Tiga Belas : Katanya Runtuh

576 68 48
                                    

Here we go!

Happy reading!

Vote dan komen yang banyak yak ❤

•••

"Suara lo bagus juga ternyata."

"Suara gue ketolong sama suaranya si Anna, makanya kedengerannya bagus."

Aku pun hanya terkekeh saat mendengar penuturan Zidan yang baru saja selesai tampil bernyanyi duet dengan Anna atas paksaan anak anak yang lain.

Hari ini adalah hari terakhir kami di desa ini terkait kegiatan KKN yang sudah berjalan selama hampir 2 bulan. Kemarin merupakan acara puncak perpisahan dengan para warga di lapangan desa, dengan agenda nobar dan dilanjutkan makan besar bersama sama disana. Sehingga hari ini, kami berduabelas, sepakat untuk mengadakan acara senang senang sekaligus bisa disebut perpisahan dirumah ini sebelum besok kami harus kembali ke Jakarta-untuk kembali pada realita sebagai mahasiswa semester akhir.

Banyak pengalaman yang kudapat dari kegiatan ini, pastinya. Kerja sama, tenggang rasa, saling menghargai, kemandirian, kebersamaan, dan banyak hal lain pokoknya. Mungkin setelah dari sini, Relinda Prilly Chandra yang sekarang bukan lagi Relinda Prilly Chandra yang dua bulan lalu yang masih sering bersikap manja ataupun berisik. Hal baik bukan?

"Lo sendiri yakin nggak mau nyumbang lagu?"

Jelas tidaklah. Makanya aku menggeleng. Aku terlalu sadar diri bahwa suaraku sangat tidak pantas untuk didengar banyak orang, karena kurang bagus.

"Gue cuma bisa nyanyi di kamar mandi sama kamar pribadi gue aja, selain di dua tempat itu tiba tiba suara gue gamau keluar kalau disuruh nyanyi."

"Jago banget ngelesnya, belajar dari mana sih?" Dan yang tidak sempat kuhindari setelah Zidan menuturkan hal tersebut adalah, tangan Zidan yang tiba tiba bergerak untuk mengacak acak pelan rambut bagian puncak kepalakuku, "hmm?"

"Zidan, itu tangannya tolong dikondisikan ya," celetukan lumayan keras itu berasal dari Kahiyang yang kini sudah berjalan ke arah kami, dan duduk di sebelahku. "Lo lupa, kalau sobat gue nih udah ada yang punya? Jangan coba coba oke," terangnya.

Oke, aku tahu apa maksud Kahiyang. So pasti Kahiyang mengatakan itu semua hanya berniat untuk meledekku. Memang sepertinya Kahiyang kecanduan untuk meledekku, karena kejadian saat aku dirawat di klinik minggu lalu. Padahal terhitung dari hari ini berarti sudah dua minggu sejak kejadian dimana aku sakit dan harus dilarikan ke klinik tersebut.

Kala itu, Kahiyang dan Zidan datang mengunjungiku di ruang rawat inap klinik disaat yang tidak tepat. Dimana aku yang sedang melakukan deep talk dengan kak Ali secara serius mengenai beberapa banyak hal tentang waktu waktu selama kami berada di jalan masing masing alias tidak saling menghubungi, dan tentu saja hal itu sambil dibarengi tangan kak Ali yang tengah menggenggam kedua tanganku. Then, tiba tiba keduanya muncul begitu saja dan berhasil menjadikan suasana sempat canggung selama beberapa saat.

Dari sana alhasil sudah pasti, aku tak bisa menyembunyikan apa saja yang sudah terjadi pada kami-alias aku harus mengaku terkait hubungan kami berdua. Dan sejak itu, Kahiyang tiada lelahnya untuk meledekku tiap ada kesempatan.

Bisa jadi, Kahiyang akan berhenti meledekku jika ia sudah puas, ya meskipun aku sendiri tidak tahu kapan rasa kepuasan itu akan mendatanginya. Mungkin, kalau Kahiyang tiba tiba punya pasangan kali ya, akhirnya ia akan fokus pada pasangannya dan tak sempat meledekiku lagi.

"So, berarti habis ini gue beneran udah nggak perlu bertugas lagi nih, Pril?" Tanya Zidan.

Tugas?

Tugas apa?

Head Over HeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang