16. Keputusan Danil

11 4 5
                                        

Papah telah membayar pakaian yang Danil pilih di kasir, sebenarnya Papah menyuruh Danil agar memilih pakaian lebih dari itu, tapi Danil malah hanya membeli tiga pasang, Papah menyuruh agar segera ganti dengan pakaian yang telah dibeli barusan.

Papah telah membayar pakaian yang Danil pilih di kasir, sebenarnya Papah menyuruh Danil agar memilih pakaian lebih dari itu, tapi Danil malah hanya membeli tiga pasang, Papah menyuruh agar segera ganti dengan pakaian yang telah dibeli barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kira-kira gini guys penampilan Kang Danil sekarang)

Sekarang Danil dan Papahnya sedang duduk di salah satu meja restoran yang sebelumnya sudah Papah pesan. Danil hanya memesan seblak dan jus alpukat, sedangkan Papah memesan tongseng salmon dan cappucino.

"Kamu cuma mau makan itu?, gak mau pesan lagi?," tawar Papah ketika pesanan baru saja dihidangkan.

"Enggak, Pah," tolak Danil.

"Papah udah transfer uang jajan ke ATM kamu, terserah pakai buat beli apa aja, yang penting jangan sampai foya-foya," peringat Papah, setiap bulan Papah selalu mengirim uang jajan ke ATM Danil senilai 10 juta, Danil tidak pernah menggunakan uang tersebut untuk berhura-hura, oleh karena itu setiap bulan saldonya selalu bertambah.

"Iya Pah, makasih," jawab Danil.

"Kamu punya pacar?," selidik Papah, baru kali ini Papah tanya soal itu, sebelumnya tidak pernah.

Danil mengadahkan wajah ke atas, lalu menurunkannya agar segaris lurus dengan wajah Papahnya, "Danil gak punya, gak pernah punya."

Papah tersenyum, "kamu jangan pacaran, fokus ke pendidikan kamu aja, nanti Papah carikan jodoh buat kamu," ucap Papah.

Mata Danil membulat, "enggak Pah, nggak mau, Danil nggak mau dijodohin, Danil udah punya pandangan sendiri," ungkap Danil malu-malu, jujur ia sebenarnya tidak sengaja mengatakan kalau ia sudah memiliki pandangan untuk pendamping hidupnya nanti.

Papah terkekeh, "yang bener kamu udah punya pandangan?."

Danil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi gimana?, mau kuliah di mana?, Kalau kamu mau di luar negeri Papah akan urus soal paspor keberangkatan," sergah Papah, sungguh mudah bagi Papahnya membiayai pendidikan Danil jika di luar negeri, ya Papah Danil adalah seorang bisnisman sukses, oleh karena itu walaupun Danil hanya tinggal bersama Bundanya yang bekerja sebagai pegawai bawahan tapi tak pernah sekalipun Danil kesusahan masalah ekonomi.

"Nggak mau, Danil mau kuliah di Bandung aja, sekitar sini," tukas Danil.

"Yaudah Papah hargai keputusan kamu, kalau kamu berubah pikiran mau di luar negeri bilang Papah aja," tambah Papah. "Jadi mau masuk fakultas apa?," tanya Papah kemudian.

Danil meletakkan sendok yang ia pegang," Danil pengen masuk fakultas kedokteran," deham Danil.

"Padahal Papah pengin kamu masuk fakultas ekonomi, buat lanjutin bisnis Papah. Danil, Papah sudah berumur, perusahaan Papah nantinya di pegang sama kamu dan adik kamu, tapi kalau kamu mau jadi dokter gak papa, Papah gak mungkin maksa," terang Papah yang kelihatannya harapannya pupus untuk mengkader Danil agar menjadi seorang bisnisman sepertinya.

After FarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang