Hai~
Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~
I'll be grateful for that ♡Jeno menunjukkan reaksi yang sama dengan para pelayan di rumahnya, bahkan lebih terkejut lagi ketika Haechan menengok ke belakang membuat kontak mata dengan Jeno.
"Oh kebetulan kau ada di sini. Bisa tolong tarik anakmu ini? Aku sudah harus pergi tapi anakmu tidak mau melepaskanku. Kau dengar aku kan??"
"A-apa yang kalian tunggu? Cepat tarik Joohwan dan bawa dia ke kamarnya."
"Tidak! Tidak mau!! Aku mau tetap di sini dengan Mama! Huaaaaa jangan bawa aku pergi huaaa Mamaa!!!"
Para pelayan baru bergerak setelah mendapat perintah oleh Jeno. Melihat banyaknya pelayan yang menghampirinya, Joohwan malah mempererat pegangannya di kaki Haechan, menangis lebih kencang lagi sampai Haechan harus menutup telinga karena suara tangisan khas anak-anak yang melengking itu. Dia sangat membencinya.
Joohwan dibawa secara paksa meski anak itu meronta-ronta dan menangis memanggil-manggil Haechan dengan sebutan 'Mama'. Setelah suara Joohwan tidak terdengar lagi, Haechan pun ikut melangkah menuju pintu utama hendak keluar dari mansion milik Jeno tersebut.
"Tunggu!"
"Duh, apalagi?! Kau terkejut melihat wajahku yang sama persis dengan almarhumah Isterimu?? Ya karena aku saudara kembarnya! Terkejut? Haejin tidak pernah cerita kan kalau dia punya saudara kembar? Tentu saja. Mana mau dia cerita punya kembaran yang hidupnya susah seperti aku." Kata Haechan sambil tertawa pelan. Tawa yang penuh kekecewaan. "Berikut jangan biarkan anakmu itu berkeliaran sendiri. Bahaya."
"Mamaaa!!!"
Haechan menutup matanya erat sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Bisanya Joohwan kabur dari para pelayan tersebut? Kini anak itu malah berdiri di hadapan Haechan dengan kedua matanya yang sembap dan kedua tangannya yang direntangkan, sekali lagi minta Haechan menggendongnya.
"Mama, gendongg!! Huaaaa"
"T-tuan..."
Jeno mengangkat tangannya memberi isyarat kepada para pelayannya untuk tidak berbuat apa-apa saat ini. Dia pun demikian. Kakinya seperti ditempeli lem super sehingga dia hanya bisa diam di tempat. Atau mungkin jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Jeno ingin Haechan untuk tinggal lebih lama di sana. Bisa jadi karena kerinduannya kepada Haejin, sang isteri, sehingga dia melihat Haechan adalah Haejin.
"Kau ini benar-benar merepotkan ya, bocah?! Kau tahu, aku sangat membenci anak-anak!"
Haechan berteriak-teriak seperti itu tapi sambil membungkukkan badannya dan membawa Joohwan ke dalam pelukannya. Joohwan otomatis melingkarkan kedua tangannya di leher Haechan, memeluk erat wanita itu.
"Woy woy! Jangan letakkan mukamu di bahuku. Kau membuat jaketku basah karena air matamu itu, kau tahu?!"
Joohwan berangsur tenang. Masih sesenggukkan tapi tangisannya sudah tidak separah tadi. Lalu kini dia menyandarkan kepalanya di bahu Haechan lalu tertidur dengan ibu jari berada di mulutnya. Haechan bahkan sudah tidak keberatan ketika Joohwan meletakkan wajahnya di bahunya. Mungkin terbawa suasana juga karena selama kurang lebih setengah jam mencoba menenangkan Joohwan yang menangis. Jeno pun masih berdiri di sana memperhatikan mereka sementara para pelayannya Jeno suruh untuk kembali melakukan aktivitas mereka, kecuali satu pelayan wanita yang adalah pelayan khusus untuk mengurusi Joohwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be A Good Mother • NoHyuck •
FanficKetika Haechan harus belajar bagaimana menjadi seorang Ibu yang baik ♡♡♡ • NOHYUCK • GENDERSWITCH • Romance, Family Story by Bee 🐝 Full version of Chapter 21 Book Amorist with tittle "To be a good mother" Be a smart and respectful reader ♡'・ᴗ・'♡