17

270 28 0
                                    

HALLO EVERYONE, MAAFNYA KAYAKNYA CERITA KALI INI AGAK GA NYAMBUNG.

Plis buat kalian, kalo ada saran atau kritik silahkan komentar.

Okey HAPPY READING 🤩
















"Kalau mau pulang kemana? Aku sendiri tidak punya rumah untuk pulang"

— ucap Abian.















Flashback on.

Suasana hening dirumah kediaman keluarga Alfigan hanya ada Gibran dan Devan yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Gibran menatap dan memperhatikan Devan yang begitu rapih dengan kemeja warna hitam miliknya, merasa heran Gibran menghampiri ayahnya.

"Ayah malem-malem gini mau kemana?"tanya Gibran sembari melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua belas.

Devan menoleh sembari tersenyum tipis padanya.

"Ke rumah sakit, jenguk kakakmu" ucapnya santai.

Gibran melotot, tidak mungkin Devan dengan sudi menjenguk Abian.

"Ayah tau soal Abian yang di rawat kare—" ucapannya terpotong ketika Devan memberikan satu jari telunjuk ke arah wajahnya.

"Itu ulah saya kan? Dari pada tanggung mending habisi dia sekarang" ucap Devan santai lalu melangkah sebanyak empat kali.

Belum sempat keluar dari ruang tamu Gibran menarik tangan sang ayah membuat empunya terpekik.

"Apa lagi yang mau kamu inginkan Gibran?" Tanya Devan.

"Ayah mau bunuh Abian?"tanyanya polos dengan ekspresi takut.

"Iya karena saya tidak mau Karina mengambil Abian dari saya, jika saya tidak bisa memanfaatkan Abian maka Kirana pun tidak bisa mengambil Abian dari saya" jawab Devan.

Gibran tercengang bingung dengan nama seorang wanita yang disebut oleh Devan barusan.

"Siapa Karina?"

"Ibu kandung Abian" jawab santai Devan.

Gibran terdiam, apa yang harus di lakukannya saat ini untuk menghalangi Devan menemui Abian dirumah sakit.

"Sebaiknya ayah gak usah banyak tingkah, Abian udah banyak ngerasain penderitaan dari ayah" ucap Gibran dengan nada tinggi.

"Apa maksudmu?!" Sahut Devan.

"Abian yang menyebabkan ibumu meninggal dan karena dia kamu tidak memiliki ibu?!!" Sentak Devan sembari membanting ponselnya.

"Abian gak salah, yang salah ayah!" Sahutnya.

"Ayah selingkuh dengan wanita lain, karena itu bunda meninggal!" Lagi-lagi Gibran tak mau kalah walaupun nyalinya hanya sebatang kayu kering.

"Berani-beraninya kamu bicara itu pada saya!" Sentak Devan lalu menarik tubuh Gibran dengan kasar.

ABIAN ( tahap revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang