Halo?
Seperti biasa, jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah.
Jangan lupa berikan komentar anda tentang isi cerita, kepenulisan, atau apa pun.
Oke?
Selamat membaca 😊
________________________________________
Ada banyak hal yang diceritakan oleh Asti semalam; mengenai kedatangan Althaf Evano yang tidak terduga, senyum lelaki itu yang tampak ramah, serta kegiatan berdonasi yang dilakukan oleh pria paruh baya itu. Jika ditanya berapa jumlah uang yang didonasikan oleh Althaf, maka jawabannya setara dengan jumlah yang dikeluarkan oleh tiga donatur tetap panti. Bisa dibayangkan jumlah dari uang yang disumbangkan oleh tiga donatur tetap? Intinya, sangat banyak bagi Sana yang berpenghasilan pas-pasan.
Hari ini, Sana menjalani harinya seperti biasa. Bangun pagi, lalu berangkat bekerja. Hal yang membedakan hanyalah Sana pulang tepat pukul sembilan malam. Ingin tahu penyebabnya? Hari ini restoran sangat padat pengunjung sejak pukul satu siang hingga pukul tujuh malam. Hal yang menguntungkan, namun, berimbas pada kedua kaki Sana yang sakit bukan kepalang. Tulang keringnya benar-benar pegal setelah berjalan ke sana ke mari selama keadaan restoran ramai pengunjung. Di tengah penat yang melanda, Sana bertemu dengan teman dari panti. Luna namanya. Gadis seumuran dengannya yang bekerja di sebuah toko elektronik. Jam kerja mereka berbeda. Jika Sana bekerja dari jam tujuh pagi hingga pukul sembilan malam, Luna hanya bekerja dari jam delapan pagi sampai delapan malam. Pendapatan mereka pun berbeda. Bila Sana menghasilkan Rp. 1.500.000 per bulan dengan tambahan uang jajan sebesar Rp. 50.000 per minggu, Luna sendiri hanya memiliki penghasilan Rp. 600.000 per bulan dengan tambahan uang makan Rp. 20.000 per hari. Keduanya bertemu beberapa meter tidak jauh dari panti.
"Dari mana kamu, Lun?" tanya Sana melirik kantung plastik yang ditenteng oleh Luna.
"Minimarket. Beli pembalut," jawab Luna blak-blakan. Toh, mereka sama-sama wanita dan hanya berdua di sana.
"Oh ...." Sana mengangguk-angguk mendengarnya.
"Tumben jam sembilan udah pulang, Na?" Luna bertanya setelah memeriksa jam di tangannya.
"Iya. Restonya ramai dari siang. Jadi stok makanannya cepet habis," jawab Sana menjelaskan secara singkat. Sesuatu bergetar di dalam saku celana yang dikenakan gadis itu. Menginterupsi obrolannya dengan Luna. Ia merogoh kantung celana untuk mengeluarkan benda yang mengusiknya, sambil terus berjalan. Ditemukanlah ponsel miliknya dengan layar menampilkan beberapa pesan dari salah satu kontak bernama Aira.
AIRA
Na?
Sana?
Udah pulang, belum?
Masih di resto, ya?
Begitulah isi pesan-pesan tersebut. Sana memutuskan mengetik balasan saat itu juga.
[Ini udah pulang, kok.]
Berselang beberapa detik, Aira langsung membalas,
[Kamu lagi apa?]
Belum sempat Sana mengetik balasan, pesan berikutnya dari Aira sudah muncul,
[Aku mau telepon]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sana : Work, Marriage, Love
ChickLitSebuah permainan berpola segitiga. Ananda Sana terikat pada lembaran kertas berisikan sebuah perjanjian yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak secara sah dan resmi. Hal tersebut membuatnya berpikir ribuan kali untuk jatuh pada pesona sese...