"Helena!"
Terdengar suara teriakan seorang wanita yang memanggil namanya. Helena langsung mengindahkan pandangan ke belakang dari sosok pria yang baru saja ia tanya. Mereka bertiga langsung berdiri ketika melihat Hannele datang menghampiri.
"Hannele? Kamu datang bersama Eder? Mengapa bisa?" Tampaknya Helena semakin bingung dengan situasi saat ini.
"Eder hilang ingatan, apa kamu tak pernah mendengar kabar itu?" jawab Quen yang sedari tadi hanya terdiam.
"Jadi, kau mengalami amnesia, Ed? Apa kau ingat denganku?" Pandangannya kembali beralih menatap pria yang berdiri di hadapannya tanpa menggubris jawaban Quen.
"Hanya sebagian kecil yang aku lupa. Nara dan Garra, juga kekasihku, selain dari itu aku ingat semua."
Helena menutup mulutnya seolah tak percaya dengan jawaban yang baru saja ia terima. Kedua bola mata membesar, masih menatap Eder.
"Bagaimana bisa? Kekasihmu? Tapi ... Na—"
Belum selesai Helena berbicara, Garra segera menarik lengan wanita itu menjauh dari mereka semua.
"Ikut aku sekarang! Semakin lama mulutmu tidak bisa ditahan," bisik Garra pelan.
"Ada apa sebenarnya? Kita mau ke mana?" Helena mengikuti saja arah kaki Garra melangkah.
"Ikut aku, kalau kamu ingin tahu yang sebenarnya," balas Garra tanpa melihat Helena.
Sementara mereka bertiga masih diam, fokus memandang Helena dan Garra pergi dari hadapan semua. Quen berucap dalam hati.
"Apa yang akan dijelaskan oleh Garra kepada Helena?"
***
Mereka bertiga berkumpul di sini. Akhirnya keinginan Eder untuk bertemu dengan Quen tercapai. Kesempatan bagi pria itu untuk bertanya banyak hal kepada sosok wanita yang kini sangat misterius baginya.
"Apa kabar, Nar? Jujur aku tak paham maksud Helena. Tapi, saat ini hal itu tak penting. Sekarang yang terpenting adalah aku bisa bertemu denganmu lagi. Tahukah kamu, Nar? Tak tahu mengapa, semenjak hari itu, dan semenjak kamu juga tak pernah memperlihatkan wujudmu lagi. Aku merasa ada yang hilang, sesuatu yang tak bisa aku jelaskan, sebenarnya ada apa dengan diriku?"
Quen dan Hannele yang mendengarnya sama-sama terdiam. Terlebih Nara, wanita itu tak tahu harus menjawab apa.
"Maaf, Ed. Aku tak bisa selalu menemanimu." Quen memberanikan menjawab.
"Alasannya?" Tampaknya Eder tak puas dengan jawaban sekedar yang diberikan oleh Quen.
"Kuliah, dan masih banyak lagi pekerjaanku yang lain."
"Kuliah? Oke. Pekerjaan yang lain? Apa kamu sibuk dengan kekasihmu?"
Quen menoleh menatap pria di samping, yang masih saja memandang lurus ke depan.
"Mengapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu? Tak ada hubu—"
Tiba-tiba saja, Eder memotong perkataan Quen.
"Apa Garra kekasihmu? Mengapa kalian selalu tampak berdua? Kalau benar iya, maaf kuucap sekarang. Aku kurang menyukainya."
Hannele ikut terbelalak mendengar penuturan Eder. Bagaimana bisa pria ini setelah mengalami amnesia masih bisa tak menyukai Garra? Begitu burukkah hubungan mereka dulu, sampai Eder amnesia pun butiran kebencian itu masih terasa?
"Ed, hal itu tak penting. Mengapa tak kau ceritakan saja rencanamu untuk melakukan terapi ke psikiater mulai minggu depan kepada Nara." Hannele mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oh benar, aku sampai lupa." Senyum di wajah pria itu langsung mengembang. "Nar, mulai minggu depan aku akan melakukan terapi untuk kesembuhan ingatanku. Apa kamu mau menemaniku? Aku tak terima penolakan. Jadi, tolong bantu aku," pintanya sembari menangkupkan kedua tangan seperti memohon.
Nara sekilas menatap sahabatnya itu yang berada di sebelah Eder. Seolah ingin menanyakan pendapat. Namun, tampaknya Hannele juga sama bingungnya dengan Quen harus menjawab apa.
Wanita yang diminta menanggapi dengan senyum tipis, mengangguk pelan menuruti keinginan sang pria.
