DUAPULUHTIGA

253 60 21
                                    




Di atap gedung tempat favorite Andra dan Anggieta memperbaiki mood. Disini lah sekarang Andra dan Anggieta sedang berdiri berhadapan saling menatap satu sama lain.

"Kamu pasti udah denger rumor tentang aku sama pak Bagas kan ?" ujar Anggieta memecahkan keheningan lebih dulu.

Andra menghela nafas pelan, ia masih menatap lekat wajah pacar nya itu.

"Aku nggak pernah ngelakuin hal sekotor itu sama pak Bagas. Foto itu cuma di ambil dari sudut belakang," ujar Anggieta, ia menggeleng keras,

"Waktu itu, ada salah satu siswa yang bilang ke aku kalo bu Sella nyuruh aku ke ruang lab biologi. Tapi pas sampek di ruangan lab, aku nggak liat bu Sella. Yang ada cuma pak Bagas,"

"Dia minta bantuan aku buat ngecek bakteri yang ada di daun waktu itu. Dan tanpa sepengetahuan aku, ternyata dia sempet meluk aku dari belakang. Tapi itu nggak beneran meluk kok, dia cuma benerin alat zoom di Mikroskop aja" jelas Anggieta panjang lebar tanpa jeda.

"Pak Bagas memang hampir berlaku kurang ajar sama aku. Dia narik tangan aku dan hampir meluk aku, tapi aku langsung dorong dia saat itu. Dan foto itu, aku yakin ada orang yang sengaja ngejebak aku melalui pak Bagas" ujar Anggieta melanjutkan penjelasan nya.

Perlahan Anggieta meraih tangan Andra, "Kamu percaya sama aku, kan Ndra" lirih nya mendongakkan wajah melihat lekat wajah tampan Andra.

Sedari tadi Andra hanya diam. Ia mencoba memahami setiap kata yang di ucapkan Anggieta. Mata nya tak pernah lepas menelisik setiap inci wajah gadis itu.

Tangan Andra perlahan terangkat mengelus kepala Anggieta, "Aku percaya," ujar nya singkat. Ia memberi senyuman tipis pada Anggieta.

Seketika jantung Anggieta terasa kembali berdetak dengan kecepatan normal. Ia membuang nafas lega. Ia sangat yakin, laki-laki itu pasti akan mempercayai ucapan nya.

Cukup baginya, ia hanya butuh Andra dan Terre untuk mempercayai nya kali ini. Tidak perduli dengan siswa lain di luar sana.

•••

"Ngapain masih mau sama dia sih Ndra, nggak jijik lo ?"

"Lo terlalu sempurna buat cewek serendah dia"

"Kasian Syena saingannya cewek murahan"

Sepanjang jalan, Anggieta terus menahan diri mendengar umpatan siswa-siswa itu. Andra yang juga berjalan di sebelahnya terus menggenggam erat telapak tangan Anggieta.

"Jangan di dengerin," ujar Andra pelan di sebelah telinga Anggieta. Anggieta melirik Andra sekias, jika bukan karena Andra yang terus menahannya sepanjang jalan, ia pasti sudah menonjok satu-satu mulut orang-orang itu.

"Andra, Andra. Lo masih aja, mau sama cewek modelan begini" ujar Beby hendak menghadang mereka.

Andra dan Anggieta pun menghentikan langkah. Andra menatap Beby sangat datar.

"Lagian gue heran sama lo. Kok, masih aja mau pertahanin orang yang terus-terusan nyusahin hidup lo sendiri. Ck, cepet sadar deh Ndra" desis Beby.

Tangan Anggieta meremas kuat tanggan Andra. Ia tak habis fikir dengan Beby, tidak kah dia kapok setelah di hajar tadi. Kenapa perempuan itu tak pernah puas mengusik dirinya.

"Udah selesai ngomong nya ?" ujar Andra. Alis Beby mengernyit,

"Kalo udah selesai, sekarang lo minggir. Gue mau lewat" ujar Andra memandang Beby begitu datar. Laki-laki itu enggan menanggapi semua ucapan Beby.

