Altair x Capella
Harinya terserah semesta, santuy seminggu dua kali
Young Adult
15+
______________
Di sini kalian akan bertemu dengan remaja gila yang terluka karena mempertahankan mimpinya, menomor duakan diri mereka sendiri. Mereka adalah wujud d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Capella
"Balik bareng sama gue mau?"
"Maaf, Yan. Gue ada barengan, lagian kan lo juga pernah nganter gue belum dibales lagi. Kapan-kapan aja. Duluan, ya."
"Kapan gue nganter lo pulang?"
"Hah?"
Pernah nggak lo nemuin orang yang hilang ingatan dalam waktu tiga hari? Nggak, 'kan? Sama gue juga dan anehnya gue ketemu sama orang itu. Orang yang nggak sengaja papasan di tangga dan nawarin tebengan, tapi gue tolak karena pulang sekolah balik sama temennya Alta. Cahya namanya.
"Oke, anggep gue anter lo pulang, tapi bukan berarti nggak boleh balik bareng dua kali, kan?"
Nah, ini di depan gue adalah si Gian, yang entah kenapa gue ngerasa dia beda. Nada bicaranya, aura, juga tutur katanya beda sama terakhir kali kita ketemu. Aneh ....
"Bukan gitu, Yan. Gue udah ada temen nebeng, jadi so sorry gue nggak bareng lo dulu."
"Gitu doang? Tinggal batalin lah. Gampang."
Hah? Ini kalau ada cermin dan gue lihat muka sendiri pasti udah kaya orang cengo. Dengan kecepatan seadanya gue menjalankan otak untuk tetap berpikir positif dan calm.
"Sorry, Yan. Gue udah duluan janji sama temannya Alta."
"Ya,'kan lo bisa batalin!"
Lah, ini kenapa malah dia yang marah? Matanya juga ... kenapa natap gue gitu? Sekilas waktu berjalan, tanpa disadari kaki gue udah mundur dari posisi yang sebelumnya. Ketika sadar kaki udah menyentuh ke pembatas tangga dan tangan gue berubah dingin dengan keringat.
"Hahaha, apaan, sih, lo, Yan. Gue duluan, ya. Kapan-kapan aja. Makasih, BTW." Gue mencoba untuk menggerakkan kaki cepat. Bodo amat pokoknya pengen pulang!
"Heh. Siapa yang suruh lo kabur?" Gian menjawab sambil menarik lengan gue. Langkah cepat yang tadi sempat gue lakukan kini terbuang sia-sia, sebab posisinya sudah kembali seperti semula. I-ini anak kenapa aneh begini, sih!
"Yan, gu-gue pulang dulu. Please, lepas."
"Boleh, tapi pulang gue anter. Deal?"
"Y-Yan--"
"Diem!"
Tangannya yang lain tiba-tiba menekan mulut gue cepat. Mata gue mendelik ketika pandangan kami berada dalam satu garis yang sama dan entah detik ke berapa jarak kami semakin mendekat, deru napas gue yang sangat tidak beraturan rasa-rasanya tak menganggu kenyamanan orang itu.