5. R-A-H-A-S-I-A

14 16 4
                                    

"Nah udah sampe kan." Rezza turun dari sepeda, Aira menyusul. "Benerkan ini rumahmu?."

Aira mengangguk.

Aira pikir Rezza tidak serius tahu rumahnya, tapi lihatlah ia dan Rezza benar-benar sampai di tempat tujuan, tanpa tersesat. Baiklah Aira tidak akan memikirkan darimana Rezza tahu alamat rumahnya.

"Ayo masuk, Ibu mungkin udah pulang dari sekolah," Aira mempersilahkan Rezza untuk masuk ke rumahnya.

"Assalamu'alaikum," Rezza mengucap salam kepada penghuni rumah yang kelihatannya hanya Aira saja yang ada.

"Wa'alaikumsalam, eh iya lupa," Aira menjawab salam, sebenarnya salam itu mengandung sindiran halus untuk Aira, dia lupa mengucap salam ketika masuk. "Duduk aja di shofa, aku mau cari Ibu di atas." Aira segera menaiki tangga menuju lantai dua.

"Terimakasih, Ra."

Rezza duduk sendirian di shofa, tiada siapapun yang menemani, ia hanya menunggu Aira dan Ibunya turun menemuinya, setelah beberapa menit menunggu, Aira turun dari tangga tanpa diikuti oleh siapapun, Rezza faham, nampaknya Ibunya masih mengajar di sekolah.

Aira duduk di sebrang Rezza, "Maaf Rezz, Ibuku belum pulang, gimana kalau kamu pulang aja dulu," ujarnya memelas.

"Kamu ngusir aku ya?," tanya Rezza iseng.

"Eh bukan, emang kamu mau nunggu?."

"Nggak masalah, aku bisa nunggu sambil main HP," Rezza mengeluarkan ponsel dari dalam ranselnya.

"Bukannya dilarang bawa ponsel ke sekolah?," selidik Aira.

Itu benar, di sekolah mereka siswa dilarang keras membawa ponsel, umumnya sih sekarang mungkin sekolah menengah atas sudah memperbolehkan siswanya membawa ponsel di sekolah dengan catatan bukan multi guna.

Rezza menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya, bener, tapi selama nggak ketahuan emangnya kenapa?."

"Tapi sekarang aku udah tau, besok aku laporin ke guru BP nih," ancamnya.

"Jangan, Ra, ampunilah diriku," pinta Rezza.

Aira tertawa, hah bagaimana mungkin lelaki ini punya sisi lucu seperti ini, tiada yang menyangka bahwa dia ternyata bisa menjadi teman mengobrol yang seru.

"Aku tunggu di luar rumah." Rezza bangkit meninggalkan Aira.

🌼🌼🌼

Hampir setengah jam Rezza menunggu di kursi teras, Ibu Aira tidak kunjung pulang, Rezza kembali masuk mendapati Aira yang sedang membaca buku di shofa sambil menikmati cemilan, "Ra, gerah," ucapnya sembari mengipaskan tangan ke leher.

"Oh iya, maaf Rezz, aku lupa kamu di luar, mau minum nggak?," tawar Aira merasa bersalah.

"Aku gak minta minum, aku mau minta izin nih," jelas Rezza.

"Izin apa?."

"Izin suka Aira," jawab Rezza tersenyum.

"Izin apa?," Aira tidak salah mendengar, ia tidak tuli, ia hanya ingin memastikan, apakah itu benar atau hanya gurauan, pastilah Rezza hanya membual.

"Bercanda, izin pulang, besok mungkin aku ke sini lagi, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam," Aira mengantar Rezza keluar.

"Ra," Rezza kembali menghampiri Aira yang sedang berdiri di tengah pintu. "Mau ikut ke rumah aku nggak?."

"Hah?."

"Cuma bentar ko, nanti aku anterin kamu pulang, sekalian ketemu Ibu kamu, nanti aku kenalin sama adik perempuanku, ayo, Ra, naik," titah Rezza yang kini sudah di berada di samping sepedanya.

After FarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang