"Kau tak perlu sampai menungguku di parkiran. Kalau seandainya aku tak kembali lagi bagaimana?"
Sebuah mobil sport kuning berhenti tepat di depan Nicole yang baru saja melepas kepergian Hannele dan Quen ke rumah sakit.
Nicole terus memperhatikan pria itu sampai turun dari mobil mewahnya. Garra terlihat baik-baik saja setelah tadi ia berubah menjadi manusia normal untuk sesaat.
"Apa yang membawamu kemari? Mana Helena?"
Garra membuka kacamata hitam yang menutupi kedua mata elang, dan langsung melayangkannya pada Nicole.
"Apa ada larangan aku tak boleh kembali ke kampus?"
"Bukan ada atau tidak ada larangan, tapi aku yang tak ingin kau kembali!"
"Maksudmu?"
"Kau parah! Menikahi Quen hanya untuk membuat wanita itu menderita?! Selama ini aku tak pernah menganggap bencimu terhadap Quen itu serius! Aku juga tak pernah marah padamu! Tapi, menjadikan pernikahan ajang balas dendam? Di mana otakmu, Gar?!"
Nicole sudah menggenggam kerah baju Garra, bersiap untuk memukul pria yang masih diam tak berkutik.
Tangan yang terkepal masih tertahan, kedua bola mata melirik kiri kanan semakin lama kerumunan semakin ramai, menyaksikan duel Nicole dan Garra.
"Apa pembelaanmu?! Mengapa hanya diam?! Jawab aku! Sampai begitunya kau membenci, hingga merusak hubungan Quen dan Eder?! Itu sebabnya, kau ke rumah sakit karena merasa bersalah dengan Eder? Iya?!"
Nicole melepas kasar kerah baju Garra yang masih diam membisu. Napasnya memburu, mahasiswa lain pun baru pertama kali melihat seorang Nicole marah seperti itu terhadap Garra, karena penilaian mereka selama ini Nicole adalah orang yang menggemaskan.
"Aku tidak merasa bersalah, karena pada akhirnya Quen dan Eder juga akan berpisah."
Nicole meremas kedua tangannya kuat, menahan hati mendengar ucapan Garra.
"Kau tahu dari mana Gar?! Kau bukan Tuhan! Mereka bertemu atas izin Tuhan, termasuk berpisah! Tuhan yang menentukan, bukan kau!"
"Aku memang bukan Tuhan!" Wajah Garra terlihat memerah. "Tapi, melalui aku mereka juga akan berpisah! Aku dan Quen memang sudah dijodohkan, pada akhirnya kami juga akan menikah, kan?!"
Garra langsung membungkam mulut sahabatnya itu rapat. Nicole mengatur napas yang masih tersengal, masih berpikir dengan jawaban Garra.
"Kau ingin kembali ke zaman Siti Nurbaya?! Kau bisa saja menolak! Tapi kau tak mau, karena niatmu memang sudah tak bagus dari awal! Kau memang sengaja ingin membuat Quen susah, kan? Bukan karena adanya perjodohan itu!"
"Terserah dengan pikiranmu saja."
Garra mengedarkan pandangan, menatap satu persatu orang-orang yang melihat perdebatan mereka berdua. Seketika mereka semua langsung membubarkan diri merinding mendapat tatapan seperti itu.
"Kalau begitu, jangan jadikan pernikahan sebagai alat permainanmu! Pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral, hanya orang idiot yang mau menjadikannya sebuah permainan! Itu adalah kau! Kalau kau tak mencintai Quen, lepaskan dia! Aku tahu dia sekarang tersiksa! Ditambah lagi Eder sudah sadar dari komanya!"
Kedua mata yang mendengar penuturan Nicole langsung melebar sempurna. Di pikirannya hanya ada kata "sadar" saat ini.
"Eder sudah sadar?"
Menyadari hal itu, Garra bergegas kembali masuk ke mobil.
"Gar! Kau mau ke mana?! Jangan bilang kau akan menyusul Quen ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEKTRUM HATI QUENARRA
Romance"Kiri dan kanan. Sepasang kaki memang terlihat jalan beriringan, namun sadarkah Anda? Sepasang kaki jika berjalan tak pernah saling berpapasan. Bahkan, tak mampu untuk sekedar menyapa."-Garra Bhalendra "Tapi Anda melupakan sesuatu, sepasang kaki dia...