Maapkan karena hari rabu belum sempat update
Tapi tetep jangan lupa vote dan komennya yak ❤
•••
Mbak Jenna langsung menyerahkan buku catatan yang berisi sederet list bahan makanan yang harus ku beli pagi ini. Tentu aku menerimanya dengan penuh semangat. Hari ini aku akan mencoba belanja di pasar, kemudian juga nantinya sekaligus belajar memasak.
Memangnya untuk apa?
Untuk apalagi kalau bukan untuk bekal pengalaman pergi melaksanakan KKN di desa minggu depan.
Salah satu anak bernama Pandu-sebagai ketua tim- telah membagikan jadwal piket memasak maupun membersihkan rumah sehari harinya untuk disana selama sebulan kedepan. Satu anak berpasangan dengan anak yang lain, bertanggung jawab menyiapkan makanan dan membersihkan area rumah di hari tertentu. Jadi, bisa ku hitung secara sekilas tadi, aku mendapatkan giliran 4 kali, dengan pasangan yang tentu berbeda beda.
Lalu, berhubung aku masih bisa mengingat dengan baik bahwa aku sama sekali tak ada keahlian memasak, jadi aku memilih untuk belajar. Well, tiada kata terlambat untuk belajar bukan?
Awalnya aku menginginkan Mama yang mengajariku, namun saat Mama harus menerima telepon untuk hadir rapat penting pagi ini, jadi mau tak mau aku pun mengalah. Dan meminta diajari oleh Mbak Jenna saja. Kelebihannya, ternyata Mbak Jenna memberikanku banyak ide masakan yang bisa kubuat meskipun hanya dengan bahan terbatas dan cukup sederhana-katanya.
So here I am.
Siap dengan pakaian kasual yang ku kenakan untuk berangkat menuju pasar.
"Morning," seruan dari arah depan berhasil membuatku menoleh. Ternyata kutemukan ada kak Ali disana.
Shit. Masih pagi, kenapa dia sudah ada disini.
"Ada.. perlu ya apa kak?" Tanyaku sambil berusaha biasa saja, melawan rasa canggung.
"Shabrina nggak bisa anterin kamu, jadi dia minta tolong aku buat gantikan dia anterin kamu."
What? Shabrina benar benar mencari masalah kali ini.
"Shabrina kenapa emangnya kak?"
"Dia bilangnya hari ini ada kerja kelompok dadakan."
Jika benar ia ada kerja kelompok, kenapa tak memberitahuku saja. Tak perlu sampai menyuruh kak Ali untuk menggantikannya. Toh aku bisa sendiri, walaupun nanti disana pasti mengalami kebingungan. Tetapi tetap saja, aku masih punya mulut yang bisa kugunakan untuk bertanya kalau kalau aku memang bingung.
"So, kemana tujuan kita hari ini?"
Kak Ali tiba tiba saja menarik lenganku tanpa aba aba, setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Tuhan. Apakah sepertinya engkau menghendaki hambamu yang lemah ini untuk tidak perlu mengusahakan untuk move on?
"Pasar," celetukku akhirnya.
Dan hal itu ternyata berhasil membuat kak Ali menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatapku dengan tatapan meyakinkan. "Pasar?" Aku pun mengangguk, lalu mengacungkan sebuah tas belanja yang ada di tanganku. Kak Ali pun lantas terkekeh, sambil kembali meneruskan langkahnya, "bukannya aku berniat curiga sama adek sendiri, tapi kemungkinan dia emang sengaja ada adain alasan kerja kelompok biar nggak jadi anterin kamu."
Ck.
Sudah kuduga.
Berjalan dibelakangnya aku hanya berdehem saja sebagai jawaban. Awas saja dia. Pasti aku urus nanti. Lagian enak saja menyuruh orang tanpa memberiku kabar. Ya sekalipun sebenarnya pada bagian kecil hatiku merasakan kesenangan tersendiri karena kehadiran sosok itu lagi. Aku tak bisa memungkiri bahwasanya akan tetap selalu ada rasa ini untuknya. Dan mungkin, selamanya akan begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels
ChickLitHead Over Heels 'Menggambarkan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta, namun lebih ke arah terlalu tergila-gila akan seseorang lawan jenisnya. Perasaan rumit yang terkadang penjelasannya tak bisa dicerna logika maupun akal sehat, sehingga sehar...