Treat

82 4 0
                                    

Seorang pemuda dengan pakaian serba hitam melangkah masuk ke dalam sebuah kafe bertuliskan Cofie & Cakie, dengan logo animasi pasangan pria berbentuk segelas kopi dan wanita berbentuk kue ulang tahun yang cantik. Ia berjalan lurus menuju tempat pemesanan, tak sabar menikmati kue-kue yang harumnya begitu memanjakan indra penciuman.

Ten baru saja selesai latihan basket di sekolah, jadwal rutinnya setiap minggu. Jika biasanya ia akan langsung pulang ke rumah, hari ini Ten menyempatkan mampir ke kafe langganan untuk mengisi kembali tenaganya yang terkuras habis.

Dua jam latihan fisik ditambah dua set pertandingan, Chanyeol sunbae benar-benar ingin membuatnya mati.

Langkah Ten terhenti di baris paling belakang antrian, sekitar empat orang berdiri di depannya. Pengunjung sedang banyak ternyata, terlihat dari kursi-kursi yang disediakan hampir penuh ditempati.

Setelah mengamati menu yang terpampang, Ten memutuskan untuk memesan paket americano dan chocolate cake yang sedang promo setengah harga hari ini. Tumben sekali, tapi lumayan untuk jatahnya membeli sepatu air max limited edition keluaran terbaru.

Sambil melihat-lihat beberapa produk buatan kafe yang dipajang pada rak depan, giliran Ten untuk memesan tiba. Sepertinya antrian dibelakangnya masih panjang, ia harus memesan dengan cepat.

Seorang pegawai yang berada di belakang konter tersenyum saat melihat wajah Ten.

“Siang, Irene noona. Kau terlihat semangat hari ini,” ucap Ten pada wanita yang lebih tua darinya itu.

Si wanita mengangguk. “Seperti yang kau lihat, mood-ku sedang sangat baik. Americano?

Ten mengangguk, memamerkan senyumnya. “Promo dengan chocolate cake ya,” tambah Ten sambil menunjuk menu yang dipesannya tanpa mengalihkan pandangan dari Irene.

Irene mengangguk dan berjalan menuju etalase kue setelah melihat orang di belakang Ten. Wanita itu menyiapkan pesanannya dengan cepat dan datang kembali ke hadapan Ten dengan membawa dua gelas americano dan dua potong chocolate cake.

Ten terdiam ketika pesanannya datang.

“Dia cantik, Ten.” Irene menatap gadis muda di belakang Ten, tersenyum ramah.

Ten yang langsung menoleh ke belakang mendapati seorang gadis dengan raut wajah yang sama bingung sepertinya.

Wanita yang sedang melamun itu terkejut ketika diperhatikan oleh dua orang sekaligus. “A-ada apa?” tanya perempuan itu takut, membuka maskernya dan membungkuk perlahan.

Ten berbalik dan memalingkan wajah ke depan, memperhatikan beberapa papan menu di depannya sekali lagi. Satu helaan napas terdengar dari bibirnya.

“Aku bilang kau cantik. Pantas saja dia menjadikanmu pacarnya,” ucap Irene sambil mengarahkan telunjuknya pada Ten.

Tak terasa pipi gadis itu memerah setelah di puji cantik oleh orang lain. Hah, apa?

Gadis itu mengerjap beberapa saat. “A-aku bukan–“

“Hentikan, Noona. Kau menggodanya,” sela Ten, mengambil tray dihadapannya. Irene tersenyum jahil. “Aku ke meja dulu. Ayo,” pamit Ten dan menatap wajah gadis itu dengan pandangan 'ikut aku'.

Gadis yang tidak mengerti apapun membungkuk pada Irene dan mengikuti langkah Ten dengan takut.

Ten berjalan memimpin menuju meja yang berada di samping jendela tanpa berbicara sepatah kata pun. Ia duduk di hadapan gadis itu, menyodorkan segelas americano dan sepotong chocolate cake.

Big ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang