Upacara bendera telah dimulai, para pemimpin barisan menyiapkan barisannya masing-masing, yang pendek di barisan depan, yang tinggi di belakang, laki-laki samping kiri dan perempuan samping kanan, begitulah kiranya formasi barisan saat ini. Karena Aira dan Dena tingginya hampir sama, mereka dapat berdiri berdampingan, sedangkan Ifah yang termasuk tinggi berada di barisan kedua dari belakang. Guru-guru dan seluruh petugas upacara telah berdiri di posisinya masing-masing. Upacara kali ini dipimpin oleh seorang laki-laki kelas XI, tubuhnya tinggi, tegap, tampilannya rapi, ganteng pula, suaranya tegas gentle man membuat kaum hawa terpesona.
"Den, aku gak bisa liat nih," bisik Aira, wajahnya gusar, bagaimana tidak, dengan kondisi mata minus 3 sangatlah menganggu tanpa bantuan kacamata.
"Yang penting bukan buta kan?," jawab Dena sambil berbisik.
"Diem woy," desis Bella yang berdiri persis di belakang Dena, ia tak mau terkena hukuman gara-gara dua manusia itu.
🌼🌼🌼
Upacara bendera telah selesai, syukurlah tidak ada yang berbuat ulah, semua berlarian menuju kelas masing-masing.
Aira dan Dena duduk dalam satu bangku, karena Aira mengidap penyakit minus, mereka berdua duduk di bangku paling depan barisan tengah, suasana kelas sangat ramai oleh berbagai pembicaraan, sudah hal yang lumrah jika guru belum datang pastilah keadaan kelas seperti pasar, Aira berbeda, ia sadar betul dirinya bukan lagi siswa sekolah dasar, ia sudah berada di jenjang SMA, sudah saatnya serius belajar dan buang jauh-jauh rasa malas, apalagi dalam belajar, it's oke Aira harus ngambis, setiap kali ada waktu luang ia gunakan untuk membaca buku-buku pelajaran guna persiapan ujian kenaikan kelas, sedangkan Dena sudah nasib berada satu bangku dengan Aira membuatnya sering berkeliaran dari satu majlis gosip ke satu majlis gosip lainnya. Kalau Ifah mungkin sebelas-duabelas dengan Aira, setiap kali ada waktu kosong di sela-sela jam pelajaran, ia gunakan untuk membaca buku pelajaran, Ifah selalu menghargai waktu, motivasinya yakni surat Al-ashr ayat 1-3.
🌼🌼🌼
Istirahat pertama telah tiba, semua orang berlarian menuju kantin, sejak itulah suasana kelas menjadi sepi melompong, kontras dengan keadaan kantin yang sesak oleh manusia-manusia yang kelaparan. Dena telah lenyap dari pandangan Aira, setiap istirahat pertama, Dena tidak pernah mengajak Aira jajan, ia sudah tahu Aira akan menolak tawarannya, gadis itu lebih memilih membaca di kelas atau berkunjung ke perpustakaan.
"Ra, sholat dhuha yuk," ajak Ifah saat di kelas hanya ada ia dan Aira. Setiap kali waktu istirahat pertama, Ifah selalu datang ke mushola sekolah guna melaksanakan sholat dhuha, ia juga selalu mengajak Dena dan Aira, tapi sayangnya, Dena selalu menolak, anak itu memang tidak bisa ditawar rasa laparnya, sedangkan Aira terkadang menuruti ajakan Ifah, terkadang juga menolak.
"Enggak dulu deh, Fah, aku mau minjem buku paket semester dua, hm..maaf yah," tolak Aira dengan lembut.
"Oh yaudah, aku ke mushola dulu, yah," pamit Ifah, "Assalamu'alaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Far
Teen FictionAira, gadis yang tengah duduk di bangku SMA Kelas X Semester 2, 'dikenal namun tidak mengenal' begitulah kiranya kalimat yang dapat menggambarkan sosoknya. Kehidupan sekolahnya sangat tenang dan damai, hingga suatu saat ia terseret oleh gosip yang d...