17. Hati Merah

42 12 8
                                    

Hai?

Jangan lupa vote dan komen 👍

Selamat membaca 😊

________________________________________

Dua orang pria masih setia menunggu di dalam mobil yang diparkir tidak jauh dari sebuah gedung apartemen. Menanti dengan sabar target yang harus mereka awasi. Dua jam mengamati, keduanya tidak menangkap batang hidung sang target maupun kendaraan yang dibawa. Hanya ada sepasang lelaki dan wanita yang tampak keluar - masuk apartemen menggunakan motor. Sementara itu, di basement apartemen, seorang pemuda diam-diam menyunggingkan senyum miring seraya melepas helm yang melindungi kepala sebelum berjalan memasuki lift bersama gadis di sampingnya. Kedua tangannya menenteng dua buah kantung plastik dengan senyum terus merekah di bibir.

Tiba di lantai yang dituju, keduanya keluar dari lift dan melangkah menuju salah satu unit. Begitu sampai di unit yang dituju, sang pria memencet bel sebanyak tiga kali. Tidak menanti lama, pintu di hadapan mereka pun terbuka, menampilkan seorang pemuda dengan tinggi melebihi 180 cm.

"Eh, Bang Dean!" Pemuda tersebut menunjukkan senyum sebelum mempersilakan kedua tamu untuk memasuki unitnya. "Gimana, Bang, acaranya? Lancar?" tanya pemuda pemilik unit seraya membimbing Dean menuju sofa.

Orang yang ditanya lantas memberikan anggukan. "Aman!" jawabnya sembari melepas masker, diikuti gadis di belakangnya.

"Nggak ketauan berarti?" tanya pemilik unit memperjelas.

Dean menggeleng disertai senyum puas. "Thanks, ya, barang-barangnya?" ucap pemuda itu bergerak membuka zipper jaket yang dikenakan.

"Sip, Bang!" Ketiganya tiba di ruang televisi dan mendapati Aira tengah serius menonton film.

"Film apa, nih?" Dean memperhatikan film yang sedang diputar.

"Horor, Bang!" sahut sang pemilik unit.

Aira yang mendengar suara Dean seketika menoleh, "Eh, Kak Dean! Udah selesai?"

"Hm. Ini saya beli sate domba buat kalian, dua porsi." Dean menyerahkan kantong berisi makanan yang disebutkannya pada Aira.

"Wah ...." Aira menerima kantong tersebut dengan mata berbinar. "Makasih, Kak!"

"Ini, sama es kelapa." Dean memberikan kantung plastik lain yang berisi minuman. "Oh, iya. Saya mau ganti baju, di mana?" Pemuda itu beralih pada sang pemilik unit.

"Di kamar Bagas aja, Bang. Mari Bagas antar!" ucap pemilik unit bergegas membimbing Dean menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Tinggallah Aira yang kini menatap Sana di dekatnya. "Gimana, Na?" tanya Aira dengan suara pelan.

Sana mendudukkan diri di sampingnya. "Belum nemu ide yang pas," jawab Sana dengan suara lebih pelan.

"Mata-matanya ngikutin kalian, nggak?" Sana memberikan gelengan untuk pertanyaan Aira. "Sukses dong, penyamarannya?" Gadis itu mengangguk lalu melepas jaket yang dikenakan. "Nih! Makasih, ya?" Sana mengembalikan jaket yang dipinjamnya dari Aira.

"Yang? Itu satenya nggak ditaruh di piring?" Suara Bagas mengejutkan keduanya.

"Eh? Aku lupa!" Aira menunjukkan cengiran sebelum berlalu menuju dapur dengan dua kantung plastik pemberian Dean di tangan. Bagas pun bergerak mengikuti sang kekasih.

Tidak lama, Dean keluar dari kamar Bagas dan menemukan Sana tengah duduk di depan televisi seorang diri. Tampak asyik bermain ponsel tanpa menghiraukan film yang masih diputar. Memunculkan sebuah ide di kepala Dean.

Sana : Work, Marriage, LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang