Neighbour

80 7 4
                                        

Beberapa menit lagi hingga Kyungsoo sampai di depan pekarangan rumahnya. Ia memutuskan untuk pulang karena perkuliahan selesai lebih awal, Park gyosunim izin tidak datang karena mengisi kegiatan workshop di luar kota, akhirnya hanya memberikan tugas pada mahasiswa.

Kapan lagi pulang lebih cepat?

Kesempatan yang harus Kyungsoo manfaatkan dengan baik, anggap saja mengisi waktu luang untuk beristirahat, lagipula ia sedang tidak ingin kemana-mana hari ini.

"Kyungsoo-ya, kau baru pulang kuliah?" Tanya seorang wanita beruban yang memegang gunting besar dengan segenggam daun bawang di tangan kirinya.

Sedang asiknya melamun, Kyungsoo tak sadar kalau kakinya sudah membawanya hingga ke depan rumah. Lamunannya buyar seketika Bibi Kim menyapa.

Kyungsoo mendekat. "Ne, Bibi. Biar ku bantu." Ia berhenti tepat di depan wadah berisi penuh dengan sayuran segar, mengangkatnya dan membawa ke pelataran rumah Bibi Kim. Rupanya Bibi Kim baru selesai memanen di kebun pribadinya.

"Terima kasih. Apa kau sudah tahu jika ada orang yang akan menempati rumah sebelah?" Tanya Bibi Kim lagi menunjuk rumah di sebrang rumah Kyungsoo, diiringi gelengan dari orang yang ditanya.

"Belum, aku baru mendengarnya darimu. Apakah dia sudah datang?"

"Sepertinya belum. Ku dengar dia keponakannya Choi." Bisiknya pelan.

Kyungsoo terkejut. "Benarkah? Paman Choi memang sudah lama tidak menempati rumah itu, Bi. Aku tidak tahu kalau akhirnya rumah itu akan ditinggali keluarganya."

"Benar juga. Dia sibuk sekali sampai lupa punya tempat tinggal disini. Ingat pesanku, bersikap baiklah pada orang baru."

"Tenang saja, Bibi. Baiklah, aku pamit masuk ke dalam."

"Selamat beristirahat." Lambaian tangan Kyungsoo menjawab seruan Bibi Kim sampai dirinya masuk ke dalam rumah.

---

Ting tong!

Suara bel dari luar terdengar dari ruang tengah. Kyungsoo yang sedang memanaskan pastanya mengingat-ingat, sepertinya tidak ada yang mengirim pesan jika ingin berkunjung, kekasih pun ia tak punya. Siapa?

Dilanda kebingungan, tubuhnya tetap berjalan perlahan mendekati pintu setelah memastikan pastanya sudah ia keluarkan dari microwave. Tentu tidak mau jatah makan siangnya gosong begitu saja. Kyungsoo mengintip dari lubang kunci.

Seorang wanita?

Postur tubuhnya seperti familiar, tapi rambut pendeknya tidak.

Ia teringat ucapan Bibi Kim tadi. Keponakan paman Choi? Jangan-jangan..

Ting tong!

Suara bel berbunyi kembali, dengan segera Kyungsoo berlari membuka pintu.

"Soojung?!"

Kedua orang yang berhadapan terlonjak, sama-sama terdiam dengan situasi canggung setelah lima tahun tidak bertemu.

Sudah lama sekali.

"A-apa yang kau lakukan disini?" tanya Kyungsoo gagap.

Soojung tersenyum tipis. "Ternyata kau adalah tetangga pamanku ya. Senang bertemu lagi denganmu, Soo. Aku ingin meminta bantuan, apa kau sedang sibuk?"

Kyungsoo segera mengontrol degup jantungnya, mencoba bersikap lebih tenang.

"Sudah lama sekali sejak terakhir aku melihatmu. Aku sedang senggang, perlu bantuan apa?"

Big ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang