15. Waktu Bersama Papah

6 2 3
                                    

"Danil," panggil seorang perempuan yang tengah menatap seorang laki-laki yang sedari tadi sibuk membolak-balik halaman buku paket.

Sudah hampir sepuluh menit perempuan itu menunggu Danil menyelesaikan dua nomor soal yang kata Danil ini soal yang biasanya diuji ketika tes beasiswa kuliah, sungguh Danil sama sekali tidak mengacuhkan perempuan yang kini sedang duduk di sampingnya.

"Lo mau ikut anak-anak ke caffe depan sekolah gak?," tanya gadis itu.

Sepuluh menit yang lalu bel sekolah telah berdering, sepuluh menit itulah gadis berambut cokelat bergelombang dengan wajah tirus, kulit eksotis, bulu mata lentik  itu menunggu. Kelas XII IPA-1 telah ditinggal oleh penghuninya, sebenarnya kelas 12 sudah bebas dari pelajaran sekolah karena ujian Nasional telah berakhir, tapi bagi Danil tidak ada yang namanya waktu santai sebelum ia diterima di sebuah perguruan tinggi yang ia idam-idamkan, setiap ia datang ke sekolah dirinya tenggelam dalam soal-soal entahlah, rencananya Danil akan masuk ke fakultas kedokteran, karena cita-citanya ingin sekali menjadi dokter anak.

"Danil, lo denger gue gak?," tanya Fasya lembut.
Perlu kalian ketahui, Danil adalah mantan ketua OSIS di sekolah ini, dia bukan ketua kaleng-kaleng yang banyak mendapat suara karena tampangnya saja yang tampan, Danil terpilih karena memang ia memiliki banyak tanlenta, dari kecerdasan, prestasi, rajin, taat aturan, selalu rapi, jauh dari masalah yang membuat ia terseret ke ruang BP dan satu lagi, Danil top public speaking. Bisa dibayangkan dengan semua kelebihan tersebut ia memiliki banyak penggemar terutama dari kalangan kaum hawa. Selama ia bersekolah hampir setiap harinya ia mendapat surat dari penggemar rahasia, entah surat itu diselipkan di bukunya, sampai di titipkan ke penjaga kantin sekolah. Tapi tiada siapapun yang berani mengatakan secara langsung kalau memiliki rasa terhadap Danil, bukan karena Danil adalah lelaki yang dingin, angkuh, sombong yang so pasti bakal ditolak mentah-mentah pernyataan cintanya, tapi selama Danil menjabat sebagai ketua OSIS ia terkenal dengan kewibawaannya yang membuat seluruh anggota menghormatinya.

Fasya adalah mantan sekretaris OSIS selama periode kepemimpinan Danil, karena itu ia sering berkomunikasi dengan Danil, bahkan hingga saat ini juga. Danil orangnya friendly, humoris, periang dan seru kalau diajak ngobrol (kecuali saat sedang serius), selama menjabat sebagai ketua ia dikenal sebagai Master of problem solver, oleh karena itu..siapa sih yang tidak terkesan dengannya?.

"Udah selesai," celetuk Danil sambil memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tasnya. "Tadi bilang apa?, sorry gue tadi terlalu fokus ngerjain soal," ucap Danil sambil menatap Fasya.

"Mau ikut ke caffe bareng anak-anak gak?, mereka dari pulang sekolah nungguin lo."

"Gue gak ikut deh, lagi males yang rame-rame," tolak Danil.

"Kalau lo temenin gue ke toko buku mau gak?, ada buku yang mau gue beli, sekalian gue mau ngomong sama lo, sebelum kita lulus. Lo mau kan?."

Danil berfikir sejenak, "yaudah, boleh deh," jawab Danil setuju.

Fasya tersenyum, wajahnya sumringah.
Danil menenteng tas dengan satu tangannya, tangan satunya berusaha mengetik kata demi kata untuk mengabari Bundanya bahwa ia akan pergi ke toko buku, hanya tinggal satu ketukan saja pesan itu terkirim sebuah pesan muncul di notifikasi. Dengan segera ia membuka pesan tersebut, matanya membulat ketika mendapati sebuah pesan.

Chat

Papah :
Danil, Papah ada di depan gerbang sekolah kamu, kamu paham kan mobil Papah?

Iyah, Pah, Danil bentar lagi keluar


Papah tunggu.

Fasya beberapa kali melirik Danil yang sedang sibuk dengan ponselnya, sebenarnya ingin sekali ia bercakap-cakap dengan Danil, tapi mungkin Danil sedang ada urusan dengan seseorang dalam chat tersebut.

After FarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang