33. PARFUM

28 4 0
                                    

Hai?
Apa kabar?
Jangan lupa vote dan komen ya?

Selamat membaca 💙

______________________________________________


Ini ketiga kalinya Esmeralda makan bersama putra dari rekan bisnis sang ayah. Laki-laki yang duduk di depannya itu terlalu bersemangat menyambut perjodohan bisnis kedua perusahaan mereka, padahal Esmeralda jelas tidak menunjukkan antusiasme yang sama. Jika bukan karena takut pada perangai Ayah yang lumayan galak, wanita itu sudah pasti akan menolak mentah-mentah. Berhubung masih sayang nyawa, harta, dan karir, Esmeralda menyimpan penentangannya dalam hati. Sebab terlampau tak berani untuk melakukan pemberontakan. Baiklah, untuk saat ini turuti saja permintaan Ayah, yang penting hubungan asmara dengan Dean tetap berlanjut tanpa ketahuan.

"Aku ke toilet dulu, ya?" Hugo, lelaki yang mengajak Esmeralda makan siang bersama itu meminta izin pergi ke toilet.

"Iya, silakan," balas Esmeralda mengangguk sebelum membuka ponsel setelah memastikan punggung Hugo sudah tak terlihat. Ia mengirim pesan pada Dean yang beberapa hari terakhir tidak menghubungi. Mungkin kekasihnya itu sibuk dengan urusan pekerjaan sama sepertinya.

MOCCA

Jangan lupa makan siang, Sayang

Jangan heran dengan nama kontak milik Dean. Esmeralda sengaja menyamarkan agar hubungan mereka tetap aman. Mengapa diberi nama Mocca, sebab Dean sendiri merupakan pecinta roti isi mocca.

Aroma khas iga sapi menyeruak kala iga bakar pesanan Esmeralda dihidangkan di atas meja. Nasi putih hangat, iga bakar, ditambah sambal dan lalapan merupakan salah satu menu makan siang ternikmat untuknya. Terlebih es kelapa muda-lah yang ia pilih sebagai pelepas dahaga. Sungguh, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Persetan dengan diet sehat yang dijalaninya kemarin-kemarin. Dia akan makan dengan lahap kali ini di depan Hugo agar lelaki itu merasa *il-feel.

"Maaf, nunggu lama, ya?" Hugo kembali dari toilet usai seluruh menu pesanan lelaki itu tersaji. Lelaki itu memilih sop iga sebagai menu makan siangnya hari ini.

Aduh, aroma parfumnya menyengat sekali. Apa Hugo pergi ke toilet untuk menyemprot ulang tubuhnya dengan wewangian? Bukannya menambah kadar keharuman, yang ada Esmeralda justru mendadak pusing menghirupnya. Sesuatu perlahan bergejolak di dalam perutnya. Tidak, Esmeralda memang ingin membuat Hugo hilang feeling padanya, tetapi tidak dengan muntah di hadapan laki-laki itu yang hendak makan siang. Ia tak mau dianggap kurang sopan. "Maaf, saya ke toilet dulu."

***

Sesampainya Esmeralda di salah satu kamar mandi, ia mengeluarkan isi perutnya. Namun, hanya cairan bening yang keluar. Apa ia masuk angin? Atau parfum Hugo tidak cocok dengan indra penciumannya?

"Lo mau nikah usia berapa, Ta?" Percakapan di luar kamar mandi memasuki rungu Esmeralda.

"31 kali, ya?"

"Nggak ketuaan?"

"Enggak lah. Justru persiapannya lebih mateng dari segi finansial dan mental."

"Orang tua lo setuju?"

"Ya nggak usah bilang-bilang sama mereka lah. Toh yang bakal ngejalanin gue."

"Terus nanti lo rencana punya anak berapa?"

"Childfree aja, lah."

"Emang calon suami lo mau?"

"Ya cari yang mau, lah."

"Apa gue childfree juga, ya? Takut nggak bisa jadi orang tua yang baik. Tahu sendiri 'kan ortu gue gimana? Tiap hari berantem mulu. Takut gue juga gitu, nanti." Mumpung sedang berada di dalam kamar mandi, Esmeralda memutuskan sekalian buang air kecil agar nantinya jika kebelet tidak bolak-balik. Sembari menuntaskan panggilan alam, ia menyimak pembicaraan di luar bilik kamar mandi.

"Terserah lo, sih itu. Lo nikah kapan?"

"Rencananya sih 3 bulan lagi."

"Kalau lo mau childfree atau belum pengen punya momongan dulu, lo harus siapin kondom sama morning after pill biar nggak kebobolan."

"Duh, gue nggak suka minum obat lagi. Nggak cukup kondom aja?"

"Kondom masih bisa kebobolan, Cuy."

"Serius?" Esmeralda telah selesai dengan urusannya, lalu keluar dari bilik kamar mandi. Ia kemudian mematut diri di depan cermin besar, bersisian dengan dua perempuan yang sejak tadi asyik mengobrol sambil memperbaiki riasan wajah. Selanjutnya seorang wanita yang tengah hamil muda keluar dari salah satu bilik kamar mandi dan berdiri di samping Esmeralda untuk memeriksa penampilan di depan cermin.

"ART gue anak udah 6 tapi kebobolan lagi karena kondomnya ternyata robek." Percakapan dua perempuan masih berlanjut.

"Buset! Jadi 7 dong? Nggak KB emang?"

"Nggak cocok minum pil KB. Dia nggak mau KB suntik karena nggak mau gendut. Takut suami selingkuh katanya." Dua perempuan itu mengeluarkan parfum dari dalam tas kecil lalu menyemprotkan banyak-banyak ke tubuh yang membuat aroma semerbak memenuhi area tersebut.

"Loh? Kan bisa pake cara lain—"

"Huek!" Obrolan itu langsung terhenti usai wanita hamil sekonyong-konyong memasuki kamar mandi lagi sambil menutupi hidung dan mulut, membuat dua perempuan saling menatap dengan terkejut. "Keluar, yuk? Nggak enak sama ibu hamil, parfum kita bikin mereka mual," bisik salah satu dari mereka dan keduanya bergegas berlalu pergi, meninggalkan dua wanita yang mual-mual di dalam toilet.

***

Bersambung ....

*il-feel : Ilang-feeling

Sana : Work, Marriage, LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang