"Cepetan jalannya, Den, ih," desak Aira sembari menarik tangan Dena agar ia berjalan lebih cepat.
Seperti biasanya, yang sudah menjadi rutinitasnya, kalau berangkat sekolah maupun pulang sekolah Aira bersama Dena. Tapi pagi kali ini Aira tampak aneh. Pertama, bayangkan saja, pagi-pagi jam 06.20 ia sudah menghampiri rumah Dena, biasanya ia datang ke rumah Dena jam 06.30, untungnya Dena telah siap , hanya tinggal menunggu Aira datang. Kedua, saat Dena baru saja membuka pintu, tanpa salam ataupun sapaan Aira langsung menarik tangan Dena agar segera berjalan menuju sekolah. Ketiga, selama perjalanan ia tak kunjung melepaskan genggaman dari tangan Dena.
Merasa sebal dan bingung dengan tingkah aneh Aira, Dena berusia keras agar terlepas dari genggaman tangan Aira. "Ra, ada apa sih, kok buru-buru ke sekolah, masih lama masuknya, Ra," ucap Dena yang masih berusaha melepas tangannya.
"Aku mau tanya," jawab Aira cepat.
"Tanya apa?, ke siapa?," tanya Dena mencoba menahan sabar.
"Aku mau buru-buru ketemu Ifah, ada yang mau aku tanya," sergah Aira yang sekarang adegannya masih sama : Aira menggenggam tangan Dena agar bisa berjalan lebih cepat.
"Tanya apa coba sampe gini banget?," tanya Dena kembali, memangnya seberapa urgent pertanyaan yang akan Aira tanya.
Aira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan, "kemarin pas Rezza mau pulang dari rumah aku dia nulis di buku tulisan bahasa Arab, aku gak tau itu artinya apa, makanya aku mau tanya Ifah, dia pasti tau," berondong Aira.
Mendengar pengakuan Aira barusan, justru membuat Dena semakin sebal. Pertama : ternyata hanya tulisan bahasa Arab Rezza sampai-sampai ia jadi grusak-grusuk seperti ini, kedua : sampai saat ini, yang sekarang jarak sekolah hanya tinggal 10 meter Aira masih menggenggam tangannya.
"Kan bisa pas kemaren chat Ifah tanya kek itu artinya apa, atau tanya Mbah Google kek, atau aplikasi translate apa kek kan ada," tandas Dena sembari melepaskan tangannya dari genggaman tangan Aira.
Aira menoleh, berhenti, "aku maunya tanya ke manusia langsung."
Dena memincingkan mata, "kamu suka yah sama Rezza?," tanya Dena menjustifikasi.
Deg
Aira tertohok, pernafasannya seakan berhenti, kakinya seakan enggan untuk berjalan.
"Kok..," desis Aira, wajahnya merona.Ucapan Dena membuat dirinya seperti dijustifikasi.
"Udah, gak usah ngelak, aku kenal kamu, Ra. Baru kali ini aku liat kamu bersikap beda sama laki-laki, segitu kuatnya yah aura Rezza," ucap Dena, "nih, Kang Danil aja yang udah Deket sama kamu dari kecil, kamu gak ada ciri-ciri suka sama dia tuh, padahal nih ya, ngomongin ganteng juga ganteng Kang Danil banget, kalau soal keren, emang sih kemarin pas Rezza dateng ke rumah kamu dia emang keren keren banget, aku akui, tapi kalau soal kelebihan, jelas Kang Danil lebih unggul. Aku yakin kamu suka Rezza, ya aku tau kamu suka orang pasti gak liat tampang atau kelebihan, gak kayak aku yang cuma suka sama laki-laki yang gantengnya di atas rata-rata," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Far
Teen FictionAira, gadis yang tengah duduk di bangku SMA Kelas X Semester 2, 'dikenal namun tidak mengenal' begitulah kiranya kalimat yang dapat menggambarkan sosoknya. Kehidupan sekolahnya sangat tenang dan damai, hingga suatu saat ia terseret oleh gosip yang d...