Ketika Haechan harus belajar bagaimana menjadi seorang Ibu yang baik ♡♡♡
• NOHYUCK
• GENDERSWITCH
• Romance, Family
Story by Bee 🐝
Full version of Chapter 21 Book Amorist with tittle "To be a good mother"
Be a smart and respectful reader ♡'・ᴗ・'♡
Hai~ Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~ I'll be grateful for that ♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa kau senyum-senyum begitu, Jen? Apa sesuatu yang baik terjadi hari ini?"
"Joohwan menghancurkan kebun lagi."
"Dan kau tersenyum? Biasanya kau akan mengomel-ngomel sendiri mendengar laporan kenakalan puteramu itu. Ada apa?"
"Joohwan memang menghancurkan kebun, tapi dia sudah menerima hukumannya. Ekspresinya lucu saat dihukum Mamanya."
Wanita yang kini duduk berhadapan dengan Jeno itu sontak menyatukan kedua alisnya karena setahu dia Haejin sudah meninggal 2 tahun yang lalu. 'Mamanya' itu merujuk pada siapa? Kalau hanya 'Mama', itu sudah pasti Mamanya Jeno, tapi Mama Jeno di New Zealand sekarang. Beternak domba dengan Papanya. Begitulah mereka. Melimpahkan perusahaan dan segala asetnya pada Jeno dan tinggal di New Zealand untuk mengurus domba. Dan lagi ada kata tambahan, ada 'nya', yang merujuk pada kepemilikan Joohwan. Mama Joohwan? Apa Joohwan punya Mama baru? Kenapa dia baru tahu?
"Kau menikah lagi tanpa mengundangku, Lee Jeno?"
"Hah? Mana mungkin."
"Lalu siapa yang kau sebut sebagai Mama Joohwan?"
Jeno terdiam sejenak. Memangnya tadi dia bilang apa? Jeno bahkan tidak menyadarinya saat dia mengeluarkan kata itu. Terucap begitu saja.
"Aku harus segera pulang. Mereka menungguku untuk makan malam di rumah."
"Wowow, tunggu sebentar Lee sajang. Sejak kapan kau makan di rumah?"
"Sejak aku tahu kalau masakan rumah lebih enak dibanding masakan di restoran mahal mana pun. Aku memutuskan untuk makan terus di rumah."
"Kalau begitu lain kali ajak aku ke rumah kamu juga dong, Jen... aku ingin mencoba masakan rumahmu yang kau bilang enak itu. Ajak Mingi jugaa... kau tahu bagaimana teman kita itu menyukai makanan yang enak-enak."
"Kalian mau makan di rumah? Kalau begitu aku harus menelepon orang rumah terlebih dahulu agar mereka menyiapkan makanan lebih untuk kau dan Mingi."
"Oke! Kalau begitu aku cari Mingi dulu yaa..."
Setelah wanita itu pergi Jeno langung mengambil ponselnya dan menelepon Bibi Jung. Masalahnya dia belum punya nomor ponselnya Haechan dan Joohwan pun belum diijinkan untuk pegang ponselnya sendiri. Tidak diijinkan pegang ponsel tapi IPad, PC bisa itu bagaimana ceritanya, Papa Jeno?
"Halo Tuan, selamat malam..."
"Oh, selamat malam Ahjumma. Bagaimana Joohwan? Sudah berapa banyak bibit bunga yang dia tanam hingga detik ini?"
Haechan menghukum Joohwan dengan menyuruh anak itu menanam kembali bibit bunga yang sudah dia rusakkan. Sampai mukanya cemong-cemong karena tanah. Hitung-hitung belajar menjadi tukang kebun kalau kata Haechan. Selain itu Haechan ingin Joohwan merasakan juga bagaimana kalau dia berada di posisi Ahjussi tukang kebun. Bunga-bunga yang sudah setengah mati Ahjussi itu tanam dan pelihara hingga besar dirusakkan begitu saja oleh Joohwan. Joohwan pun berubah menjadi tukang kebun dadakan saat itu juga. Meski begitu Haechan tidak diam saja. Dia ikut bersama Joohwan, membantu anak itu menanam sesuai instruksi yang diberikan oleh si tukang kebun. Muka Joohwan cemong-cemong juga karena ulah Haechan. Berakhir mereka yang saling menggosok muka dengan tanah.