Beby tertawa cenggo, ia tak habis fikir dengan sikap laki-laki di hadapannya itu. Perlahan ia memiringkan badan nya, memberi selah untuk Andra dan Anggieta lewat.

"Jalang aja di pertahanin" ujar Beby, kala Anggieta dan Andra baru melewati diri nya beberapa langkah.

Darah Anggieta terasa mendidih. Ia masih bisa mendengar jelas ucapan Beby. Perempuan itu benar-benar sudah melewati batas kesabaran seorang Anggieta. Ia melepas genggaman erat Andra dari tangannya. Ia berbalik cepat ke arah Beby.

Plak !

Lagi-lagi Anggieta tak bisa mengontrol emosi nya. Ia menampar kuat wajah Beby.

Andra yang sadar akan hal itu pun segera menyusul Anggieta. Ia menahan tubuh gadis itu agar tak berbuat kasar lagi pada Beby.

"Ta, udah" ujar Andra pelan. Ia menatap lekat gadis itu.

"Gue mungkin udah jahat sama lo. Gue tau, gara-gara gue, lo jadi korban kekerasan bokap lo sendiri. Tapi, lo nggak harus ngelewatin batas nge-hukum gue" lirih Anggieta.

"Gue juga nggak pernah minta di lahirin cuma buat jadi alasan luka orang lain," bulir air mata terus mengalir di pipi mulus Anggieta. Batinnya benar-benar terasa tersayat mengucapkan semua kalimat itu.

Beby terdiam, ia menatap lekat mata Anggieta yang terus mengeluarkan air. Entah kenapa hatinya ikut tersayat mendengar lirihan gadis itu.

Andra juga terdiam, ia hanya terus memegang kedua bahu Anggieta. Mata nya tak pernah lepas dari wajah gadis itu. Ia terus meminta anggieta untuk berhenti dan pergi dari sana. Semua murid juga sudah berkerumun, mereka semua mulai berbisik.

Anggieta mengusap kasar air mata nya, sorot mata nya sekarang menjadi tajam, "Gue ralat. Bukan gue yang jahat, tapi bokap lo sendiri yang egois !" ujar nya penuh penekanan.

Seketika Beby menepis rasa iba yang sempat terjadi di benak nya. Ia kembali menatap Anggieta dengan penuh kebencian itu.

"Lo cuma nggak mau ngakuin itu By. Lo terus jadiin gue sebagai alasan atas perlakuan kasar bokap lo sendiri. BOKAP YANG EGOIS BUKAN GUE YANG SALAH !" ujar Anggieta masih melanjutkan ucapan nya.

"JAGA YA MULUT LO !" desis Beby menatap tajam Anggieta.

"Ta, udah !" tekan Andra pada Anggieta. Namun gadis itu masih tak perduli dengan Andra yang sedari tadi berusaha menghentikan pergerakan dan ucapan nya.

Anggieta kini justru menyunggingkan senyum miris di bibir nya, "Kenapa ? Gue bener kan ? Bokap lo cuma terobsesi buat ngalahin bokap gue. Dia nggak bisa ngalahin bokap gue dalam hal bisnis. Maka dari itu, lo cuma dijadiin kambing hitam buat ngalahin gue, demi ego nya sendiri" ujarnya sengaja memberi jeda kalimatnya.

Anggieta masih melihat lekat wajah Beby yang sudah mulai memerah, "Tapi ternyata, hasil nya masih nihil. LO MASIH KALAH JAUH DARI GUE !"

"BACOT LO, ANJING !" bentak Beby yang sudah tak tahan dengan semua ucapan pedas yang keluar dari mulut Anggieta.

"LO YANG ANJING, BANGSAT !" bentak Anggieta tak kalah kasar.

PLAK !

Seketika mata Beby terbelalak, ia yang hendak melontarkan kata-kata kasar lagi ke Anggieta, pun menjadi terdiam setelah melihat Andra menampar kuat pipi gadis itu.
...

ANGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang