57. Epilog

558 39 6
                                    

INI EXTRA PART YA..

JAN LUPA FOLLOW DULU

HAPPY READING!


Hari minggu pagi ini, dua sepasang remaja duduk dikursi depan meja pendaftaran disebuah rumah sakit Swasta. Beberapa orang juga sedang menunggu antrean masuk ke ruangan menemui Dokter ataupun menuju Poli yang diinginkan. Jam dinding berdenting menunjukkan jarumnya yang pendek berada diangka sembilan. Tangisan balita digendong Ibunya menggema keluar dari Poli Anak. Terlihat sang Ayah mencoba menghiburnya dengan mainan robot agar terdiam.

"Kasian banget adeknya" ucap Kinar memandang keluarga kecil itu.

"Aku lebih kasian ke Kakek-kakek itu" sahut Danar menunjuk dengan dagunya memandang ke arah deretan kursi yang ada didepannya. Kinar mengernyitkan alisnya menunggu penjelasan Danar. "Dari tadi Kakek itu hanya sendirian duduk disana. Diusianya yang sudah segitu harusnya butuh perhatian lebih. Sama kayak anak kecil" lanjutnya. Kinar mengguk setuju. Ada benarnya juga perkataan Danar. Lalu pandangan Kinar mengarah ke pria yang sedang sibuk menelepon di pojok yang merupakan anak dari Kakek tersebut.

"Nomor antrean 12 Poli umum!" ucap interkom memanggil nomor yang dipegang Danar saat ini.

"Nomer kamu tuh, ayo masuk" ucap Kinar membenarkan tas selempangnya lalu berdiri. Danar menggangguk berdiri lalu masuk ke ruangan Poli umum dengan ditemani Kinar.

Danar duduk diatas brankar dengan ditangani Dokter membuka gips ditangan Danar tersebut yang dibantu  Suster juga. Kinar hanya memperhatikan aktivitas Dokter tersebut. Alat seperti pemotong besi itu membuat ruangan ini bising untuk membelah gips putih yang keras ditangan Danar.

"Coba digerakin tangannya secara perlahan dulu" perintah Dokter pada Danar setelah berhasil membuka gips tersebut. Tangan Danar terlihat lebih putih dari lengan atasnya akibat tertutup gips beberapa minggu ini.

Danar menggerakkan secara perlahan tangannya. Ia mengepal-ngepalkan serta mengayunkan tangannya itu secara perlahan. "Gimana rasanya, apa masih sakit?" tanya Dokter tersebut. Kinar menatapnya menunggu responnya.

"Agak kaku Dok" sahut Danar.

"Iyaa awal-awal memang begitu. Kamu coba terus latih gerak-gerakin tangannya agar terbiasa lagi. Tapi inget, kamu jangan mengangkat beban berat dulu" terang Dokter.

"Baik Dok"

"Yasudah kalo gitu saya kasih resep susu penguat tulang. Nanti kamu bisa tebus diapotek depan. Minggu depan kamu kontrol kesini lagi untuk memastikan perkembangan tulang kamu itu"

"Iya Dok. Terima kasih" jawab Danar sopan mengambil resep tersebut.

***


MOHON MAAF CERITA INI SEBAGIAN DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT

TERIMA KASIH!




YUHUUU! 


SAMPAI KETEMU DICERITA BERIKUTNYA

THANK YOU!

THANK YOU!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mr. Grumpy [ TELAH TERBIT! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang