Altair x Capella
Harinya terserah semesta, santuy seminggu dua kali
Young Adult
15+
______________
Di sini kalian akan bertemu dengan remaja gila yang terluka karena mempertahankan mimpinya, menomor duakan diri mereka sendiri. Mereka adalah wujud d...
Baru juga keluar kamar mandi, abis muntah sama ganti baju terus basuh badan bentar. Eh, dia udah marah-marah lagi. Beberapa menit sebelum gue ke kamar mandi emang abis makan sarapan yang dia siapin. Pas nganter ke sini dia masih pake baju tidur, eh sekarang udah rapi pake seragam aja. Anjay, rambutnya dikepang, wangi lagi kaya Mbak Jessica Jane--kalo kata Mas Jerome--youtuber yang sering Caca tonton. Ini dia mandi parfum kali, ya?
"Alta? Sini duduknya. Jangan tiduran dulu."
"Aduuuh. Mual banget, ah, Ca. Nggak mau." Gue nggak bohong, emang gini rasanya. Anjir lah kaya perut lo di aduk-aduk. Mulut rasanya pait lagi.
"Lo, sih, ngapain masuk angin, mencret ma muntah-muntah barengan? Mual mulu lagi, lo sakit apa hamil deh, Al? Nggak beres," jawab Caca sambil nyokol gue pake segelas susu anget. Anjiiir, sekali teguk! Nggak berperasaan, ngos-ngosan, nih jadinya!
"Yang nggak beres itu lo! Emang kalo hamil siapa yang mau jadi ibunya? Lo mau?"
Capella membereskan obat-obatan di meja depan gue. Kita lagi ada di ruang TV--Ehhh, anjay pake kita. Nah, gue ngga mau ke kamar karena jaraknya jauh sama dapur. Dia langsung bertingkah seolah jijik denger pertanyaan gue tadi.
"Gue berangkat sekolah sekarang aja lah."
Yah, kok cepet banget berangkatnya? "Jangan, dong." Gue menarik lengan baju seragamnya. Dia berbalik seakan tanya kenapa.
"Nanti dulu, kasihin minyak di leher, Ca. Gue tadi subuh kek meriang." Nggak modus, ya gue! Kenyataannya emang meriang. Tanya aja malaikat di bahu kanan-kiri kalau nggak percaya.
"Boba satu, ya, Ta! Yang ditambah cheese."
"Gampang."
Tanpa perlu waktu lama, tangannya langsung memegang dahi dan leher untuk mengecek suhu tubuh. Eh, kok rasanya kek kesetrum? Apa gara-gara tangannya si Caca dingin badan gue panas, ya?
