DUABELAS

255 72 45
                                    




Untuk pertama kalinya Dego mengatakan kalimat itu.

Ia berbalik menghadap Andra yang masih membelakanginya, "Gue kakaknya, jadi gue berhak tau dimana adik gue sekarang"

Ia menanyakan itu karena sudah beberapa hari Anggieta tidak pulang dan tidak pergi ke sekolah, gadis itu masih ingin beristirahat.

Andra ikut berbalik dan melangkah kearah Dego, menipiskan jarak di antara mereka, "Kakak ?" ujar Andra tersenyum miring, "Lo yakin ?"

Rahang Dego mengeras tidak ada kata yang bisa ia keluarkan, ia diam menatap tajam Andra.

"Kalo lo emang kakaknya, seharusnya Lo bisa jagain dia" tegas Andra.

"Kalo nggak tau apa-apa, mending Lo diem !"

"Gue tau. Gue tau semuanya !" tekan Andra,

"Gue tau kebencian yang Lo dan bokap lo kasi ke gadis yang nggak pernah kalian anggap ada selama ini,"

Dego hanya terdiam mendengar ucapan Andra, Ia berusaha menelan silvanya secara paksa.

"Kalo lo pikir, lo sama bokap lo adalah orang yang paling menderita atas kepergian nyokap kalian ?! Lo salah," ucap Andra menggantungkan kalimatnya,

"Justru gadis yang selama ini kalian tuduh sebagai penyebab kematian nyokap lo itu. Gadis itu, DIA YANG PALING MENDERITA !" ujar Andra menatap tajam Dego tanpa berkedip.

"LO NGGAK PERNAH NGERASAIN KEHILANGAN SEORANG IBU. MENDING LO DIEM, NGGAK USAH IKUT CAMPUR !" bentak Dego tidak kalah keras dengan Andra.

"Setidaknya lo pernah ngerasain kasih sayang secara langsung dari nyokap lo, sedangkan dia ? Jangankan kasih sayang, untuk dapet kesempatan liat wajah nyokap nya sendiri pun, dia nggak bisa" ujar Andra dengan sedikit gemetar menahan emosinya.

"DIEM ANJING !" bentak Dego menarik kerah baju Andra, "Lo nggak usah bersikap seolah lo juga nggak ambil peran dari lukanya dia !"

"SETIDAKNYA GUE NGGAK CUMA DIEM LIAT DIA HAMPIR MATI KARENA DIPUKULIN SAMA AYAH NYA SENDIRI !" bentak Andra dengan gemetar.

Andra menghela nafas panjang "Mental dan fisik Anggieta udah hancur" ujar nya mulai memelankan nada bicara.

Dego benar-benar dibuat terdiam dengan kalimat Andra. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Cengkraman kuat dikerah baju Andra kian melemah.

Seperkian detik Andra menepis tangan Dego, "Kita cuma orang brengsek yang sedang berpura-pura menderita," ujar nya memperjelas kalimat berpura-pura.

Andra menatap Dego sejenak sebelum akhirnya melanggang pergi dari sana.

•••

"Bunda," panggil Anggieta yang masih mencuci sayur untuk di masak.

"Iya, kenapa sayang ?" saut Dina sembari mengiris bawang.

"Ayah nya Andra kemana? Kok, selama 3 hari Anggieta disini, nggak pernah liat ayah ?" tanya nya sembari berjalan kearah Dina membawa sayur yang sudah selesai ia cuci bersih.

"Ayah nya Andra lagi ada kerja di luar kota beberapa hari, mungkin ntar malem pulang" saut Dina masih sibuk mengiris bawang.

"Ohh, ayah emang sering kerja di luar kota ya, Bun ?"

"Yaah, bisa dibilang seperti itu" saut Dina sambil tersenyum.

Anggieta menganggukkan kepala sambil melanjutkan kegiatannya membantu Dina menyiapkan makan siang.

ANGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang