Lapangan dan Instastories (Bagian ke 33)

141 7 4
                                    

"Kalian ngapain disini!" Sentak senior Wildan yang melihat dua orang diluar kamar asrama hanya berduaan di tengah subuh.

"Ah..siap kak! Nyari angin!" Sahut Rizki langsung menengap kan dirinya,

"Siap kak! Abis nyusun sendal!" Sahut Wildan dan menengapkan dirinya,

"Jadi yang bener yang mana?!"

"Siap kak Nyari Angin!"

"Siap kak nyusun sepatu!" Dua orang itu saling bertukar jawaban.

"Nyusun sepatu dimana?! Ini di depan pintu kosong!" Sentak senior sambil menunjuk ke arah lantai,

"Maksudnya ini kakk..nyari Angin kak!" Wildan membenarkan kalimatnya lagi,

Sebenarnya Senior tak mau memperpanjang masalah setelah melihat Wildan yang masih menggunakan sarung sedangkan Rizki yang masih dengan mata sayunya,

"Kamu habis sholat malam?!" Tanya kakak senior dengan nada lantang,

"Siap iya kak!" Jawab Wildan dengan nada lantang,

"Kamu masuk kedalam!" Kakak Senior membuka kan pintu kamar dan menyuruh Wildan masuk.

Tinggal sisa Rizki yang ditahan, "Kamu ngapain jam segini bangun! Mau ngapain!"

"Ma-mau wudhu kak.."

"Tadi katanya mau nyari angin?"

"Maksudnya..mau wudhu sekalian nyari angin biar bangun kak.."

"Sini kamu!" Kakak Senior menarik kera baju Rizki dan menyeret nya dari depan kamar asrama hingga ke dalam toilet asrama,

"Udah bangun belum! Sana langsung wudhu!" Kak senior meninggalkan Rizki di dalam toilet untuk mengambil wudhu.

"Kayaknya memang disuruh sholat guaa.." Dengan malasnya Rizki meraup wajah nya dan menyelesaikan wudhunya. Ia segera kembali ke kamar Asrama sebelum ada kakak senior yang lain.

"Ekhm ekhmm.." Wildan mengintip Rizki yang sedang menggunakan sarungnya,

"Awas lu yaa!" Dengan suara yang bisik bisik Rizki memberi tatapan tajamnya sebelum ia memulai shalatnya.

Matahari berdiri tengap di tengah-tengah awan yang cerah. Sudah kelewat siang untuk disebut pagi dan terlalu pagi untuk disebut Siang.

Semua taruna dan taruni dikumpulkan di lapangan untuk latihan Marching Band. Lapangan yang luas dengan rumput warna hijau dan cuaca yang sejuk ini tak begini membuat yang lain menggerutu kepanasan.

Wildan memandu lapangan, ia pemegang tongkat di barisan paling depan.

"SATU!"

Tongkat di tangan Wildan berputar tiga kali

"HAP!"

di Saat tongkat melayang ke atas dan kembali ke tangan pemilik lagi. Itu artinya berhasil namun tongkat itu bisa jadi kembali atau lepas dari genggaman jika tak kuat untuk menangkapnya.

"Yes!" Semua orang bersorak dengan senang, akhirnya latihan susah payahnya membuah kan hasil. Empat Tongkat yang melayang, mendarat dengan tepat di tangan masing masing pemain.

Sekarang waktunya istirahat, ada waktu setengah jam lebih untuk taruna dan taruni menghabiskan waktunya untuk makan dan beristirahat.

"Uy!" Rizki menoel lengan Wildan yang dari tadi hanya duduk termenung meratapi lapangan hijau yang terbentang lebar.

"Diem diem bae! Ngopi ngapa ngopi!" Rizki berteriak tepat di kuping Wildan,

Dengan cepat Wildan mendorong Rizik dan menjauhkan kupingnya dari mulut Rizki,

MILO (Akmil & akpol ku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang