Kediaman Tuan Daud
Pukul. 19.30 WIB
Satu bulan sebelum pernikahan
••••••••
Malam itu, keluarga Garra berkunjung ke rumah Tuan Daud. Di dalam ruang tamu yang berukuran lumayan besar itu, sudah ada Mr. Deswan, Raline, Garra, dan juga Tuan Daud. Tapi, di mana Quenarra?
Beberapa menit berlalu, semua pandangan tertuju pada seorang wanita. Termasuk Garra.
"Hem ... kamu, pelihara bidadari?"
Mr. Deswan terpaku menatap seorang wanita yang berjalan mendekat ke arah mereka semua berkumpul. Aura kecantikan terpancar saat wanita itu berjalan.
Tuan Daud terkekeh melihat reaksi Mr. Deswan saat pertama kali melihat Quen.
"Pencabut nyawa."
Seketika sirna cahaya yang menerangi jalan. Saat mendengar jawaban dari Garra tanpa berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara.
Di mata Garra, hanya terlihat aura kegelapan dalam mengiringi langkah kaki wanita yang akan segera ia lamar.
"Calon istri dibilang pencabut nyawa, nanti kalau sudah jadi istri bakal jadi pencabut apa?! Pencabut uban?!" celetuk Raline dengan pupil mata yang berkobar menatap Garra.
"Tidak apa kalau saya dianggap pencabut nyawa. Orang pertama yang akan saya cabut nyawanya, yaitu Anda!" seru Quen yang langsung ikut menatap Garra.
Bara api berkobar di area sekitar tempat Quen duduk, dengan sudut mulut yang terangkat.
Mr. Deswan dan Tuan Daud terkekeh menanggapi semua serangan balasan dari kedua anak mereka. Seolah tak ingin ambil pusing, dan menganggap itu hanyalah candaan.
Pemuda itu hanya membalas dengan senyum smirk, khas Garra.
"Tidak Quen sayang, gadis cantik seperti dirimu, tidak mungkin pencabut nyawa. Kalau pencabut uban, mungkin. Candaan Garra kadang terlalu garing." Raline mencoba mencairkan suasana. "Perkenalkan, saya Raline. Mami Garra."
Quen tersenyum kecil membalas uluran tangan Raline yang mengarah ke hadapannya.
"Saya Quenarra, Tante."
"Nama yang cantik," timpal Mr. Deswan, "Saya Deswan."
Tangan Quen beralih menyalami tangan Mr. Deswan.
"Dingin boleh, Gar. Kesopanan jangan hilang," sindir Mr. Deswan, ketika melihat Garra yang tak juga memperkenalkan diri kepada Tuan Daud.
"Orang kutub mana punya sopan santun," ucap Quen pelan. Tapi, masih bisa didengar oleh Garra yang berhadapan duduk dengan gadis itu.
Garra berdiri menatap Quen dengan mata menyala, dan langsung berjalan menghampiri Tuan Daud yang berada duduk di samping Quen. Tak lupa sekalian membawa paper bag yang sudah ia siapkan dari rumah. Untuk beberapa detik, semua mata tertuju pada Garra.
"Saya Garra, Om. Calon suami Quen." Garra menjulurkan tangan hendak menyalami Tuan Daud.
Pria paruh baya itu langsung membalas uluran tangan Garra sambil tersenyum menatap pemuda tersebut.
"Ini ada sesuatu untuk Om dari saya," lanjutnya.
Mereka semua penasaran dengan paper bag yang diberikan Garra kepada Tuan Daud. Termasuk Mr. Deswan dan Raline, juga tidak mengetahui apa isi kantong coklat tersebut.
Tuan Daud segera melihat ke dalam paper bag tersebut, dan langsung mengeluarkan sebuket bunga.
"Bunga?" Tuan Daud mengernyitkan dahi, merasa bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEKTRUM HATI QUENARRA
Romance"Kiri dan kanan. Sepasang kaki memang terlihat jalan beriringan, namun sadarkah Anda? Sepasang kaki jika berjalan tak pernah saling berpapasan. Bahkan, tak mampu untuk sekedar menyapa."-Garra Bhalendra "Tapi Anda melupakan sesuatu, sepasang kaki dia...