21. The taste of (their) life

27 1 0
                                    

GIAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GIAN

Banyak orang yang menganggap gue lumayan ... aneh. Ya, wajar. Gue cowok, tapi lebih suka baca buku daripada main olahraga, futsal, bola, basket, dan lain-lain. Semenjak kecil bahkan orang-orang pasti akan menganggap gue aneh.

Lumayan terbantu, sih sama tampang yang bisa dibilang ganteng. Bukan mau narsis, kenyataannya emang begitu. Dari gue masuk SMA ini aja, lebih dari 6 siswi pernah nembak gue.

Ga tahu, sih kenapa mereka bisa suka sama gue.

Terus nongkrong dan berbaur sama orang banyak, itu masih menjadi sesuatu yang pengen gue lakuin. Cuma ... lebih banyak alasan ga bisanya, sih.

Di kelas gue siswanya ada sekitar 30-an. Cowonya cuma sekitar 10 orang termasuk gue dan di antara 10 cowo ini ada satu yang bener-bener ... banyak disukai anak kelas. Dia lumayan pinter, dia juga tampangnya di atas rata-rata, dan juga dia punya kelompok main yang dari yang gue lihat seru.

Namanya Altair. Selain supel, dia juga punya sifat yang bikin siapapun akan nyaman ngobrol sama dia. Gue nggak kenal sama dia, jarang ngobrol apalagi berinteraksi. Inget orang yang nyapa gue di kelas waktu gue sendirian beberapa hari lalu? Itu dia. Terus ... disalah satu warung seblak di daerah kawedanan bareng satu cewe. Itu juga Altair.

Gue baru tahu dia temenan sama cewe. Terus ketika gue lihat cewe itu, ternyata ... gue juga kenal dia.

Cewe yang liatin gue lewat jendela nggak, sih?

Gue ... sedikit penasaran. Waktu pengumuman SNM gua ditunjuk buat grup anak yang lolos, karena ga tahu no. Wa nya, gue akhirnya tanya Altair.

Beberapa hari setelah itu, gue jadi sering ketemu si cewek. Ngobrol satu-dua kali. Ohhh, pantes Altair temenan sama cewe ini. Dia perempuan yang lumayan baik, menurut gue.

Dia selalu liat mata kalau lagi dengerin gue ngomong. Dari situ gue mulai kenal sama cewe itu, pernah juga barengin dia naik motor. Ngobrol ini-itu. Bahas rumah gue di mana, dan lain-lain.

Jujur, gue baru kenal sama cewe ini, tapi lumayan takjub bisa ya ada cewe yang begini.

Nggak neko-neko.

Kikuk juga anaknya, tapi banyak omong dan itu yang bikin lucu. Eh ....

Ya, walaupun begitu nggak ada gunanya, sih. Pun dengan gue ngerasa nyaman sama orang pada akhirnya ga bakalan bisa temenan.

Sejatinya, bukan cuma untuk waktu ini, tetapi selamanya ... lagian, siapa juga yang mau temenan sama orang yang ga sepenuhnya bisa utuh memiliki tubuhnya?

"Gian, Nak? Minum obatnya, ya. Ibu dah siapin di depan. Masing-masing 1, kalau masih sakit kepalanya minum juga yang tablet, ya. Teh chamomile ibu kasih sini juga. Jangan lupa dihabisin, ya."

Karena siapa, sih, yang mau punya temen penyakitan? Apalagi penyakitnya ... kaya punya gue?

Kayaknya ga ada.

"Maaf, Pak, Bu. Sepertinya memang gejala yang dialami oleh anak bapak dan ibu adalah gelaja DID atau dissociative identify disorder. Gejala ini lebih lazim disebut gangguan kepribadian ganda, Pak, Bu. Saya akan memberikan beberapa obat penenang untuk bisa dikonsumsi Nak Gian dan tentu saja beberapa alamat terapis yang bisa membantu anak Anda lebih mengenali dirinya."

Itu adalah kata dokter keluarga gue persis ketika gue duduk di kelas empat SD. Ga nyangka, sih. Gue juga ... percaya ga percaya. Karena kadang, gue merasa tidur lama, tapi tau-tau tangan gue berdarah. Atau bangun-bangun, gue ada di perpustakaan sekolah padahal pelajaran masih berlangsung alhasil gue dimarahin karena bolos beberapa pelajaran.

Anehnya, gue ga sadar gimana gue bisa ke sana. Kenapa gue berdarah, kenapa tiba-tiba ada di perpustakaan bahkan dengan posisi tiduran di lantai?

Gue menjalani beberapa terapi dengan Pak Evan. Psikiater yang sudah menemani gue mengurai segala kebingungan di kelapa lebih dari 6 tahun.

Berkat beliau, gue tahu ada 2 kepribadian lain yang ada di tubuh ini. Namanya Kenan umur 20 dan Gilang umur 14 tahun.

***

Altair

Keknya semua cowok ngerasain ini nggak, sih? Khawatir berlebihan sama ceweknya kalau ... ADA YANG GANGGUIN DIA?

Hah, sialan tu Haekalll bisa-bisanya gue lagi persiapan buat presentasi malah dia keluar katanya mau beli batagor ehhh pas gue intip dari jendela dia malah lagi ngomong sama si Caca?

"Hehhh, katanya lu nyari batagor, Nyett? Lo juga, Ca. Ngapain duduk-duduk di luar? Lo ya yang ngajakin?" Gue menunjuk Haekal penuh emosi.

Caca melihat gue sambil memicingkan mata.

"Apa?" tanya gue, Caca hanya menggeleng.

"Santai kali. Ni gue tanya soal ulangan biologi kemarin Rabu."

Haekal abis itu cabut, Caca juga, tapi gue ga bolehin.

"Apaa?" tanyanya.

"Lo tumbenan mau beli jajan sendiri? Keluar sendiri?"

"Ya, masa ga? Gue laper, lo ga ke kelas gue jadinya ya keluar. Ga sendiri, tu sama Amanda."

Ohiyaaa, lupa bilang lagi nyiapin presentasiii!

"Ga usah panik. Gue tahu lo lagi mau presentasi seni budaya jadinya gue ga chat lo juga suruh ke kelas."

"Oh. Okeee. Tapi lain kali bilang ah kalo lo mau keluar, biar gue tahu."

"Terus?"

"Biar gue tahu."

"Terus?"

"Biar ... gue ga khawatir."

"Terus?"

Ni bocah tuh bener-bener! "Kok terus mulu? Marah ya lo?"

Cacanya malah ketawa. "Ga tuh. Ga marah. Tapi gemes liat lo, soalnya cereweeet banget perkara beginian doang."

BUNYI DUAAAR DI DALAM HATI GUE TU KEDENGERAN NGGA? KALO KEDEGERAN ITU BUNYI GUE. ADA YANG meledak, tapi bukan rudal.

"Udahhh, balik sana, 5 menit lagi masuk ..." Caca mendekat ke kuping gue kaya mau bisikin sesuatu. "... oke pacarnya Cacaa?"

... Anjir???

Sial, langsung kabur lagi tu anak kucrut!? Kan pengen nguyel-uyel ...

Ting!

Bunda : Altair, ayah kamu ga dateng ke nikahan bunda. Kamu gimana? Tetep mau dateng?

Boleh ketawain diri sendiri ga, sih? Gini amat hidup gue.

***
To be continued


Resonance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang