Pertandingan telah selesai, semua orang berhamburan meninggalkan lapangan, para pemain telah terkuras tenaganya, mereka sedang duduk di bangku panjang sekitar lapangan untuk istirahat sebentar sebelum berganti pakaian.
Aira beberapa kali melirik jam tangan warna hijau toska miliknya, gadis itu mulai risih oleh kelakuan sahabatnya yang sedari tadi melirak-lirik ke arah kumpulan pemain bola. "Den, pergi ke kelas yuk. Jam istirahat bentar lagi selesai," ajaknya.
"Bentar, aku pengen ketemuan sama Reinald," Dena bernegosiasi.
"Oke, aku pergi duluan ya." Aira bangkit dari bangku panjang lalu melangkah meninggalkan Dena.
"Eh jangan tinggalin aku, Ra, teman macam apa kamu, teman aja ditinggalin, apalagi pacar." Dena menyusul langkah Aira yang hendak menuju tangga lantai dua.
Jarak antara tangga dan tempat mereka duduk cukup jauh, harus melewati beberapa ruangan, seperti laboratorium, gudang, koperasi dan..hei Aira dan Dena melewati sekelompok tim sepakbola kelas X IPS-2 dan dengarlah apa yang mereka bicarakan, Aira jelas sekali mendengar mereka menyebut-nyebut namanya dan satu nama lagi, Rezza.
Sebegitu Viralnya gosip itu?.
"Ra, kamu denger mereka ngomong apa?," tanya Dena sambil berbisik. Mereka sudah jauh dari gerombolan laki-laki itu.
"Kenapa?, mau ikutan ngejek?," tanya Aira ketus.
Dena tertawa, "of course, Ra."
🌼🌼🌼
Istirahat kedua telah tiba, karena sekolah pulang sore sekitar jam setengah empat (Full Day School), jadi istirahat kedua hampir semua orang berada di kantin untuk memesan makanan berat seperti bakso dan kawan-kawan, ya lumayan mengganti makan siang.
"Fah, tadi aku udah pesenin bakso juga buat kamu," ucap Dena sembari menarik kursi di samping Ifah.
"Makasih, Den," sahut Ifah.
"Sama-sama." Dena tersenyum, ia menoleh ke sisi kirinya "Ra mau makan apa?," tanya Dena yang kini sedang menunggu bakso pesanannya datang.
"Masih bingung," jawab Aira.
Aira, Dena, dan Ifah tengah berada di kantin sekolah, mereka duduk di bangku paling pojok.
"Tau gak?," celetuk Dena.
Aira dan Ifah menggeleng.
"Pulang sekolah aku mau jalan-jalan sama Reinald," ucapnya berbinar-binar.
"Marahin Bunda kamu karena pulang telat baru tau rasa," omel Aira.
"Yee biarin, lagipula aku udah izin," katanya sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Izin ke Bunda kamu kalau mau pacaran?," selidik Ifah.
Dena memutar bola matanya, "ck, pinter dikit dong, Fah. Ya aku bilang mau kerja kelompok bareng temen. Gini-gini aku juga banyak akal kali," bangga Dena.
"Banyak akal kalau buat bohongin orang ya gak baik dong, Den, jangan bangga dalam hal keburukan. Kamu mau jadi anak durhaka?," terang Ifah.
Ekspresi bangga Dena seketika memudar. "Dih, Fah, jangan bilang aku jadi anak durhaka dong, kamu teh sukanya nakut-nakutin orang," decak Dena.
"Aku cuma nasihatin, Den," ungkap Ifah lembut.
"Bentar ya, aku mau pesen bakso, jadi pengin," seloroh Aira. Gadis itu pergi tanpa menunggu Dena maupun Ifah merespon dengan satu katapun.
"Mang, bakso satu," ucap Aira dan Rezza berbarengan. Aira baru tersadar jika ia dan lelaki itu berdiri berdampingan di antara kerumunan. Sontak membuat Rezza dan Aira saling tatap heran, kemudian diikuti seluruh orang yang berada di kantin membisu, waktu seolah berhenti, jantung seakan enggan memompa, semua orang menatap ke arah yang sama, Rezza dan Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Far
Genç KurguAira, gadis yang tengah duduk di bangku SMA Kelas X Semester 2, 'dikenal namun tidak mengenal' begitulah kiranya kalimat yang dapat menggambarkan sosoknya. Kehidupan sekolahnya sangat tenang dan damai, hingga suatu saat ia terseret oleh gosip yang d...