BAGIAN 14

389 51 11
                                    

Happy Reading!

Jangan lupa follow Authornya ya!

Silahkan ramaikan kolom komentar!

***

Cahaya itu begitu terang saking terangnya membuat Kaiden dengan reflek memejamkan kedua matanya. Beberapa detik menutup matanya akhirnya cahaya terang itu berangsur-angsur memudar dan digantikan dengan pemandangan tempat yang tidak asing lagi bagi Kaiden. Kaiden yang melihat tempat itu terbelalak bukan main. Rasa takut dan ngeri mulai terpancar dari manik hitamnya. Karena tempat sekarang dia berada adalah tempat dimana dia telah membunuh Eric.

Tepat didepan Kaiden berdirilah sosoknya yang lain yang saat ini tengah bringas memukuli setiap anggota Black Wolf. Tidak ada ampun yang diberikan sosok dirinya yang lain kepada anggota Black Wolf. Meski Kaiden berdiri begitu dekat dengan orang-orang yang sedang baku hantam itu mereka semua tampak tidak terusik akan kehadirannya. Bahkan dirinya yang lain saat ini dengan senyum gilanya tengah mematahkan tulang rusuk dari seorang laki-laki gendut yang baru dia ketahui jika laki-laki itu adalah wakil dari Black Wolf.

Mendengar retakan tulang membuat Kaiden sedikit mengernyit tak nyaman. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang lain justru terbahak kencang. Suara tawanya terdengar begitu menakutkan. Berhasil membuat beberapa anggota Black Wolf yang belum pingsan merinding ketakutan.

"Dasar sinting! Sini maju lo!"


Kaiden menoleh kearah Eric. Terlihat laki-laki itu belum terluka parah seperti yang lainnya. Sepertinya dia sama sekali belum dihajar habis-habisan oleh dirinya yang lain.

Mendengar teriakan itu dirinya yang lain pun segera mengalihkan atensinya kearah Eric. Sebuah seringai kejam terpatri pada wajahnya yang dikotori oleh darah yang terciprat dari orang-orang yang telah dia pukuli.

"Gak perlu teriak Eric. Karna saat ini giliran lo." Dengan langkah tenang Kaiden yang bertampang bringas berjalan mendekati Eric yang tengah memasang kuda-kuda. Sebuah pisau Eric pegang guna perlindungan diri. Karna saat ini Kaiden terlihat seperti seekor serigala lapar yang sedang mendekati mangsanya.

Sementara itu sekujur tubuh Kaiden sudah menegang saat melihat dirinya yang lain berjalan mendekati Eric. Sekuat tenaga Kaiden berusaha untuk bergerak mendekati mereka. Tapi sayang, sekuat apapun usaha Kaiden untuk berlari kedua kakinya tidak bisa digerakkan. Seolah-olah ada paku besar yang menancap kuat pada kakinya.

Bugh!

Bruk!

"BRENGSEK! JANGAN PUKUL DIA!" Teriak Kaiden menatap nyalang kearah dirinya yang lain yang saat ini tengah sibuk menginjak-injak Eric yang tersungkur.

"BAJINGAN! BERHENTI! BERHENTI MEMUKULINYA!"

"CUKUP BRENGSEK! LEPASKAN PISAU ITU DARI TANGANMU BANGSAT!"

"BANGSAT! SIAPAPUN KALIAN CEPAT BANGUN! SI BRENGSEK ITU INGIN MEMBUNUH KETUA KALIAN!"

Teriakan-teriakan itu terus terlontar dari mulut Kaiden. Akan tetapi sekuat apapun suara teriakan Kaiden orang-orang yang terkapar itu tidak bisa mendengar teriakannya. Bukan hanya karena teriakan Kaiden yang memang tidak bisa mereka dengar akan tetapi kondisi mereka untuk segera sadar pun tidak memungkinkan.

KAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang