Prom Night

113 11 0
                                    

Di salah satu meja kantin, dua orang siswa terlihat sedang duduk bersebelahan. Yang satu sibuk menelan makanan, sedangkan satu orang lagi sibuk mengganggunya.

"Go away!" usir Mark pada Jeno yang terkekeh disampingnya.

Mark sudah lelah dengan sikap Jeno yang belakangan ini mengikutinya kemanapun. Ke kantin, perpustakaan, ruang musik, ruang osis, lapangan indoor, laboratorium, bahkan ke toilet. Untungnya Jeno tidak ikut saat Mark masuk ke dalam, tapi sepertinya Jeno tak ada rencana sama sekali untuk berhenti menjadi penguntitnya di sekolah.

Kursi di hadapan mereka bergeser. Dua siswa lain datang dengan membawa nampan makan siang dan ikut duduk bersama.

"Masih belum menyerah juga?" tanya Jaemin, tangannya sibuk membuka kotak susu pisang. Jeno mengangguk.

Sahabat-sahabatnya tahu alasan utama Jeno terus mengikuti Mark adalah ingin mengajak laki-laki itu mencari pasangan.

Untuk apa?

Prom Night. Acara kelulusan sekaligus perpisahan murid kelas akhir di SM Int. High School tersisa dua minggu lagi sebelum dilaksanakan. Seperti sekolah-sekolah lain, para siswa yang diundang boleh hadir bersama pasangannya masing-masing.

Alasan itulah yang membuat Jeno ingin meminta bantuan Mark untuk mendapatkan Heejin sebagai pasangan prom-nya, karena Mark mengenal dekat Heejin yang juga anggota osis.

Tapi tipikal Mark yang tidak pernah mengikuti tren, ditengah sibuknya siswa yang mengajak teman perempuannya untuk pergi bersama seperti Jeno, Mark masih santai-santai saja tanpa berfikiran untuk mencari pendamping di acara itu. Ia juga malas membantu Jeno. Jika tidak ada pasangan pun tidak masalah bukan?

Pernah timbul niat iseng dalam benak Mark untuk menjadikan Jeno pasangan prom-nya ketika sangat kesal dengan tingkah lelaki itu, tapi niat itu Mark urungkan karena sepertinya ia akan ditonjok Jeno setelah mengutarakannya.

"Mending kau usaha sendiri saja, Jen. Mark tidak akan mau membantumu," usul Jaemin yang diangguki terlalu antusias oleh Mark.

"Mark bukannya tidak mau, tapi memang tidak mengerti. Mana tahu dia cara mengajak perempuan untuk jadi prom date-nya," celetuk Haechan santai lalu menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Enak saja! Aku bisa–" kalimat Mark terhenti ditengah. Mark yang bersiap menyangkal ucapan Haechan membatalkan aksinya, menyadari ucapan Haechan tidak sepenuhnya salah.

"Nah, kan," ucap Haechan, menaruh sendok dan menepuk tangannya ke depan dada, bangga karena tebakannya tepat. "Percayalah kawan, seorang Mark Lee tidak akan membawa prom date sampai acaranya tiba," duganya dengan yakin.

Mark hanya mendengus, enggan menanggapi.

Sepayah itu kah dia?

Dibanding Jaemin yang sudah berpacaran dengan Minju sejak tahun pertama serta Haechan yang tidak punya urat malu menyatakan perasaannya pada Somi di tengah lapangan tahun lalu, dirinya memang sudah kalah telak.

Jangan ditanya selama tiga tahun dihabiskan untuk apa. Juara pertama setiap tahun, bimbingan belajar hingga malam, olimpiade sains, pemimpin redaksi klub jurnalistik dan ketua organisasi siswa membuat Mark tidak memiliki pengalaman sedikitpun tentang cinta.

Mark itu pendiam, tapi kata teman-temannya, sikap diamnya Mark bisa mengintimidasi orang lain hingga sungkan untuk menyapa. Padahal sejujurnya, Mark lah yang sedikit pemalu, ia tidak berani membuka obrolan dengan orang baru hingga akhirnya memilih untuk diam. Itu sebabnya banyak orang yang salah paham dengan sikapnya selama ini.

Big ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang