Ramaikan vote dan kolom komentar ya, siapa tahu bisa bikin aku update hari rabu 😂
•••
Sejauh ini alasan kenapa aku tidak terlalu mahir dalam memasak adalah karena aku masih belum memiliki waktu yang banyak untuk mempraktikkan hal tersebut. Sekalipun waktu luang itu aku miliki, entah kenapa aku lebih akan mempergunakannya untuk beristirahat ataupun pergi mencari hiburan diluar. Jadi menurutku sekarang ini, aku belum merasa butuh mengasah keahlian dalam hal mengolah makanan.
"Tante dulu sejak usia 15 tahun sudah suka banget kalau di ajakin masak di dapur sama Ibu tante, Pril. Jadi ya akhirnya dari sana tante memutuskan menjadikan kegiatan memasak itu sebagai hobi."
Hah, andai saja di usia 15 tahunku dulu, Mama juga memiliki banyak waktu untuk membujukku ikut beliau beraksi di dapur, mungkin sekarang aku juga bisa menjadikan memasak sebagai hobi.
Aku tersenyum, merasa terkagum pada tante, "jadi kira kira masakan tante yang jadi favorite-nya om, apa?"
"Opor ayam, sama kaya kesukaannya Shabrina sekarang." Kulihat tante terkekeh, "Papanya Shabrina itu sebenernya bukan orang yang suka pilih pilih makanan buat dimakan, apapun masakan tante pasti selalu dihabiskan. Tapi ya kalo tante tanya lagi mau apa, Papanya Shabrina selalu request opor ayam itu."
Sore ini, aku sudah berada di dapur tengah membantu tante menyiapkan makan malam. Entah kemana perginya Shabrina, padahal aku tahu jelas kelasnya hari ini, ia hanya punya jadwal 1 mata kuliah, itupun berlangsung tadi pagi.
Sambil mengupas kulit kentang, aku menyimak cerita tante Keisya. Hubungan om dan tante sepertinya sangat seru sebagai sepasang suami-istri. Membuatku jadi kefikiran, serta berharap kelak bisa mendapatkan patner hidup yang cocok dan nyambung denganku. Agar bisa awet serti hubungan om Dimas dan tante Keisya ini.
"Ini kentangnya di potong dadu kan, tante?" Tanyaku.
Tante mengiyakan namun juga segera berjalan ke arahku, guna memberikan contohnya. Sudah layaknya seperti tutor profesional. "Ukurannya segini ya." Beliau memeprlihatkan bentuk potongan dadu tersebut.
Aku mengangguk, lalu mencoba melakukannya.
"Tamu istimewa kata tante yang mau datang memangnya siapa, tante?"
Tak cepat ada sahutan jawaban dari tante Keisya yang berarti, sehingga aku memutuskan menoleh. Dan yang kudapati adalah tante yang tengah tersenyum sambil tangannya meletakkan wadah mangkok berisi tumis pockcoy yang sudah matang siap di sajikan.
"Nanti malam kamu juga tahu sendiri sayang, jangan lupa kenalan ya sama orangnya," ujar tante Keisya sempat menyentuh bahuku saat mengucapnya.
Jadi, siapa sih memangnya?
Ya aku hanya sekedar ingin tahu juga sebenarnya. Siapa yang datang sehingga tante Keisya bahkan sampai berkenan mau repot repot memasak makanan banyak seperti ini untuk makan malam pukul 7 nanti.
"Oh iya, Mama kamu sudah kasih kabar ke kamu kalau katanya besok sudah bisa pulang?"
Iya, Mama sudah memberiku kabar itu pagi tadi. Jadi tentu saja aku senang.
"Sudah tante, tadi pagi waktu Mama telfon, Mama sekalian bilang."
"Mama kamu itu sayang banget sama kamu Pril, jadi pasti Mama kamu bakal kerja keras supaya kamu selalu bahagia." Aku tentu setuju atas pernyataan tante Keisya, meskipun dulu aku butuh waktu lama untuk menerima kenyataan itu.
"Prilly tahu tante, tapi ya kadang Prilly merasa kangen aja bisa ngobrol lama sama Mama. Bahkan kalau bisa Prilly ingat, rasanya udah lama banget Prilly bisa curhat sama Mama." Aku tersenyum kecut, "Mama kerja dari pagi, pulang udah malem. Aku sendiri tiap malemnya masih sibuk ngerjain tugas kuliah. Jadi ya, seringnya nggak bisa nemu waktu yang pas gitu." Aduku tanpa sadar sekaligus curhat jadinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/282425334-288-k735256.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels
ChickLitHead Over Heels 'Menggambarkan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta, namun lebih ke arah terlalu tergila-gila akan seseorang lawan jenisnya. Perasaan rumit yang terkadang penjelasannya tak bisa dicerna logika maupun akal sehat, sehingga sehar...