***
Jiyong membeli empat tiket dan ia melakukannya agar tidak ada orang yang duduk di sebelahnya. Meski begitu, usaha Jiyong terasa sedikit sia-sia, sebab tengah malam ini hanya ada tujuh orang di dalam studio itu— dari keseluruhan kapasitas yang hanya tujuh puluh orang. Tipe studio The Premiere. Jihyuk duduk di belakang Jieun, sedang Lisa ada di belakang Jiyong. Tiga orang lainnya duduk tersebar di tempat lain dalam studio itu, jauh dan hampir tidak peduli dengan keberadaan Jiyong dan Jieun di sana.
"Padahal kita bisa menonton di studio reguler," komentar Lisa setelah ia duduk di kursinya, di atas sebuah sofa berlapis kulit yang mewah dan nyaman.
"Aku kira ini studio biasanya, aku hanya mengikuti Jiyong," balas Jihyuk, sengaja menyingkirkan sandaran kursi di antara mereka agar ia bisa merangkul kekasihnya. "Tapi di sini nyaman, aku mengerti kenapa Jiyong ingin menonton di sini dan menyuruhku memilih tempat yang jauh darinya," bisiknya kemudian, membuat ia dan kekasihnya harus menekan suara tawa mereka agar tidak menggangu siapapun di sana.
"Lalu kenapa di belakangnya?"
"Menurutku ini sudah jauh?"
"Bodoh, mereka pasti canggung, merasa diawasi, atau ditonton?" balas Lisa.
"Kau tertarik untuk menonton mereka? Aku tidak," santai Jihyuk.
"Aku juga tidak. Kita datang untuk menonton film kan?"
"Tidak, kita datang untuk berkencan," katanya, memeluk kekasihnya tepat setelah lampu mulai dimatikan dan filmnya di mulai.
"Filmnya mulai-"
"Kau tidak akan suka filmnya," potong Jihyuk, membuat gadis di sebelahnya langsung menoleh, menatap curiga pria yang membeli tiket itu. Ada banyak imajinasi dalam kepala pria itu setelah ia melihat bagian dalam studio bioskopnya.
Selain dialog dalam film dan beberapa suara Jieun yang berbisik, Jiyong tidak bisa mendengar apapun. Pria dan gadis yang diajaknya menonton itu tidak menyingkirkan sandaran lengan di antara mereka. Keduanya datang untuk menonton film dan hanya itu yang mereka lakukan, sama seperti tiga penonton lainnya yang datang sendiri.
Di tengah film, Jieun mengulurkan tangannya, menyentuh milik Jiyong kemudian merasakan tangannya digenggam milik Jiyong. Jieun canggung sebab ada teman-teman Jiyong di belakang mereka, dan gadis itu menduga kalau Jiyong juga merasakan hal yang sama. Mereka harus menjaga sikap— yakin Jieun, yang sudah cukup senang hanya dengan bergandengan tangan di dalam bisokop gelap sembari menonton sebuah film romantis.
"Aktingnya bagus, iya kan?" bisik Jieun, menikmati film yang sedang diputar di depannya.
"Hm... Aku juga suka soundtrack-nya," balas Jiyong, sama menikmati film itu. "Tapi aku penasaran apa yang terjadi di belakang, mereka sepi sekali," susulnya, berbisik dengan sangat pelan, hampir tidak bersuara, sampai Jieun tidak bisa mendengarnya.
Sembari berpura-pura merubah posisi duduknya, Jiyong mencuri-curi pandang untuk melihat pasangan di belakangnya. Hanya penyesalan yang Jiyong dapatkan dari mencuri pandang itu. Seharusnya ia tidak menoleh, seharusnya ia tidak mengintip. Apa yang ia pikir bukan masalah, ternyata menambah batu di dalam dadanya.
"Whoa-" Jieun jadi canggung karena ikut mengintip ke belakang. Selanjutnya ia bertukar tatap dengan Jiyong kemudian kembali menatap ke layar.
Jihyuk dan kekasihnya sedang berciuman di belakang. Ciuman yang terlihat menyenangkan. Ciuman sungguhan, lengan Jihyuk melingkar di punggung Lisa dan tangan gadis itu mengusap halus garis rahang kekasihnya, menyamarkan gerak lembut bibir yang bertaut. Keduanya sempat berhenti, menarik nafas, berebut udara di jarak pendek antara wajah mereka.
Di sela istirahat itu, ekor mata Jihyuk menemukan Jiyong yang mengintip. Lantas, ia akhiri kemesraannya. Ia lepaskan kekasihnya, kemudian bergerak bangkit— "aku ke toilet sebentar," bisik Jihyuk pada kekasihnya, meninggalkan Lisa sendirian dengan popcorn dan minuman mereka.
Jihyuk kembali setelah sepuluh menit. Ia kembali duduk di sebelah kekasihnya, kemudian melanjutkan film yang sedari awal tidak mereka tonton. Begitu film berakhir, ingatan akan masa lalu mengikat Jiyong dan kepalanya. Ia dan Jieun berdiri setelah seluruh lampu menyala, meluruskan punggungnya dan menoleh ke belakang, melihat Lisa dan kekasihnya, baru saja membuka mata mereka setelah terlelap.
