Halo?
Apa kabar?
Jangan lupa vote dan komen ya!
Bila ada kesalahan penulisan, mohon ditandai 🙏
Oke?
Selamat membaca 👍
___________________________________________________________________
Althaf menarik kerah baju Dean lagi sampai putranya berdiri. "Apa begini Ayah membesarkanmu?" Mata ayah dua anak itu melotot seolah akan keluar dari tempatnya. "Ayah tak pernah mengajarimu menjadi pecundang!" Ia hempaskan tubuh Dean hingga terdorong ke belakang. Dean tidak melawan sama sekali. Kemarahan ayahnya bukan tanpa alasan dan ia memang jelas bersalah. Tak ada alasan untuk membela diri. "Katakan dengan jelas! Apa yang dikatakan Antony itu benar? Katakan!" Althaf kembali menarik kasar baju Dean. Terlihat sekali berusaha keras untuk tidak membanting putranya sendiri. "Jika kau masih ingin menjadi anak Ayah, jawab dengan jujur!" tekannya.
"Maaf, Ayah," Dean hanya mampu meminta maaf.
"Memalukan." Dean memejamkan mata merasa bersalah. Ayahnya pasti kecewa sekali.
"Apa kita akan terus bicara di sini?" sela Antony yang masih dibiarkan berdiri di depan gerbang kediaman Althaf Evano dan belum diperbolehkan masuk oleh si empunya rumah.
"Ada menantuku di dalam. Dia sedang hamil," ujar Althaf memberi pengertian.
"Wah, bajingan sekali putramu." Althaf tak dapat menyangkal. Julukan tak terhormat itu memang pantas disematkan kepada Dean yang telah berselingkuh hingga menghamili wanita yang bukan istrinya. Althaf tak mengerti darimana Dean mempelajari perilaku tercela itu. Sebagai seorang ayah, ia merasa gagal, gagal mendidik putranya menjadi laki-laki yang baik. Ia tak berhasil mendidik putra sulungnya menjadi pria setia, bertanggung jawab dan terhormat. Ia sungguh malu dan merasa bersalah pada Diana, ibu dari Dean.
"Berapa usia kandungannya?" tanya Antony merujuk pada usia kehamilan Sana.
"Sembilan minggu," jawab Althaf lemah. Energinya terkuras gara-gara sang putra.
"Sembilan minggu? Itu sama dengan putriku." Kedua pria paruh baya itu sontak menoleh pada Dean. Menyadari sesuatu hal yang janggal. Sementara yang ditatap merasa ngeri melihat sorot tajam dua orang yang seperti ingin memenggal kepalanya.
"Kau ...," Althaf kehilangan kata-kata. Putranya itu ... mengapa kelakuannya sangat memancing hujatan?
"Kau menyelingkuhi istrimu, atau membohongi ayahmu?" tembak Antony. Althaf terkejut mendengar terkaan itu. Ia melihat ke arah Antony, yang disadari oleh ayah dari Esmeralda itu. "Kau tidak curiga pada usia kandungan mereka yang sama?" tanya Antony yang memang selalu mencurigai hal sekecil apa pun. Namun kali ini, kecurigaan pria itu terasa masuk akal bagi Althaf. "Mereka bisa saja mengelambuimu. Menantumu mungkin tidak hamil, tapi putriku yang hamil. Ini pasti rencana dari mereka bertiga." Mata Dean membelalak mendengar asumsi Antony yang tepat sasaran. Bagaimana bisa ayah Esmeralda itu sangat cepat membaca rahasianya?
Althaf menatap berang putra sulungnya. Tidak menyangka putranya seculas itu. Segera saja bogem mentah ia layangkan pada wajah sang putra. Membuat sudut bibir Dean berdarah dengan pipi membiru. "Apa kau senang mempermainkanku?"
"Dibanding itu semua, bagaimana nasib putriku sekarang?" tanya Antony menarik kembali atensi dari Althaf. Sosok yang ditanya mengurut kening yang terasa begitu pegal. Bagaimana bisa ia tertipu oleh putranya sendiri? Setelah mencoba menenangkan diri—meskipun sesungguhnya gelegak amarah masih bergejolak di dalam hati—Althaf memberikan janji, "Begini, aku akan menerima bayi itu. Bayi itu akan menjadi bagian dari keluarga kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sana : Work, Marriage, Love
ChickLitSebuah permainan berpola segitiga. Ananda Sana terikat pada lembaran kertas berisikan sebuah perjanjian yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak secara sah dan resmi. Hal tersebut membuatnya berpikir ribuan kali untuk jatuh pada pesona sese...