"Tetangga sudah pulang? Dari mana saja sampai Garra juga ikut?"
Garra menghentikan mobil sesaat, menunggu gerbang pintu di buka oleh penjaga.
Mr. Deswan menoleh ke belakang, berbisik kepada Raline.
"Mulut tetangga, Mi. Mulai berkicau, padahal sudah larut malam. Sepertinya Lupa masuk kandang atau lupa jalan pulang."
Raline mengernyitkan dahi menanggapi ucapan Mr. Deswan.
"Jadi, doa sepertiga malam Papi berharap Garra jadi 'mulut tetangga', terinspirasi dari tetangga kita itu? Aduh ... doa yang lain, kan bisa, Pi," sungut Raline.
Mr. Deswan kembali memutar badan, tak ingin lagi berkomentar.
"Katanya Garra mau nikah, ya? Kok buru-buru? Kuliah belum selesai, kan? Apa Garra dengan pacarnya sudah berbuat dulu?"
Garra memindahkan tuas tranmisi mobil, bersiap untuk masuk ke dalam halaman rumah, tanpa ingin meladeni mulut tajam tetangga. Namun, ditahan oleh Raline.
"Sis! Lagi masak ya di rumah?" tanya Raline santai dari belakang jok mobil.
"Masak? Anda bercanda? Malam-malam begini saya mau masak apa, tidak lagi masak."
"Saya kira sedang masak, soalnya bau gosong, Sis!"
Wanita yang diperkirakan berusia empat puluh tahunan itu mendengus, mencari bau gosong di sekitar tempat ia berdiri.
"Bau gosong apa? Tidak ada bau apa-apa." Ia mulai terlihat kesal, merasa dipermainkan oleh Raline.
"Tidak akan tercium kalau belum di bawa shalat. Soalnya yang gosong hati Anda."
Mr. Deswan dan Garra seketika tertawa, dan langsung melajukan mobil ke halaman rumah. Meninggalkan seorang mulut tetangga yang sedang menganga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEKTRUM HATI QUENARRA
Romance"Kiri dan kanan. Sepasang kaki memang terlihat jalan beriringan, namun sadarkah Anda? Sepasang kaki jika berjalan tak pernah saling berpapasan. Bahkan, tak mampu untuk sekedar menyapa."-Garra Bhalendra "Tapi Anda melupakan sesuatu, sepasang kaki dia...