Halo, hehe.
Aku senggang nih. Semoga masih ada yang nunggu kelanjutannya ya.
Happy reading, jangan lupa vote comment! ❤
By the way, baca sampai akhir ya. Hehe.
***
"Iya, Ma. Jevan ke dapur sekarang. Ini lagi jalan, Ma. Astaga."
Sebenarnya gue udah bangun sejak tadi, ketika adzan subuh berkumandang. Tapi, selesai shalat subuh, gue memutuskan buat tiduran di atas kasur sampai waktu menunjukkan pukul enam pagi. Gue bersyukur banget nggak ketiduran lagi. Karena kalau iya, bisa-bisa gue dibangunin Mama pakai cipratan air dingin.
Dalam kurun waktu sekitar hampir dua jam itu, gue cuma tiduran sambil memainkan ponsel yang memutar lagu-lagu dari playlist kesukaan gue. Sebenarnya selera musik gue tuh... random. Asal gue suka, ya masuk ke playlist. Gue nggak punya penyanyi atau lagu yang spesifik paling gue suka dari playlist gue. Bahkan kalau dipikir-pikir lagi, gue suka semuanya.
Sebenarnya gue mencoba mengirim pesan ke Jelita, sih. Walaupun sesekali. Termasuk pagi ini, tapi cewek itu belum membalas pesan gue dari kemarin. Entah kenapa, tapi gue selalu berpikir positif kalau dia emang lagi sibuk. Atau.. Lagi quality time sama keluarganya.
Benar aja, Mama manggil gue dari arah dapur dengan teriakannya yang menggelegar. Gue menduga kayaknya tetangga juga bisa dengar. Sebelum suara Mama menjelma jadi highnote, lebih baik gue segera turun.
"Kenapa, Ma?"
"Adek kamu itu jagain. Mama mau beli sarapan dulu. "
Gue cuma menggangguk tanpa ingin memperpanjang percakapan pagi ini. Jujur aja, mata gue masih meronta-ronta meminta gue tidur lagi.
"Enggak pakai masker, Ma?"
Mama menggeleng, "Enggak usah, Jev. Cuma di tetangga sebelah."
Belakangan ini, ada satu berita tentang wabah yang cukup meresahkan gue. Apalagi kalau bukan corona virus yang konon katanya membuat banyak orang di China jatuh tak sadarkan diri secara tiba-tiba di jalanan.
Kalau ditanya apakah gue khawatir? Jawabannya, jelas. Banget. Ditambah lagi dengan keadaan sahabat gue yang harus menempuh pendidikannya disana, membuat kekhawatiran gue rasanya berkali lipat.
Keadaan Mama gue yang lagi hamil besar. Calon adik gue. Rumor katanya sekolah bakal diliburkan dua minggu. Juga masyarakat diminta untuk tetap di rumah saja demi mengurangi penyebaran virus.
Satu lagi, gue kangen Jelita.
Kita emang masih bertengkar. Terhitung udah dua minggu kita canggung begini. Entah bagaimana awalnya. Padahal, setiap sekolah kita ketemu. Tapi tetap aja, rasanya canggung banget.
Gue sibuk melamun sambil sesekali memperhatikan gerak-gerik adik gue sampai notifikasi ponsel gue berbunyi. Jelas, gue berharap itu dari Jelita. Tapi memang nggak semua realita itu berjalan kayak apa yang kita ekspektasi.
Gue justru dapat notifikasi dari guru gue di minggu pagi begini.
Nah, kan.
Bener dugaan gue. Pasti sekolah diliburkan.
Enggak begitu lama sih. Dua minggu. Tapi tetep aja rasanya pembelejaran dari rumah kurang efektif. Dijelasin langsung sama gurunya aja kadang masih bingung, gimana kalau begini?
Harusnya kemarin gue ngajak Jelita jalan dulu meskipun lagi canggung, ya. Ah, sial. Gue jadi kangen banget sama dia.
"Assalamualaikum." Suara Mama terdengar. Buset, ini emang Mama yang cepet atau gue yang kebanyakan melamun sampai nggak sadar?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Hai, Jelita. [END]
FanficJevan dan Jelita, katanya, mereka adalah bentuk nyata dari "Relationship goals." Tetapi, Itu kata mereka yang tidak tahu apa-apa. Itu kata mereka yang hanya mendengar dan melihat sekilas. Start : 12 Mar 2021. End : 11 Des 2021. #4 in jenlia [06...