah, aku membantunya. Ah, sebentar," ucap Jiyong yang harus terputus sebab seseorang meneleponnya.
Lisa menelepon Jiyong. Gadis itu bertanya apa Jiyong senggang, kemudian mengatakan kalau ia butuh bantuan Jiyong semisal pria itu bisa meluangkan waktunya sore ini. G Dragon menyanggupinya. Ia meminta Lisa menunggu di rumahnya sementara dirinya sendiri bersiap untuk pergi ke sana, meninggalkan teman-temannya yang justru khawatir. "Jiyong tidak akan merusak pernikahan orang lain, 'kan?" resah Yongbae, menatap punggung temannya yang dengan cepat melarikan diri dari studio rekaman mereka.
"Aku tidak peduli kalau Jiyong merusak pernikahan orang lain... Tapi kalau dia berencana merusak pernikahan Lisa, aku khawatir dia akan babak belur," susul Seunghyun, mengingat kembali bagaimana penampilan kekasih Lisa yang kekar itu.
Sementara orang-orang di studio rekaman sibuk membicarakannya, Jiyong justru asik mengemudikan mobilnya sampai ke rumah Lisa. Ia hentikan mobilnya di depan rumah Lisa, mendorong pintu kayunya sampai terbuka, melangkah di pekarangan dan melihat Lisa menuruni tangga rumahnya dari jendela besar di bagian depan rumah itu.
Jiyong melambai saat matanya bertemu tatap dengan mata Lisa. Gadis itu pun membalas lambaiannya, namun senyum Jiyong menghilang begitu melihat Jihyuk melangkah di belakang Lisa. Jihyuk mengatakan sesuatu, Lisa menanggapinya, mereka tertawa tapi sayang Jiyong tidak bisa mendengarnya.
"Kau sudah datang?" sapa Jihyuk, setelah Lisa mempersilahkan Jiyong untuk masuk ke dalam rumah itu. "Ku dengar kalian akan makan malam bersama? Makan lah yang banyak," susul Jihyuk, sembari melangkah ke halaman belakang, mengambil pakaian yang Lisa jemur di halaman belakang sebelum gerimis berubah jadi hujan lebat.
"Kau tidak ikut makan malam bersama kami, hyung?" tanya Jiyong, memperhatikan Lisa yang sibuk mencari sepatunya sendiri di rak sepatu dekat pintu masuk.
"Tidak. Jihyuk oppa akan pergi sendiri satu jam lagi," jawab Lisa, menghampiri Jihyuk di halaman belakang, membuat Jiyong mengikutinya kemudian duduk di meja makan, menonton Lisa berbincang dengan mantan kekasihnya. "Oppa, boleh aku berbelanja juga?" tanya Lisa, tentu pada kekasihnya.
"Kau belum pergi berbelanja?"
"Belum, tidak, maksudku, mumpung ada Jiyong oppa, boleh aku mengajaknya berbelanja? Ini sedikit aneh tapi belakangan ini aku tidak bisa berbelanja. I don't know how to use my card."
"Kalau begitu pergilah. Perlu uang tambahan?"
"Tidak. Aku punya uang. Aku lebih butuh selera, daripada uang," geleng Lisa, kali ini sembari menunjuk Jiyong kesepuluh jari tangannya, menyanjung dengan sopan si fashionista yang langsung datang begitu ia telepon.
"Traktir Jiyong makanan yang enak setelah itu. Jangan hanya merepotkannya, aku yakin dia juga sibuk," balas Jihyuk, kali ini memberikan semua pakaian bersih yang ia ambil pada Lisa kemudian mengeluarkan satu kartu dari dompetnya. Jihyuk memberikan kartunya itu pada Lisa. "Kartunya bukan atas namaku, jadi jangan khawatir, pakai saja uangnya."
"Atas nama siapa?"
"Namamu. Yang kita buat sekitar tiga tahun lalu. Ku pakai kalau aku- heish Yoo Jaeyi, kenapa dia tidak bisa bersabar sebentar saja?!" sebal Jihyuk, karena handphone di sakunya bergetar. Yang membuatnya harus berpamitan dan pergi lebih dulu dari rumah itu, meninggalkan Jiyong juga Lisa berdua di sana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hello!
FanfictionHi, Hello my ex! I haven't seen you in a long time, how are you these days? . . . . . . . . AKU SUKA BANGET COVERNYA, YANG BUAT @Deeryum MAKSIH ❤️❤️