"Terima kasih, Nar. Aku harap, kamu tak hilang-hilang lagi seperti waktu itu. Kalau kamu memang sibuk, tolong beritahu aku, agar aku tak selalu mengkhawatirkanmu."
"Mengapa kau mengkhawatirkan Nara? Dia tak perlu dikhawatirkan, karena Nara akan selalu baik-baik saja bila terus bersamaku." Garra tiba-tiba datang mengganggu percakapan singkat mereka.
Eder menoleh ke belakang, mencari sumber suara. Ia mendapati seorang pria dan wanita sudah berdiri di belakang mereka, Garra dan Helena.
Perlahan pria yang bersama Quen dan Hannele mendekati Garra. Begitu pun dengan Garra, ia maju selangkah menyamai posisi berdiri.
"Ada satu pertanyaan yang sebenarnya sangat mengganggu pikiranku dari kemarin mengenai dirimu." Eder menatap Garra dengan sorot mata tajam.
"Pertanyaan apa? Sebaiknya kau jangan dulu terlalu banyak berpikir tentangku, karena akan ada waktunya kau akan tahu sendiri," jawab Garra santai, dengan menampilkan senyum smirk-nya.
"Benarkah? Apa kau sengaja menarik perhatianku? Sebenarnya apa hubunganmu dengan Nara?"
Ketiga wanita itu hanya bisa melihat pemandangan panas itu, meski disekitar mereka terasa sejuk, tapi tidak ketika melihat Eder dan Garra saat ini.
Garra terkekeh mendengarnya. Pria itu menggaruk ujung hidung sebelum akhirnya kedua tangan masuk ke dalam saku celana.
Netra hitamnya menangkap sosok yang terlihat seperti memohon agar tak banyak bicara. Quen sangat takut jika Garra terlalu banyak bicara, dapat mempengaruhi keadaan ingatan Eder saat ini.
"Menarik perhatian? Lucu," dengus Garra, "tanpa kulakukan pun, kau pasti juga akan tertarik denganku, 'kan? Sudah kubilang, akan ada waktunya kau akan tahu sendiri."
Garra kembali menatap seorang wanita yang berada di belakang Eder, yaitu Quen.
"Ayo, kita pulang. Hari semakin panas, tak enak lagi menikmati suasananya. Aku tak melakukan kesalahan, bukan?"
Sebelum Garra menarik tangan Quen, Eder terlebih dahulu menahan bahu Garra.
"Aku tak perlu lama menunggu jawabannya, karena aku sudah tahu, yang pasti kau bukanlah kekasih Nara!"
"Aku memang bukan kekasih Nara, tetapi aku bertanggung jawab atas ia seutuhnya! Termasuk soal pria yang mencoba mendekatinya!"
Seolah tak peduli, Garra melanjutkan kembali aksinya menarik tangan sang istri dan menjauh dari Eder, diikuti oleh Helena yang mengekor dari belakang ikut merasa kesal melihat sikap Garra terhadap Quen.
"Gar! Tunggu aku! Kamu tidak melupakan diriku begitu saja, 'kan? Garra!" teriak Helena semakin kesal.
"Tapi, kau tak punya hak untuk hal yang satu itu, Gar! Kau bukan orang tuanya! Siapa dirimu yang berani melarang Nara untuk dekat dengan pria lain!" teriak Eder, tanpa digubris oleh Garra.
Helena mendengarnya, dan hanya sesaat menoleh ke belakang sebelum akhirnya ia turut tak peduli dengan suara lantang yang keluar dari mulut Eder.
Hannele mendekati pria dengan raut muka masam, ketika melihat wujud Garra dan yang lain sudah tak terlihat lagi.
"Menurutmu bagaimana, Ed?"
Eder tak langsung menjawab, ia masih menatap hampa ke depan melihat banyaknya orang yang mulai meninggalkan tempat itu.
"Akan kucari tahu semuanya, Han. Sangat aneh mengapa aku tak bisa mengingat Garra dan Nara. Mungkin ada penyebab mengapa aku tak bisa mengingat mereka berdua. Apa kamu mengetahui sesuatu?"
"Jawabanku hampir sama dengan Garra. Akan ada waktunya kamu akan mengetahui semua itu."
Eder tersenyum smirk mendengar tanggapan Hannele.
"Begitu? Ternyata kalian semua begitu menarik."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEKTRUM HATI QUENARRA
Romansa"Kiri dan kanan. Sepasang kaki memang terlihat jalan beriringan, namun sadarkah Anda? Sepasang kaki jika berjalan tak pernah saling berpapasan. Bahkan, tak mampu untuk sekedar menyapa."-Garra Bhalendra "Tapi Anda melupakan sesuatu, sepasang kaki dia...