"Kalian datang ke sini untuk tidur? Kenapa tidak tidur di rumah?" ketus Jiyong, sedang Lisa hanya meregangkan tubuhnya, berdiri kemudian meraih minuman yang es-nya sudah mencair. Padahal seingat Jiyong, dulu Lisa selalu marah kalau ia tidak sengaja tertidur di bioskop. Mereka harus membicarakan filmnya setelah selesai nanti, Jiyong tidak boleh tidur dan melewatkan sedikit saja bagian dari film itu.
"Filmnya membosankan," balas Lisa, setelah membasahi tenggorokannya, kemudian membagi minuman itu dengan kekasihnya. Keduanya sudah menghabiskan popcorn mereka sebelumnya. Entah kapan mereka sempat menelan semua berondong jagung itu. "Aku lebih suka horor," susulnya, memperhatikan tangan Jieun yang masih memegang setengah bucket popcorn.
"Dulu kau menyukai film seperti ini," komentar Jiyong kemudian, sedikit mengejutkan Jieun namun tidak berpengaruh sama sekali pada pasangan di belakang mereka.
"Iya," aku Lisa, berjalan di belakang Jiyong sembari membawa semua sampahnya. Jihyuk ada di sebelah gadisnya, melangkah sembari mengecek beberapa pesan di handphonenya. "Dulu aku suka film romantis seperti ini karena aku berharap kisah cintaku bisa semanis film romantis. Tapi setelah mulai dewasa, aku tidak menyukainya lagi. Tapi, kemana kalian akan pergi setelah ini?" tanyanya kemudian, melihat ke arah helai panjang rambut hitam Jieun, di sebelah Jiyong.
"Makan malam?" tawar Jieun, sebelum Jiyong membuka mulutnya dan mengatakan kalau mereka harus pulang. Sudah lewat tengah malam sekarang.
"Aku tahu restoran enak di sekitar sini, mau ke sana?" tawar Jihyuk, masih sembari menatap handphonenya, dengan sebelah tangan kekarnya yang ditaruh di bahu kekasihnya, merangkul Lisa.
"Apa makanannya?" tanya Jiyong, dengan gemuruh kecil dari perutnya.
"Apa saja yang kau inginkan."
"Dimana itu? Oppa tidak pernah mengajakku ke sana?" tanya Lisa, berdiri di tengah-tengah lobby sembari menatap wajah tiga orang yang berdiri di depannya.
"Pasar," jawab Jihyuk, kali ini ia menyimpan kembali handphonenya di saku. "Harusnya sudah buka sekarang," susulnya, sembari mengecek waktu yang melingkar di pergelangan tangannya. "Midnight double date, tertarik?" tawarnya pada Jiyong juga teman wanitanya.
Lisa tidak menunjukan reaksi apapun, sedang Jieun kelihatan tertarik dengan tawaran itu. Sejak debutnya banyak hal yang tidak bisa ia lakukan. Jieun tatap Jiyong yang kelihatan ragu, seolah tengah mencari-cari alasan untuk menolak. Namun pada akhirnya, pria itu tetap menganggukan kepalanya, menyetujui ajakan Jihyuk. Jieun tersenyum senang, merasa kalau Jiyong sedang mengabulkan permintaannya. Senyumnya begitu lebar, membuat Lisa ikut tersenyum karena melihatnya. Cantik, seorang yang tidak akan dibenci meski ketahuan dekat dengan Jiyong— pikir Lisa.
Mereka memutuskan untuk pergi dengan hanya satu mobil, milik Jihyuk. Pria itu pergi tempat parkir untuk mengambil mobilnya, sedang ia meminta tiga orang lainnya untuk menunggu di pintu masuk. Sembari menunggu, Jieun pergi ke toilet, meninggalkan Lisa dan Jiyong berdiri beberapa langkah dari petugas bioskop yang menjaga pintu masuk.
Keduanya berdiri bersebelahan, menatap ke jalanan sepi di depan mereka. Ada sedikit jarak di antara mereka, namun Jiyong merasa jarak itu terlalu jauh untuk bisa ia terobos. Ada ratusan pertimbangan yang harus ia pikirkan sebelum menerobos jarak itu. "Kau sudah berkencan dengannya?" tanya Lisa tiba-tiba memecah kesunyian.
"Belum."
"Akan mengencaninya?"
"Mungkin."
"Kalian cocok."
"Ya."
"Ya? Kau setuju dengan pendapatku?" tanya Lisa, kali ini menoleh untuk menatap Jiyong.
"Semua orang bilang begitu."
"Ah... Maksudmu semua orang mendukung kalian? Beruntung sekali," angguk Lisa, yang selanjutnya mengalihkan perhatiannya ke layar handphonenya. Hanya melihat-lihat logo aplikasi di menu handphonenya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hello!
FanfictionHi, Hello my ex! I haven't seen you in a long time, how are you these days? . . . . . . . . AKU SUKA BANGET COVERNYA, YANG BUAT @Deeryum MAKSIH ❤️❤️