BAGIAN 11

394 57 6
                                    

Happy Reading!

Setelah kejadian tadi kini Kaiden sudah berada dikawasan pemakaman elit. Duduk tepat disamping kuburan milik kakak laki-lakinya itu -Kalid Albion-. Bunga dandelion yang Kaiden beli ditoko bunga tadi dia taruh didekat batu nisan Kalid.

"Big bro.... Gue datang," monolog Kaiden.

Dengan santai Kaiden menusukkan pipet pada kotak susu strawberrynya. Meminum dalam diam susu strawberry kesukaannya itu sembari menatap lurus kearah batu nisan yang terukir nama kakak laki-lakinya itu.

Setelah puas menikmati susu strawberrynya Kaiden melirik keadaan sekitar pemakaman. Sepi. Mungkin hanya dirinya yang saat ini datang berziarah. Tapi itu bagus. Karena saat ini Kaiden ingin mengobrol sepihak tanpa harus ada gangguan dari orang-orang yang mungkin saja akan menganggapnya gila karena berbicara sendiri didepan kuburan.

"Pertama-tama gue mau minta maaf karna gak bisa menjadi adek yang baik buat lo, gak bisa jadi adek yang seperti lo harapkan. Sekali lagi maafin gue Kal." Lalu secara reflek Kaiden mengepalkan kedua tangannya hingga buku jarinya memutih. "Dan... Maafin gue karna gara-gara gue Saqeel harus.... Harus masuk penjara."

Kaiden menggigit bibir bawahnya secara reflek guna menahan isakannya yang berniat lepas. "Gue.... Udah bunuh orang. Ya, gue pembunuh. Gue tau lo pasti kecewa banget sama gue Kal. Gue emang bajingan, egois. Disaat sahabat gue mendekam dipenjara atas tuduhan pembunuhan gue malah asik berkeliaran. Seharusnya gue kan dipenjara? Tapi Saqeel terlalu baik untuk ngebiarin orang brengsek macam gue gak dipenjara."

Perlahan air mata yang sedari tadi dia tahan kini pecah juga. Tidak dia perdulikan jika ada orang yang memergokinya dan mencapnya sebagai laki-laki cengeng. Karena yang saat ini ingin dia lakukan adalah melepaskan segala emosi yang telah bercokol erat dihatinya.

"G-gue udah merusak segalanya. Gue udah rusak masa depan Saqeel, gue udah buat dia harus mendekam dipenjara selama dua tahun, gue udah rusak geng yang gue bentuk dan gue.... Gue udah hancurkan impian dari Eric. Gue.... Gue udah hancurkan mereka semua dengan tangan gue sendiri! Ahahaha.... Liat Kal! Liat! Adek lo besar seperti bajingan. Anjing! Gue pengen mati aja!" Kaiden terus berbicara lalu tertawa dan menangis secara bersamaan.

Jika ada yang melihatnya saat itu juga mereka pasti serentak berpikir jika Kaiden sudah gila.

Dengan kasar Kaiden mengusap sisa-sisa air matanya hingga membuat wajahnya memerah. Lalu sebuah senyum miris terukir dibibirnya. "Dan satu lagi gue mau bilang sama lo kalo gue mau pindah sekolah. Mungkin ini ziarah terakhir gue dimakam lo. Karna ke depannya mungkin gue akan sibuk sekolah dan memperbaiki semua kerusakan yang udah gue buat. Gue mau berubah. Menjadi Kaiden yang kalian inginkan."

Dengan perlahan Kaiden memegang batu nisan yang ada dihadapan itu. "Doain gue dari surga, semoga apa yang gue harapkan bisa terkabul. Dan keinginan pertama gue adalah ketika gue datang lagi ziarah ke makam lo gue udah bisa menjadi Kaiden yang seperti kalian inginkan."

Setelah mengatakan itu tanpa banyak bicara Kaiden pun segera melangkah pergi. Meninggalkan makam sang kakak dengan sebuah bunga dandelion dan sekotak susu strawberry yang tergeletak diatas makam.

Dengan kecepatan penuh Kaiden membawa motor retronya membelah jalanan. Tujuannya kini ke markas. Markas tempat dimana dia dan semua anggota Under Dog biasa berkumpul.

Sesampainya dimarkas. Atau lebih tepatnya disebuah gedung serbaguna yang terbengkalai Kaiden udah disuguhkan pemandangan dari keberadaan semua anggotanya. Mereka tampak berdiri berkerumunan. Namun saat melihat sosok Kaiden dengan sigap mereka segera memberi jalan untuk Kaiden. Tak hanya memberikan jalan. Mereka juga membungkukkan badan penuh hormat saat Kaiden melangkah ditengah-tengah melewati mereka.

KAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang