15

308 35 0
                                    

HALLO, SELAMAT MALAM SEMUA.
AKU UPDATE LAGI NIH, SEMOGA KALIAN SUKA YAH.

aku mau minta tolong sama kalian vote dan komen apapun yah tentang cerita aku, kritik dan saran itu membantu aku untuk memperbaiki cerita ini dan vote ya bisa bikin aku semangat lagi lanjutin cerita nya😁✨

Okey deh, Happy reading semua!🤩🤩






~~~










"Menatapmu tersenyum bahagia karenaku adalah mimpiku yang palingku nanti, jika masih ada waktu izinkan aku melihatnya sekali lagi"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menatapmu tersenyum bahagia karenaku adalah mimpiku yang palingku nanti, jika masih ada waktu izinkan aku melihatnya sekali lagi"

—tulis Abian













POV Nea.

Aku berlari memasuki sebuah pemakaman disalah satu sudut kota. Mencari keberadaan sang Gibran Alfigan yang sudah hampir seminggu tak masuk sekolah. Mataku terus-menerus melirik setiap blok pemakaman, hingga akhirnya mataku terarah pada anak laki-laki yang tertidur di atas kuburan dengan nyenyak dan ia masih setia memakai seragam khas kesekolah kami.

Kakiku berjalan pelan memastikan kalau itu adalah Gibran, dengan sigap aku mendekat dan melihat wajahnya.

"Gibran" gumamku pelan.

Aku terduduk menyampaikan posisinya yang tengah tertidur.

"Lo capek, kakak lo lebih capek"ucapku pelan.

Aku tersenyum melihatnya wajahnya yang lekat dengan parasnya yang memikat, Gibran begitu lelah sepertinya dengan wajahnya yang lusuh hingga ia tertidur diatas makam seseorang.

"Gibran, bangun udah sore" ucapku sembari menggoyangkan bahunya.

Tak ada respon pada aksi pertama, aku mencoba lagi perlahan.

"Gibran, mau sampe kapan disini nanti keburu ujan" ucapku untuk kedua kalinya.

Tubuhnya bergerak, menatap samar kearahku lalu mengusap wajahnya dengan lembut. Aku tersenyum melihatnya, Gibran menatapku datar.

"Nea, kok lo tau gua disini?"tanyanya sembari merapikan rambutnya yang berantakan.

"Adit ngasih tau gue, lo baik-baik aja?"tanyaku.

Gibran hanya menghela nafasnya, aku paham menjadi dirinya tak mudah terlebih lagi Abian yang sakit tak ada yang bisa melindunginya.

"Gue lagi kangen aja sama mamah" lirihnya lalu menunduk.

Aku melihat tulisan nisan dengan lekat, menuliskan nama seorang perempuan disana.

"Dari kapan lo disini?"

ABIAN ( tahap revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang