09

237 45 0
                                    

HAPPY READING 🤩

"Rasa kalut dengan perasaan sendiri yang sudah jelas menginginkanmu disini"-tulis Abian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rasa kalut dengan perasaan sendiri yang sudah jelas menginginkanmu disini"
-tulis Abian



















Abian baru saja selesai mandi dengan kaos hitam dan celana pendek miliknya. Hari ini ia agak telat untuk pulang karena latihan basket begitu banyak teknik baru yang di berikan oleh pelatih, mau tak mau ia harus mengikuti anjuran sang pelatih.

Menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan menghela napasnya. Memikirkan kembali tentang gadis cantik yang ia sukai beberapa minggu ini. Abian menatap langit-langit kamarnya membayang Nea berada di sampingnya saat ini untuk memeluknya lebih erat namun lamunan membuyar ketika seseorang mendorong pintu kamarnya dengan keras.

Brak!!

Pintu kamar dibanting dengan keras, membuat Abian terlontak kaget.

"Kenapa kamu menolak ajakan Yura lagi?!"

Abian tersungkur ke meja miliknya ketika Devan menerjang tubuh ya, lebih tepatnya memukul bagian perut Abian cukup keras.

Abian merintih, luka yang kemarin saja belum betul sembuh sekarang lagi dan lagi ia harus menerima pukul sang ayah.

"Sudah berapa kali saya bilang, ikuti semua kemauan saya!"

Bughh!!!

"Anak tidak berguna!"

Dughh!!

Bugh!!

"Arghh, ampun"

Devan terus memukuli perut Abian dengan keras tanpa henti, memukul badannya dengan gagang sapu yang terbuat dari kayu, menghajarnya tanpa memberi kesempatan untuk bernapas.

Napas Devan memburu ketika melihat Abian yang sudah berlumuran darah akibat hantaman yang ia berikan.

Gibran yang baru saja tiba dari dapur mendengar keributan diatas. Devan yang berkata keras membuat Gibran semakin penasaran ia menaiki anak tangga dan melihat situasi yang terjadi.

"Saya sudah memberikan kamu tinggal di sini seharusnya kamu bersyukur.. bukan malah tidak tahu diri seperti ini!" Suara Devan yang bergetar, Abian terus memegangi perutnya menahan rasa sakit yang luar biasa.

Bughh!!

Bughh!!

ABIAN ( tahap revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang