Kyungsoo tidak pernah bisa berkata tidak pada ibunya. Berawal dari kejadian tiga tahun lalu ketika ia melawan perintah Tifanny dan berakhir kecelakaan, akhirnya ia berjanji tidak akan membantah ucapan sang ibu lagi. Apapun yang ibunya minta, yang ibunya perintahkan, semuanya akan dengan senang hati Kyungsoo lakukan.
Buktinya sekarang Kyungsoo sudah duduk manis menunggu Mark, adiknya keluar dari ruang les.
Tiffany menghubungi Kyungsoo saat ia sedang berkutat dengan lembaran tugas akhir di apartemennya, meminta Kyungsoo untuk menjemput Mark karena jadwal ibunya hari itu bentrok dengan acara arisan.
Setelah menutup telepon, Kyungsoo langsung menutup laptopnya, berjalan keluar dan tergesa melajukan mobilnya ke Efex English Course tanpa ragu. Sepatuh itu.
Keadaan sangat sepi saat Kyungsoo tiba disana, tidak ada satu orang pun yang ia temui di ruang tunggu. Sepertinya kelas masih belum selesai.
Kyungsoo duduk di deretan kursi yang ada di sisi sebelah kiri ruangan agar bisa menyandarkan punggungnya pada dinding. Meraih ponsel, ia memeriksa grup chat takut-takut ada info dosen pembimbing mengadakan konsultasi minggu ini. Revisiannya belum kelar!
Tak menyadari sudah menunggu lama karena sibuk bermain ponsel, Kyungsoo masih belum beranjak dari kursinya selama 30 menit berada disana.
Apa dia datang terlalu cepat ya?
Kyungsoo mencoba mengirimkan pesan pada Mark tapi pesannya belum dibaca, teleponnya juga tidak diangkat.
Ia berdiri, menghampiri pintu ruangan yang tertutup, mengintip sedikit memastikan murid-murid memang masih belajar.
Ia memiringkan kepala di depan celah pintu untuk melihat ke dalam, tapi saat itu juga pintu terbuka dan rombongan anak-anak keluar dari kelas. Kyungsoo yang kaget dengan kerumunan itu refleks mundur beberapa langkah, memberi mereka jalan.
"Apa yang hyung lakukan?" tanya Mark bingung saat sampai tepat di hadapan Kyungsoo yang berdiri di samping pintu.
"Aku menunggumu keluar, lama sekali," jawab Kyungsoo sedikit kesal.
"Maaf, ada beberapa pengumuman tadi dari tutorku. Biasanya juga eomma yang jemput, baru sekali menjemput saja protes–aw!" sindir Mark pelan yang dibuahi satu jitakan di kepalanya.
"Eomma arisan. Kau ini pandai sekali menjawab," balas Kyungsoo. Ia dan Mark sangat berbeda, Mark lebih banyak bicara dibanding Kyungsoo yang pendiam.
Mark mengusap kepalanya yang sedikit sakit. "Hyung bisa ambilkan hasil ujian mingguanku?"
"Lho, bukannya harus eomma yang ambil?" tanya Kyungsoo bingung.
Mark mengangkat bahu. "Siapa saja boleh, eomma yang biasa mengambilnya karna menjemputku. Karna kali ini hyung yang jemput, jadi hyung yang ambil."
"Baiklah. Siapa nama tutormu?" tanya Kyungsoo memastikan. Kan malu kalau nanti tidak tahu nama pengajar adik sendiri.
Mark menunjuk ruangan di paling pojok. "Miss Krystal, dia ada di dalam, ruangan paling ujung."
"Oke. Kau tunggu disini," ucap Kyungsoo dan berjalan santai menuju ruangan yang adiknya sebutkan.
---
Baru beberapa langkah masuk, Kyungsoo membatu. Rasa penyesalan langsung hinggap di tubuhnya. Ingin ditaruh dimana wajahnya?
"Selamat sore, silakan duduk," sapa wanita itu ramah.
"Terima kasih," jawab Kyungsoo lalu menduduki kursi yang tersedia dengan canggung.
"Apa kau wali murid yang ingin mengambil hasil ujian mingguan?" tanya wanita itu formal, seakan tidak mengenalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Big Chance
Fanfiction"Different places, different conditions, different feelings". Kyungsoo x Krystal Mark x Ryujin Ten x Lisa Oneshot or twoshot stories, all pairing.