*partnya agak panjang soalnya Alta agak cerewet di sini☠
POV Altair
Soal kejadian tadi siang pas liat si Caca sama Gian ngobrol di jendela tu ah anjir pokoknya. Antara sedih, nyesek, nggak enak asli. Tapi kalau dipikir-pikir, mau gimana juga gue ada hak apa, sih? Sampe sok nggak terima liat tu cewek cengeng sama cowok lain?
"Alta?"
Suaranya kenapa nggemesin begini? Sejak kapan ....
"Apa?" Gue menjawab dengan nada cuek sebisanya.
Dia memainkan bola basket yang gue beli beberapa hari lalu. Memelukkan lalu memantulkannya ke lantai samping kasur sesekali. Hah, ni anak kalau ga duduk di kasur gue nggak bisa apa, ya? "Lo pernah pacaran kan, Ta, dulu waktu kelas satu SMA?"
"Pernah, ngapain lo nanya?" Gue yang memilih duduk di sofa hanya melihatnya sok males. Aslinya mah ... pengen gue bejek-bejek, kantongin, karungin, eh digigit dikit keknya sabi, ya, kan? Abis itu gue peluk sampe dia nggak bisa napas. Hahaha, kurang psikopat apa coba gue sayang sama ni anak?
"Berapa lama?"
"Nggak nyampe tiga bulan. Kayaknya, gue lupa."
"Jahat, lo! Kalo SMP tu lo juga pernah, kan, ya?" Caranya marah lalu bertanya lagi ... aduh, bisa dipeluk beneran nggak sih ni anak? Anjir matanya lucu.
"Gue lupa."
"Inget-inget, dong! Gue mau nanya, nih." Dia memperbaiki posisi duduknya.
"Tanyain aja elah."
"Emang kalo pacaran tu lo gimana? Maksud gue bedanya kaya temenan biasa apa?"
Gue melihatnya lebih lama. Dia mau pacaran apa gimana, dah?
"Beda lah. Lo pacaran, bisa pegang tangan, pelukan, sayang-sayangan, kalo jalan bisa berdua. Kalo nangis ada yang hapus air mata lo. Mau yang lebih lagi, lo bisa ciuman."
Dia nggak langsung menjawab, melainkan malah berpikir dengan otaknya sendiri.
"Hm, gue pikir-pikir kok biasa aja, sih, Al? Kita bukannya gitu juga? Yah, sayang dong." Sayang? Bahahaha, anjir gue malah ngelag.
"Ni lo nanya begini motivasinya apaan?" Sumpah, gue nanya.
"Ada yang nawarin gue pacaran, tapi keknya nggak mau, ah."
Sinonimnya kampret sama anjir apa, sih? Mungkin kalo ada itu bisa gue umpatin sekarang. Rasa kesel yang kaya tadi siang gue rasain lagi.
"Siapa?" Gue tanya berusaha nggak terkesan kepo banget.
"Yang nawarin?" Dia melihat gue dengan mata polosnya.
"Iyaaa," jawab gue yang jujur agak pengen noel pipinya dikit.
"Gian."
Bangke ....
"Orang yang lo kira gue suka. Eh, guenya nggak malah dia yang suka sama gue. Doa lo, ya, Al?" Tambahnya lagi setelah gue mengumpat dalam hati. Bentar, tadi apa katanya? 'Doa gue'? Ya, gila gue ngemis buat lo cuma buat gue woi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resonance
TienerfictieAltair x Capella Harinya terserah semesta, santuy seminggu dua kali Young Adult 15+ ______________ Di sini kalian akan bertemu dengan remaja gila yang terluka karena mempertahankan mimpinya, menomor duakan diri mereka sendiri. Mereka adalah wujud d...