Meskipun updatenya lama, tapi waktu update selalu diusahain panjang kok 😂 (fyi, chapter ini ada 6,4k words)
Mohon dimaklumi, dan jangan lupa vote, komen dan follow author ya bagi yang belum follow!
•••
"Adik adik, baris yang rapi ya." Dengan sambil mengusahakan senyum aku mencoba menata beberapa anak yang sepertinya ditakdirkan untuk menguji kesabaran. "Semua bakal kebagian, jadi nggak perlu rebutan."Setelah memastikan anak anak kecil kelas 3 sekolah dasar ini tak kembali membuat riuh ramai, aku segera berjalan kedepan untuk membuka kantong dan mengambil satu demi satu bingkisan lalu kuserahkan pada masing masing anak.
"Makasih kak." Sebuah anggukan kuberikan.
"Makasih kakak." Senyumku tertahan di tempatnya.
"Makasih kakak cantik." Kedua sudut bibirku semakin melebar mendengarkannya.
Mereka-lima belas anak yang duduk dibangku kelas 3 ini saling bersahutan mengatakan terimakasih atas bingkisan kecil yang kuberikan.
Ini merupakan hari kedua dari pelaksanaan proker milikku di sekolah ini. Hampir selesai proker yang kulaksanakan di sekolah dasar ini, tinggal proker memberikan edukasi pada masyarakat sekitar saja.
"Yang berani genit genit ke kak Prilly, kak Zidan ambil balik snack-nya lho ya." Aku hanya menggeleng gelengkan kepala mendengar celetukan Zidan yang ada di belakangku, lalu di iringi dengan gelak tawa anak anak yang tersisa.
Dari 20 bingkisan yang kusiapkan, tentu saja sisa 5 buah. Jadi kuputuskan untuk mampir ke kantor sekolah untuk memberikan ke siapa saja orang yang ada disana. Beruntung masih ada beberapa orang guru tetap disekolah tersebut yang masih stay di kantor guru tersebut. Kemudian seusai menyerahkannya, tentu saja aku pamit untuk kembali ke basecamp.
"Enak banget yang udah tinggal sisa 1 doang projek-nya."
Aku pun terkekeh di sela derap langkah kami. "Tapi gue masih ada tanggung jawab bantuin projek yang lain juga lah, projek lo kan salah satunya."
Awas saja kalau ia berani menyangkal. Kuperhatikan ia memberikan anggukan.
"Are you okay?" celetukan nya yang tiba-tiba berhasil membuatku terdiam lalu menoleh ke arahnya.
Saat menatapnya, aku tak bisa mendeskripsikan bagaimana arti pandangan yang ia berikan padaku. Pandangannya aneh terhadapku.
"Gue..., okay." Jawabku menutupi kegugupanku yang tiba tiba datang akibat pertanyaannya barusan. "Ngapain tiba tiba nanya ginian emang?" Gerutuku berniat melanjutkan langkah.
"Jawaban 'Okay' versi lo, punya makna konotasi nggak nih?" Aku pun tak berniat menjawabnya. "Beneran emang nggak apa apa, atau nggak apa-apanya malah karna ada apa apa. Kamus cewe kan gitu kebanyakan, makna kalimatnya banyak yang nggak selaras sama makna aslinya."
Aku pun mendengus, dan kuharap ia bisa sadar diri bahwa pertanyaannya ini memang sangat mengangguku.
"Pengalaman banget ya emang kalau urusan cewek, tapi sorry nih ya. Mau gue nggak apa apa, atau ada apa apa, ya itu urusan gue. Ya maksud gue nggak bakal ada kaitannya juga sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels
ChickLitHead Over Heels 'Menggambarkan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta, namun lebih ke arah terlalu tergila-gila akan seseorang lawan jenisnya. Perasaan rumit yang terkadang penjelasannya tak bisa dicerna logika maupun akal sehat, sehingga sehar...