[13] - Cerita Jelita.

518 104 16
                                    

Happy reading, jangan lupa vote comment nya! ♥️

***

Jelita
Jev
TEMEN LO PLEASE:(
RAZAN KENAPA LO TIPE GUE BANGET HUHUHU
LO TERLALU SEMPURNA
KUINGIN DIA YANG SEMPURNA UNTUK DIRIKU YANG BIASA

Gue mendengus. Razan lagi, Razan lagi.

Jevan
Nyatain lah, Jel.
Kalau lo nggak maju ya Razan juga nggak akan maju
Entah dia suka sama lo atau enggak, intinya dia nggak akan nyakitin cewek
Itu sih yang gue tau

Jelita
Jev

Jevan
Apaan?

Jelita
Lo temen gue kan?
Iya kan?
Hehe Jevan baik deh

Jevan
Gue duga sih ada maunya ya

Jelita
HEHE BANTUIN GUE DEKET SAMA RAZAN DONG:(
kan kemarin lo udah gue bantu sama Gigi:(

Jevan
...
Nggak usah disebut namanya, gue males.

Setelah mengetik itu, gue mematikan ponsel dan merebahkan diri di kasur, nggak peduli sama apa jawaban Jelita. Atau apakah gue nyakitin hati dia dengan ngomong kayak gitu. Gue juga lagi sakit hati.

Mata gue rasanya berat, dan gue nggak sadar ada banyak notifikasi berbunyi dari ponsel gue yang gue abaikan gitu aja.

***

"Jevan, bangun."

Gue berusaha sebisa mungkin membuka mata yang rasanya berat. Gue nggak tahu berapa lama gue ketiduran. Sekarang udah jam 3 sore, harusnya gue mulai bersih-bersih rumah.

Sekadar kasih tau aja, gue emang punya tanggung jawab atas kebersihan rumah ini. Sebenarnya Mama nggak maksa gue, tapi gue merasa bersih-bersih rumah dan memasak walaupun makanan sederhana adalah skill basic yang paling nggak gue bisa. Gue yakin, apa yang gue pelajari itu pasti berguna, walaupun enggak sekarang.

"Ya, Ma?" tanya gue setengah sadar.

Mama menggeleng pasrah, seperti biasa, gue emang susah dibangunin, "Jam berapa ini?"

Gue menggeliatkan badan, kaku rasanya, "Masih jam 3, Ma."

"Iya, Mama tau kalau masih jam 3," katanya. "Nih, ada temenmu."

Gue langsung duduk. Asli, kaget. Kayaknya gue nggak ada janji sama siapapun. Padahal gue belum mandi sore, bahkan belum ganti celana seragam dan cuma pakai kaos rumah biasa. Kan nggak terpancar aura cakep gue.

"Jelita?"

Kayaknya dia emang mau kasih gue kejutan. Gue menemukan Jelita berdiri di depan pintu kamar gue sambil senyum malu-malu.

"Ngapain lo?"

"Heh, sama temennya kok gitu!" tegur Mama. Oh iya, gue lupa kalau nggak bisa ngeledekin Jelita di depan Mama

Gue enggak paham, kenapa Mama bisa sesuka itu sama Jelita. Waktu gue tanya, katanya menurut Mama, Jelita itu menantu idaman. Halah, nggak tau aja kalau tiba-tiba random kelakuannya macam apa. Gue sampai udah kebiasa.

"Bangun, mandi sana. Ditunggu gadis cantik kamunya masih buluk begini," kata Mama.

"Belum mandi aja cakep, Ma. Apalagi kalau udah mandi, Jelita bisa mimisan kali," elak gue. Tawa gue tertahan waktu lihat Jelita memasang wajah mencibir di belakang Mama.

[1] Hai, Jelita.  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang