08. the unexpectedly number

52 2 16
                                    

Altair

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Altair


"Widih. Ini ya, yang namanya Capella? Cantik, ya. Umur berapa, Ca? Eh manggilnya, Ca kaya Altair apa sayang, nih? Ehh."

"Ege lo, Bang Jon! Sat-set mulu sama bocil, mending sama gue aja, Ca." Marko dah menggeser posisi Bang Joni yang berdiri di depan anak yang tiba-tiba masuk sambil teriak manggil gue. "Gue Marko anti f**kboi, anti PHP."

Gue yang masih di pojok lapangan memutuskan sedikit lari, tapi emang bangke semua temen gue, terutama si haikal yang udah lari kaya dikejar utang dan berdiri juga di depan si Caca.

"Eitsss. Diem. Mending kenalan sama gue. Kenalin, gue Haikal, cowok paling alim, sekaligus paling ganteng di sini. Boleh minta alamat rumahnya nggak? Atau username IG?"

Belum genap empat menit anak kucrut itu dateng ke tempat gue futsal, semua anak pada ngerubungin dia. Emang paling bener gue nggak bolehin Caca ke sini. Eh, dia malah ngikut naik ojol sampe sini.

"Diem lo semua. Biarin dia napas, mundur! Lo kira dia pengguna narkotika lo semua kepung begitu?"

Rendi yang ada di sisi kiri gawang menendang bola futsal asal ke arah gue. Anjir, kena.

"Dia lebih stress kali sama lo terus, Al. Ya, nggak, Ca?" teriak Rendi si usik. Idih! Apaan, tuh alisnya naik turun, bangke emang si Rendi.

"Ca, keluar. Nunggu di parkiran aja. Kan gue bilang nggak usah masuk."

"Ih, nggak. Panas, enakan di sini liat ..." Gue mengikuti arah matanya saat perkataan Caca terdengar menggantung.

Rese si Marko! "Woe! Lo ngapain bugil di sini? Nggak liat ada anak cewek! Pake nggak baju lo, Mar!"

Marko malah cengengesan. Ck. Sengaja banget pamer lesung pipit? Gue noleh ke Caca yang udah cengegesan juga. "Seneng liat begitu? Gue aduin sama Tante Likha lo masih liatin orang buka baju begitu."

Caca menjembikkan muka. "Lo, sih. Nggak selesai-selesai. Gue bosen, tapi setelah masuk sini. Nggak papa lo lamaaa juga. Gue ikhlas."

"Gue yang nggak."

"Hah?"

Gue menarik jersey untuk mengelap keringat yang hampir menetes dari pelipis kiri. "Hahh hehh hohh! Tunggu di luar, gue udah mau ganti. Siapa suruh lo nyamperin ke sini? Kan udah gue bilang gue jemput."

Dia berdecak. Sambil melambaikan tangan. Sama siapa sialan! Gue membalikkan badan. Meraih bola yang tadi Rendi tendang dan melemparkannya ke Haikal yang berada di radius sekitar empat meter di depan gue, sedangkan tangannya melambai ke Caca. Sok tebarkan pesona!

"Woe, Kal!"

"Ya, elah. Pelit amat, cuma gue dadah aja nggak boleh. Pacarnya lo?"

Anjir.

Resonance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang