15. Tong sampah

225 20 1
                                    

JAN LUPA FOLLOW DULU

HAPPY READING!




"Danar kamu ini udah nunggak SPP tiga bulan, kapan kamu mau bayar?" tanya pegawai tata usaha bagian bendahara.

"Iyaa Buk nanti bulan depan saya gajian, saya akan segera membayarnya Buk" sahut Danar duduk dikursi depan meja Ibu bendahara sekolah SMA Saraswati.

"Yasudah kalo begitu Ibu beri keringanan waktu" sahut Ibu itu.

"Baik terimakasih Buk, saya permisi dulu" ucap Danar keluar dari ruang tata usaha. Ia memang sering dipanggil seperti ini masalah belum bayar uang SPP.

***

Keluar dari ruangan tata usaha Danar berjalan diteras sekolah sambil memikirkan uang SPPnya itu. Otaknya kini sangat mumet.

"Araaaghh!" kaki Danar menendang sebuah tong sampah besi yang berada didepan teras yang berisi setengah sampah didalamnya. Sekuat tenaga Danar menendang tong sampah itu untuk melampiaskan kekalutan pikirannya hingga tong sampah tersebut melayang membentur lutut kiri seorang murid yang sedang lewat didepannya.

"Awshhh" rintih murid tersebut melihat lututnya yang berdarah. Sampah sudah berserakan disekitarnya.

"Kin , Kin lo gapapa kan?" tanya Shila panik yang berada disebelahnya.

"Perih banget lutut gue" sahut Kinar sedikit merintih.

"Ayoo ayoo kita ke UKS" ucap Nana merasa kasihan melihat sahabatnya merintih kesakitan.

Mita dan Nana ingin memapah Kinar untuk dibawa ke UKS, namun Danar terlebih dahulu menggendong Kinar ala pengantin baru tergesa-gesa menuju ruang UKS yang berada jauh diujung selatan. Semua murid-murid memandang mereka disepanjang perjalanan. Desas-desus terdengar mengatakan mereka sangat cocok. Tapi para lelaki kesal melihat adegan tersebut.

Hendra juga menyaksikan Kinar digendong seperti itu membuatnya terbakar api cemburu.

Memasuki UKS, Danar langsung saja membaringkan Kinar dibrankar yang tersedia di UKS.

"Ck! Mana sih anak PMR" umpat Danar ketika tidak melihat anak PMR satu pun yang jaga disana.

"Shh awaashh sakit banget" rintih Kinar menahan sakit membuat Danar iba dan merasa bersalah melihatnya seperti ini.

Danar mengambil kotak P3K yang ada disebuah rak kaca. Tangannya menuangkan obat merah langsung ke lutut Kinar yang berdarah itu.

"Aaaaswssh perih banget" Kinar memejamkan matanya serta meremas bantal disamping kepalanya menahan perih yang luar biasa karena obat merah yang diteteskan langsung ke lukanya tanpa menggunakan kapas.

"Aduhhh perihh lutut gue" rengek Kinar.

"Gak usah manja" ucap Danar dengan muka datarnya.

"Astaga ini kenapa obat merahnya banyak gini?" ujar Anak PMR yang baru memasuki ruangan keget melihat lutut Kinar seperti ketumpahan obat merah yang bercampur dengan darah yang belum dibersihkan.

"Cowok itu pelakunya" sahut Kinar menunjuk Danar.

"Gue bukan anak PMR yang tau cara ngobatin luka. Darimana aja lo? sebagai anak PMR harusnya lo ada disini tapi tak ada satu pun yang jaga ruangan ini" geram Danar.

Mr. Grumpy [ TELAH TERBIT! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang