07

278 49 1
                                    

Bantu vote dan komentarnya ya kawan, terimakasih 🤍
HAPPY READING!!





"Genggam tangan yang slalu inginku genggam erat adalah tanganmu"-tulis Abian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Genggam tangan yang slalu inginku genggam erat adalah tanganmu"
-tulis Abian.












•••

Abian masuk dengan santai menepikan sepatunya di rak sepatu dengan rapih dan lepaskan jaket miliknya. Suasana canggung meliputi mereka bertiga, Devan, Gibran dan dirinya. Devan menatap Abian tajam sembari menyeruput secangkir kopi hangat ditangannya sedangkan Gibran ia tengah asik memainkan game online di laptopnya.

Abian berusaha untuk tetap tenang menanggapi situasi ini dengan santai dan berjalan menuju kamarnya, siapa sangka Gibran melemparkan bungkus permen kearahnya membuat dirinya berhenti melangkah. Abian menatap ke arahnya Gibran dengan datar, melihat senyuman miringnya.

Gibran bangkit dari duduk dan menghampiri Abian yang masih menatapnya tanpa sedikitpun berkata.

"Gimana abis nyium Nea?" Suara berat Gibran. Laki-laki itu hanya diam.

"Maen lu curang kak!" Sentakan Gibran membuat Devan menoleh kearah mereka berdua.

"Gue sayang sama dia" sahut santai Abian.

Gibran tertawa garing lalu menarik kerah baju Abian, menggertakan giginya kesal lalu mendorong tubuh Abian.

"Jauh-jauh dari Nea!"

Abian menggeleng cepat berusaha mengabaikan sang adik. Hal yang sudah di duga, Gibran mengepalkan tangannya dan meninju wajah Abian cukup keras membuat laki-laki itu terjatuh kearah sudut meja yang tumpul.

Bughh!!

Abian terjatuh, pukulan itu membuat kepalanya harus terbentur sudut meja menghasilkan luka robekan di keningnya.

"Hei!!... Ada apa ini?" Suara keras dari sang ayah.

Abian memegang keningnya yang sudah mengeluarkan darah yang begitu banyak namuan tetap saja Abian slalu menutupi bagian lukanya agar Devan tidak tahu apa yang Gibran lakukan padanya.

"Kenapa kening kamu Abian?" Tanya Devan, Abian hanya diam dan berjalan menuju kamarnya dengan cepat.

"Apa yang kamu lakukan sama anak itu?"

"Gak sengaja" Sahut Gibran.

"Jangan buat dia terluka, karena dia adalah mesin uang saya" ucap Devan.

Gibran menyeritkan keningnya apa yang di katakan oleh ayahnya tentang Abian yang di sebut sebagai mesin uangnya?

"Maksud ayah?"

"Jaga dirimu, bilang saja apa yang kamu perlukan" sahut Devan lalu kembali ke ruang tamu.

Gibran masih tidak mengerti mengapa Abian di sebut sebagai mesin uangnya.
Gibran menghela nafasnya panjang dan menggusar mengusap wajah dengan kasar.

ABIAN ( tahap revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang