Rasa penasaran yang membumbung tinggi ditengah-tengah rahasia yang dibentengi tinggi.
"Leta""Lio.. Lioo ayok mandi dulu, jangan ngegibah aja" teriak Leta ke penjuru rumah memanggil anak semata wayangnya itu yang entah dimana keberadaanya.
Ceklek.
Leta membuka kamar kara, benar dugaanya, Lio pasti nongkrong bersama kara, entah gosip apalagi yang mereka bahas kali ini.
"Bunda manggil kamu ya, malah asik nongkrong disini" kesal Leta.
Lio hanya menatap Leta acuh, ia kembali menatap kara yang sedang asik bercerita.
"Lio denger bunda nggak?" Panggil Leta.
"Unda ih, iyo agi engel celita ta ala unda" bocah itu memasang wajah kesal.
"Sabar Leta sabar, anak lo emang ajaib" gumam Leta mengusap dadanya sabar.
Lio kembali menatap kara dengan wajah penasaranya.
"Elus acalnya ndak alah?" Tanya Lio penasaran.
Leta melotot, anaknya itu baru satu tahun coi, tapi bahasanya udah pacaran.
"Woi kara, lo jangan ajarin anak gue yang nggak-nggak ya" garang Leta menatap kara
"Apa sih kak, ganggu aja" kesal kara.
"Ngapain lo bahas pacaran segala ha? Lio itu baru satu tahun"
"Siapa yang bahas pacar sih, wong kita lagi ngomongin gebetan si ayam" jelas kara.
Walaupun bahan gosip mereka kucing yang diberi nama ayam itu, tapi Leta masih tidak terima jika kara mengenalkan kata pacaran pada Lio.
"Ya tetep aja, lo kan tau Lio daya ingatnya gimana, setidaknya lo filter lah ngomong sama anak kecil"
"Ah iya-iya, sana gih Lio bawa bunda kamu keluar, berisik" ujar kara.
Lio cemberut menatap Leta.
"Unda akal ih, iyo ndak au andi ama unda, ama mama inan aja" ujar Lio keluar merebut handuk kecil yang bawa Leta. ( bunda nakal ih, Lio nggak mau mandi sama bunda, sama mama Kinan aja)
Kara ingin tertawa melihat ekspresi Leta saat melihat Lio yang protes.
"Awas lo yaa, ajarin anak gue yang engak-engak, gue sate ayam lo itu" ancam Leta keluar dari kamar kara.
Leta melangkahkan kakinya keluar saat melihat pedagang telur gulung didepan rumah Adam.
"Woi mang asep, sepuluh ya jangan pedas" teriak Leta, padahal jaraknya tidak terlalu jauh.
"Apa non beras? Mamang nggak ada jual beras atuh eneng"
Leta membuang nafas kasar, ia menatap mang asep dengan senyuman manisnya.
"LETA PESAN SEPULUH, JANGAN PEDAS" Leta kembali mengulangi pesanannya tapi lebih keras lagi.
"Ooo bilang atuh neng" ujar mang asep tanpa dosa.
"Lah, dia yang nggak denger gue yang disalahin" guman Leta.
Leta memainkan ponselnya sambil menunggu pesanannya, perhatian Leta teralihkan saat mobil Adam masuk kedalam pekarangan rumah.
"Hai mas Adem,dari mana?" Sapa Leta dengan senyumannya.
"Jangan kepo" jawab Adam ketus lalu menuntun Ayu masuk kedalam rumah.
"Dingin amat" cemberut Leta.
Ada sedikit rasa iri di hatinya, saat melihat perlakuan Adam pada Ayu. Ia juga ingin di posisi seperti itu.
"Neng Leta cemburu ya?" Tanya mang asep saat mendapati raut sedih Leta.
"Iya mang, sakit banget" jawab Leta.
"Duh neng, mamang tanya lain neng malah jawab mau makan mangga"
Leta melongo "percuma gue curhat" batin Leta.
Leta kembali memainkan ponselnya, melihat beberapa laporan cafe dari karyawannya.
"Eh ibu Juni" sapa manga asep.
Leta yang mendengar nama Juni mendongak menatap Juni. Juni tersenyum menatap asep.
"Eh mamer dari mana?" Tanya Leta manis.
"Dari depan beli sesuatu" jawab Juni.
Leta ikut menatap barang yang dibawa Juni, entah matanya yang salah atau memang kotak yang ada dalam kantong plastik putih itu yang bertulisan Lovamil.
"Mamer, itu bukanya susu buat ibu hamil? Siapa yang hamil?" Tanya Leta.
Juni seperti orang kebingungan menjawab pertanyaan Leta.
"Ma sini bentar ma" Adam memanggil Juni dari rumah membuat perempuan itu sedikit lega
"Mama masuk ya Leta, lain kali kita ngobrol lagi" ujar Juni mengusap lengan Leta.
Leta menatap Juni penasaran, kenapa perempuan itu tegang, kemarin Adam juga membeli tespek, sekarang susu hamil, siapa yang hamil sebenarnya.
"Ini neng telur gulung nya" ujar mang asep pada Leta.
"Makasih mang"
Leta memasuki rumah sambil menyantap telur gulungnya, otaknya masih berpikir, siapa yang hamil di rumah itu.
"Gimana dong mas, aku takut"
Leta mengerutkan dahinya bingung, seketika jiwa penasarannya membuncah, ia mendekat kearah kamar Kinan.
"Mas juga bingung sayang"Leta mendengar dengan jelas ada nada khawatir disuara Abi.
"Mas, kita nggak bisa nutupin ini lama-lama, kehamilanya pun semakin hari makin kelihatan mas"
"Hamil? Apa mama hamil?" Pikir Leta.
"Kita cari waktu buat kasih tau anak-anak"
"Aku nggak tega mas, nggak tega" Kinan mulai menangis.
Brak...
Abi yang sedang memeluk Kinan yang sedang menangis pun, menjadi kaget. Kebiasan anak gadisnya itu dari dulu hingga sekarang kalau sedang kesal pasti membanting pintu.
"Siapa yang hamil?"
Kinan dan Abi menjadi gugup saat mendapatkan pertanyaan seperti itu.
"Siapa yang hamil mah, dy?"
"Ka-kamu dari kapan disitu?"gugup Abi.
"Semenjak saat mama bilang hamil, mama hamil lagi? "
Leta menatap kesal orang tuanya saat keduanya hanya diam.
"Ih Leta nggak mau ya punya adek lagi, kara aja rasanya pengen Leta buang, ini masih mau punya adek lagi, ih nggak mauu" Leta menghentak-hentakan kakinya ia tidak mau di umurnya ini harus memiliki adik lagi.
"Apa sih kamu? Mama nggak hamil ya" jawab Kinan
"Terus kalau nggak hamil, siapa yang hamil? Dydy?"
"Jangan ngaco Leta" tegas Abi.
"Terus siapa?"
.....
bagi yang penasaran boleh lanjut baca di karyakarsa ya..disana kalian bisa milih satuan atau paketan, dan akan jauh lebih menguntungkan bagi kalian.
linknya ada di profil.
untuk beli ebooknya secara keseluruhan juga boleh ya hanya 50k.
no WA: 082173749397.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAI MAS ADAM.
Romance"mas Adem, umur leta udah 24 tahun loh mas,mas adem masih nggak mau nikahin leta" "Hm" "Ya udah, kalau mas adem nggak mau nikahin leta, leta aja deh yang nikahin mas adem, mau nggak?" seorang gadis yang mencintai anak tetanganya secara terang-terang...