Invitation

79 4 0
                                    

Lisa segera mengalungkan tas di pundaknya dan berlari kecil menuju lift setelah membaca pesan dari Ten, sang kekasih yang katanya sudah menunggu di lobby kantor. Lisa memang memiliki janji dengan lelaki itu untuk pergi bersama menghadiri pernikahan sahabat mereka.

"Kau sudah lama?" tanya Lisa dengan nafas terengah ketika sampai di hadapan lelaki tampan yang duduk di sofa dengan kepala tertunduk.

Ten mendongak, lalu menggelengkan kepalanya. "Ani," ucapnya lembut kemudian tersenyum sangat lebar.

Kyaaa! jerit Lisa dalam hati. Siapa yang tidak meleleh diberikan senyum seperti itu?

Lisa tahu Ten berbohong. Lelaki itu sudah menunggunya hampir setengah jam mengingat jeda waktu dari pesan yang Ten kirim dan saat Lisa baca. Ia benar-benar lupa mengecek ponsel karena sibuk menyiapkan pesanan pakaian yang dikirim tadi pagi. Lisa pikir ia akan mendapati wajah marah Ten ketika tiba di lobby, tetapi sebaliknya, boro-boro marah, Lisa malah diberikan bonus senyuman maut andalannya itu. Bagaimana Lisa tidak makin cinta?

Lisa merapikan penampilannya dan bersiap untuk pergi. Namun, alisnya bertaut ketika melihat outfit yang Ten kenakan.

"Pakaian kita tidak serasi," terang Lisa yang bolak-balik memandangi pakaiannya dan pakaian Ten. "Aku putih hitam, kau coklat," ungkapnya kecewa.

Seingat Lisa, dirinya sudah memberitahu Ten jika akan menggunakan dresscode hitam dan putih, tetapi lihat lelakinya saat ini, pakaiannya tidak ada cocoknya sama sekali.

"Rambut," ucap Ten tiba-tiba.

"Hah?!"

"Setidaknya rambutku serasi dengan bawahanmu dan rambutmu dengan pakaianku. Lihat?" Telunjuk Ten mengarah pada rambutnya yang hitam.

Lisa mendengus mendengar alasan tidak masuk akal lelakinya. "Terserah kau saja." Jawaban yang selalu Lisa berikan ketika menyerah dengan argumen Ten. Lelaki itu memang tidak memiliki kata kalah dan salah di kamusnya.

"Maaf, aku tidak sempat mengganti–" ucapan Ten terputus mendengar ponsel yang ada disakunya berdering. Ia mengambilnya dan segera menekan tombol hijau. "Ya, hyung?"

Sebenarnya selain memenuhi undangan, Ten dan Lisa ingin mengecek kinerja para karyawan mereka yang sedang mempersiapkan pernikahan Jaehyun dan Rose sore ini. Ya, mereka adalah pemilik Wedding Organizer yang calon pengantin itu sewa.

Ten dan Lisa yang merupakan lulusan desain interior dan fashion design memilih untuk membuat bisnis bersama setelah menyelesaikan program magister mereka. Dulu, keduanya memang terjun langsung untuk mengelola semuanya, tapi sekarang setelah usahanya berkembang dengan baik, mereka hanya bertugas mengawasi agar semuanya berjalan lancar, setiap bagian sudah memiliki penanggung jawab masing-masing yang mereka percaya.

"Johnny hyung bilang persiapannya sudah selesai," ucap Ten menatap mata Lisa. "Shall we go now?"

"We shall!"

---

"Tolong fotokan aku disini." Lisa memberikan ponselnya pada Ten.

"Cantik," puji Ten saat mengembalikan ponsel itu pada sang empunya.

"Lebih dari sepuluh kali hari ini. Aku bosan mendengarnya," jawab Lisa malas.

Big ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang