13. Buta Hati

13 14 8
                                    

Beberapa hari lagi ujian kenaikan kelas akan dilaksanakan, artinya, sebentar lagi Rezza akan berangkat ke pesantren di Sumatra, rasanya baru kemarin Aira dekat dengan Rezza, eh mau pisah saja, sedih?, tentu, tapi apalah daya, toh Rezza juga akan menimba ilmu syar'i, kenapa ia tidak rela, ini menyangkut antara hamba dan Tuhannya, yakni soal menuntut ilmu agama. Semakin hari Aira semakin memikirkannya, bahkan terkadang sampai melamun, Aira juga berubah, biasanya ketika ujian hampir tiba ia akan mempersiapkan dengan matang, belajar siang malam, dimana ada Aira disitu ia sedang membaca, tapi kali ini boro-boro rajin belajar, pikirannya dipenuhi dengan sosok Rezza.

"Ra, sholat dhuha yuk," ajak Ifah ketika hanya ada ia dan Aira di kelas.

Aira mengangguk, dari awal pelajaran memang ia sudah berniat untuk melaksanakan sholat Dhuha.

Letak mushola berada di dekat taman sekolah, lumayan jauh dari kantin. Luas bangunannya lumayan besar, bisa digunakan untuk sholat jama'ah, bagi Ifah mushola adalah tempat favoritnya di sekolah, terkadang setelah Ifah melaksanakan sholat Dhuha ia duduk santai di taman depan mushola sembarangan muroja'ah hafalan, oh iya, Ifah itu seorang Hafidzah, ia sudah hafal kurang lebih 5 Juzz secara mutqin, itu termasuk prestasi yang sangat membanggakan bagi seorang yang sama sekali tidak pernah mengeyam pendidikan pesantren atau sekolah berbasis Islam terpadu, Ifah menghafal Al-Qur'an secara otodidak.

"Ra, kenapa akhir-akhir ini kamu sering ngelamun?," tanya Ifah melihat Aira sedang duduk termangu di sampingnya, mereka telah selesai shalat Dhuha, Aira meminta Ifah agar mau menemaninya duduk di taman, ia butuh ketenangan.

Aira membuang nafas, "gimana aku gak ngelamun, Fah, bentar lagi Rezza mau berangkat mondok," curah Aira sedih.

"Kamu masih mikirin itu?."

"Gimana gak mikirin coba, baru kali ini aku suka sama cowok, eh malah cowoknya mau pergi, kan mengsedih, aku gak bisa suka sama selain Rezza," katanya.

"Ra, kita masih SMA, masih jauh perjalanan kita, sekarang yang kita harus pikirin ujian kenaikan kelas yang bener-bener udah di depan mata, kok aku lihat kamu gak semangat buat ujian, gak kayak biasanya. Jangan mikirin Rezza, Ra, dia belum tentu jodoh kamu, kalau jodoh pasti in syaa Allah akan dipertemukan kembali kok, Allah itu tahu apa yang terbaik buat hambanya, barangkali dengan jauhnya kamu dari Rezza bisa jadi jalan buat kamu jadi lebih baik, ayo Ra kita sama-sama hijrah, stop mikirin Rezza, perbaiki diri, jalan kita masih panjang, semoga Allah ngasih jodoh yang bisa bimbing kamu, aku selalu doa'yang terbaik buat kamu, Ra. Jangan sampai cinta kamu sama manusia membuka kamu jadi melupakan segalanya, kamu jadi sering lesuh, pokoknya beda dari Aira yang aku kenal, Aira gak kayak gini, jangan mengharap sesuatu yang tidak pasti" ujar Ifah dengan suara lemah lembut, ia sungguh tak tega melihat sahabatnya terpuruk.

Aira seperti tidak memiliki semangat hidup lagi, apa gara-gara rasa sukanya terhadap Rezza membuat ia semakin terperosok ke jalan yang salah?, bukankah Allah mengingatkan hambanya agar jangan mengharap kepada manusia, cukuplah Allah tempat berharap. Dari hubungan Aira dan Rezza saja sudah salah, walaupun tidak ada ikatan dengan nama 'pacaran' tapi yang namanya sentuhan apalagi berduaan dengan lawan jenis adalah bentuk kemaksiatan, mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang lumrah, bahkan Aira juga menganggapnya seperti itu, jujur saja, Ifah juga tidak pernah suka Aira dekat dengan Rezza, bukan apa-apa, Aira sering bercerita kepadanya, bahwa Rezza itu romantis, pengertian, sering menasihati, tapi kalian yakin itu adalah hal yang benar?, tidak ada hubungan pertemanan yang murni antara laki-laki dan perempuan, setuju?.

Mendengar perkataan Ifah barusan, bukannya membuatnya tenang, justru membuat Aira berfikir kalau Ifah suka dengan Rezza.

"Kamu mah cuma ngomong doang, kamu gak pernah ngerti apa yang aku rasa, ngomong mah gampang, Fah, tapi coba kamu di posisi aku," bentak Aira, "aku curiga kamu selama ini suka sama Rezza kan?, kamu gak pernah dukung aku deket sama Rezza, kamu gak pernah suka aku sama Rezza terus. Ngaku!, kamu suka kan sama Rezza?."

Ifah tertohok, baru kali ini ia dibentak-bentak oleh sahabatnya sendiri, Aira telah salah paham besar, jelas-jelas Ifah tidak pernah memiliki rasa terhadap Rezza, ia hanya ingin sahabatnya menjadi lebih baik, ia hanya ingin mengingatkan sahabatnya ke jalan yang benar, Aira telah dikendalikan oleh rasa yang kebanyakan orang bilang dengan 'cinta', oke cinta itu fitrah manusia, tapi manusia harus bisa menjaga kesucian cinta tersebut, cinta memang datang tak diundang, pelakunya juga tidak menginginkannya, mungkin perjalanan Aira masih sangatlah jauh untuk mengenal cinta yang sebenarnya, cinta yang halal, cinta yang memiliki kepastian, cinta yang tidak membuat lupa bahkan khilaf.

Mata Ifah berkaca-kaca, "Ra jangan sampai gara-gara ini kita jadi musuhan, aku gak suka Rezza, aku gak tega liat kamu jadi lesuh mikirin Rezza," ungkap Ifah.

Aira bangkit dari tempat duduknya, ia menatap tajam mata Ifah, "gak usah sok ngelak deh, Fah. Mana mungkin kamu mau ngaku kalau suka Rezza, aku gak nyangka kamu bisa nusuk aku dari belakang." Aira menghentakkan kakinya di depan Ifah dan meninggalkannya sendirian di kursi taman sekolah.

Ifah menatap punggung Aira yang kian menjauh darinya, ia sungguh tak habis pikir Aira memiliki pemikiran seperti itu.

Kejadian tersebut disaksikan oleh seorang laki-laki yang sedari tadi duduk dan emper mushola, ketika Aira pergi laki-laki tersebut menyusul guna menemui Aira.

Dengan perasaan kesal Aira berjalan menyusul lorong, seseorang dari belakangnya memanggil beberapa kali, Aira mendengar suara itu, tapi ia sama sekali tidak menghiraukan, hatinya sebal, pikirannya kacau.

"Ra," panggil Rezza sembari meraih tangan Aira agar ia mau berhenti.

Aira menoleh, tidak menyahut.

"Ra, kok kamu kayak gitu sih?, kamu bukan Aira yang aku kenal, kenapa kamu tega bentak-bentak Ifah sahabat kamu sendiri, jangan kayak gitu, Ra," ucap Rezza sambil menatap mata Aira yang kini berkaca-kaca hingga kacamatanya berembun.

Rezza meraih kacamata yang bertengger di hidung Aira, ia menggosok kacamata itu dengan sebuah kain lembut yang ia ambil dari dalam sakunya, kemudian ia pakaikan kembali kacamata itu semua.

Aira menunduk, menangis.

"Ra, minta maaf sama Ifah, dia pasti maafin kamu kok, aku juga minta maaf gak bisa selalu ada buat kamu," ungkap Rezza masih menatap Aira.

Aira menatap Rezza balik, "kamu selalu belaian Ifah, kamu juga selama ini sering bahas Ifah ke aku. Rezz aku bukan Ifah, aku Aira, kamu kalau suka Ifah gak usah ngasih harapan ke aku, Rezz. Aku kecewa sama kamu." Aira pergi meninggalkan Rezza berdiri di depan lab komputer.

Aira telah terbakar oleh api cemburu, Rezza selalu memberi perhatian terhadapnya, tetapi Rezza juga sering membicarakan tentang Ifah, bahkan saat ia bermain di rumah Rezza, Najma juga bilang kalau Rezza dulu sangat dekat dengan Ifah.

Rezza tidak menyangka kalau Aira memiliki pemikiran seperti itu padanya.

🌼🌼🌼

"Kenapa nangis?," tanya Dena ketika melihat Aira datang entah darimana, tiba-tiba saja duduk di bangku dalam keadaan matanya bengkak.

"Den," panggil Aira dengan suara lemah karena isakan tangis yang tak kunjung berhenti.

"Iya, kamu kenapa?," tanya Dena kembali.

"Ifah, dia suka Rezza, Rezza juga suka Ifah."

Mata Dena membulat, "hah?, gimana bisa?, kata siapa?," berondong Dena.

"Mereka emang gak bilang kalau suka, tapi aku bisa baca dari kelakuan mereka, dari Rezza yang sering bahas soal Ifah, Ifah juga kayak gak seneng kalau aku suka Rezza, aku kecewa," decak Aira sambil mencabik-cabik rok abu-abunya.

"Kamu jangan ngambil kesimpulan yang belum jelas, Ra. Mana mungkin Rezza suka Ifah, dia kan cuma perhatian sama kamu."

"Bisa aja kan Rezza deketin aku cuma pengen deket lagi sama Ifah, dia selalu bilang sama aku buat selalu temenin Ifah."

Dena berpikir, penjelasan Aira cukup masuk akal, "kamu jangan nangis dulu, ya. Nanti aku coba tanya Ifah." Dena mengelus pundak Aira.

🔰🔰🔰

Jangan lupa Vote ⭐ dan coment 💬🥰
Jangan pelit-pelit shob😁
Gratis kok 🥰🤗
Gak ada ruginya 😁
Share yups kalau suka😁.

After FarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang